Rek Ayo Rek, Golek Sepatu Nang Gang Dolly

Mbak Ida salah seorang pekerja Barbara Dolly jadi industri rumah sepatu. (Foto: cowas.com)

COWASJP.COM – ockquote>

O L E H: Sudirman

---------------------------

 NAMA Barbara,  sebuah tempat bordil  di Gang Dolly beberapa tahun lalu dikenal banyak orang.

Sejak tempat prostitusi Dolly dan Jarak ditutup, bangunan Barbara dibongkar dan disulap menjadi gedung bertingkat. Gedung itu kini dinamakan Gedung Kreatif. Di tempat baru tersebut banyak kegiatan dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah kota Surabaya. Lantai satu dijadikan home industry sepatu. Semua pekerjanya adalah warga terdampak di sekitar Gang Dolly.

Sejak tempat prostitusi itu ditutup banyak pro-kontra. Mereka yang kontra memikirkan soal “perut”dan kelangsungan hidup. Hampir semua penghuni Dolly dan Jarak  melakukan unjuk rasa dengan berbagai cara. Ada yang memblokir jalan. Membangun tenda di lokalisasi Dolly sebagai bentuk perlawanan. Semua upaya yang meraka lakukan sia-sia. Bahkan provokatornya berhasil ditindak aparat keamanan. 

Alhamdulillah,  berkat sosialisasi dari semua aparat terkait, ternyata mereka bisa menerima. Gang Dolly sekarang terlihat lengang. Rumah bordil sudah tutup dan beralih fungsi. Bangunan rumah mereka dialihkan untuk usaha Pub & Karaoke, Fitness Centre, dan Panti Pijat.

Benarkah, kawasan Dolly sudah steril dari prostitusi ? Ternyata tidak! Ada satu dua orang pria  yang belum sadar masih secara sembunyi-sembunyi menawarkan wanita-wanita penghibur. Mereka biasanya nongkrong di pinggir jalan. Kalau ada orang lewat yang kelihatannya asing, mereka tak sungkan menawarkan wanita penghibur (WP).

Kiranya aparat setempat perlu waspada. Sebab, tidak menutup kemungkinan di sana masih ada praktik prostitusi “gelap” alias “terselubung’’. Wah, petugas di sana perlu kerja keras untuk ikut memberantas prostitusi. “Malingnya lebih pinter dari petugas, lho mas,’’ kata seorang warga di sana.

Saya pekan lalu sempat melintas di bekas sarang prostitusi Dolly. Pada siang hari suasananya tenang. Rumah-rumah bordil di sana banyak yang dijual. Sementara rumah kreatif (bekas Barbara) di lantai satu dijadikan ruang untuk memproduksi sepatu. Waktu Dolly masih beroperasi, warga sekitar di sana punya penghasilan dari hingar bingarnya tempat prostitusi tersebut. Nah, sejak Dolly dan Jarak ditutup sebagian warga di sana tidak punya penghasilan tetap. 

rumah-kreatifVLpTv.jpg

Karyawan rumah kreatif melayani pembeli. (Foto: cowas.com)

Di rumah kreatif ini ada beberapa pria yang dulunya buka usaha warung kopi (Warkop) . “ Setelah Dolly ditutup saya mendapat pekerjaan di sini. Serabutan jadi OB ya juga membantu membuat sepatu,’’ ujar Oky. Dia memang tinggal di sekitar Gang Dolly.

Di lantai satu rumah kreatif Gang Dolly   ada sekitar 25 mesin jahit sepatu. Setiap tamu yang masuk dilarang memotret. “Kalau mau mengambil foto di sini harus izin ke Disperindag Surabaya. Paling tidak izin Pak Camat atau Pak Lurah,’’ kata seorang wanita petugas di rumah kreatif. 

Alhamdulillah Pak Lurah Putat Jaya setelah dihubungi lewat ponlselnya, CoWasJP.Com dipersilakan mengambil gambar.

Rumah kreatif yang menghasilkan sepatu merk PJ Collection (PJC). PJ singkatan Putat Jaya.

Beberapa hari lalu, tempat ini menjadi sasaran para jurnalis, karena sepasang sepatu wanita dipesan Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dipakai pada waktu pelantikan Walikota Surabaya di gedung Grahadi. Wah…… promosinya sippp, tanpa iklan ya. 

Inilah cuplikan wawancara CoWasJP.com (CJPC) dengan Mbak Ida (Id), salah seorang pekerja. 

“Berapa pekerja di sini?"

‘’Kalau masuk semua sekitar 25 orang lebih,” kata Id

petugas-OBc84ne.jpg

Oki petugas OB rumah kreatif bekas Barbara itu.​ (Foto: cowas.com)

“ Apakah yang bekerja di sini adalah mantan PSK di Dolly dan Jarak?"

“Tidak ada. Mana mau Mbak-Mbak itu  bekerja di sini," jawab Id

“Ke mana Mbak-mbak itu sekarang?"

“ Wah nggak tahu persis, mungkin kerja di tempat hiburan,” jawab Id, agak berat.

“Setiap pekerja sehari bisa menyelesaikan berapa pasang sepatu?"

“Kalau santai ya 3, kalau ngebut bisa sampai 5 pasang,’’ jawab Id sambil tersenyum.

“Berapa harga sepasang sepatu kulit asli?"

“Bervariasi dari yang Rp 250,000 sampai Rp 350 ribu”, katanya.

“Berapa pendapatan sebulan?"

“Lumayan, di sini kan dikelola UKM,’’ ujar Id mehasiakan pendapatannya.

Hasil produksi sepatu Putat Jaya (PJ) Collection masih dipasarkan secara lokal. Mereka yang pesan sepatu ini kebanyakan PNS Kota Surabaya. Melihat hasil karya binaan UKM ini kualitasnya lumayan.

Selain memproduksi sepatu pria dan wanita, tempat ini juga dipakai sebagai bengkel reparasi sepatu.

Ayo siapa yang sepatunya jebol silakan datang ke PJ Collection. ***

pak-dirmansCahz.jpg

Foto dan ilustrasi: cowas.com/ghedebuk.

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda