Ke YPAC Naik Sepeda Motor Modifikasi

Suasana ulang tahun ke 60 YPAC pekan lalu. (Foto: M. Nasaruddin/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: M NASARUDDIN ISMAIL

------------------------------------------------------

PULUHAN anak-anak nampak berjejer rapi dengan kursi roda. Wajahnya nampak berseri. Maklum pagi itu, puluhan bocah berkemampuan khusus yang duduk di TK hingga SMU itu, tengah merayakan ulang tahun ke 60 Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya, tempat mereka menuntut ilmu.

Di belakangnya nampak duduk berjejer rapi orang tuanya masing-masing. Sebab, kursi roda anak-anak yang berkemampuan khusus itu, didorong oleh orang tuanya. Ke toilet pun harus diantar oleh orang tua. Begitu juga kalau makan, harus disuap ibunya yang setia menunggu mulai pagi hingga siang. "Meski memiliki keterbatasan seperti ini, dia kan anak kandung saya," tutur Mama David, salah seorang ibu yang sabar menunggui putranya yang sekolah di YPAC.

Ketika gadis hingga putranya masih kecil, Mama David bekerja di sebuah perusahaan obat di Malang. Maklum ibu dua anak ini sarjana farmasi. Namun, demi putranya tercinta, pekerjaan yang dia tekuni sejak bujang itu, ia tinggalkan.

Yang memprihatinkan, kalau ke YPAC dia naik sepeda motor yang domodifikasi khusus, agar putranya tidak jatuh. Sebab, fisik anak-anak di sana, jangankan berdiri, duduk sendiri saja perlu bantuan orang lain. Karena itu, di atas sadel sepeda notor diikat dengan kain dengan perut ibunya.

nasaruddin-rotarymFURh.jpg

Saya meski sudah tujuh tahun mengabdi di YPAC Surabaya, namun tetap saja sering mencucurkan air mata bila berhadapan dengan anak-anak asuh yang umumnya dari kalangan menengah kebawah ini.

Dalam hati selalu bersyukur kepada Allah, karena telah diberikan rahmat dengan keluarga yang sempurna. Tak bisa terbayangkan bila Allàh menitipkan anak-anak yang berkemampuan khusus.

Sebagai rasa syukur itu pula, bila dulu di ruang terapi hanya menggunakan kipas angin sebagai pendingin ruangan, tapi dengan berbagai upaya agar mendapatkan AC dari relasi yang saya bina ketika aktif di jurnalis. 

Menariknya, justeru yang bantu adalah relasi di lingkungan militer tempat saya meliput dulu. Diantaranya Laksamana Madya Sumartono yang dulu penerang aerba bisa TNI Angkatan Laut, dan Laksma TNI dr Sulantari, mantan kepala RS TNI Angkatan Laut dr Ramelan, Surabaya.

Peringatan ulang tahun kali ini berlangsung sederhana. Maklum untuk kehidupan lembaga ini, berasal dari uluran tangan para dermawan. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda