Kilas Balik Cetak Juara Dunia Tinju (1)

Biaya Sendiri Tanpa Uang Negara

Foto dan ilustrasi: CoWasJP.com

COWASJP.COMSAYA menulis kisah singkat ini  bukan berniat riya' atau mau mengatakan : ini lho saya !!! Sama sekali tidak dan tidak terlintas seperti itu. Tinju ibaratnya sego jangan bagi saya. Tak cuma hobby, lebih dari itu. Selain praktek bertinju, juga mengurusi dan menggelar pertandingan tinju dari kota ke kota. Kayak bis AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dari Sumatera hingga Irian Jaya (waktu itu sebutan Papua).

Dari arena pertandingan di kaldera Gunung Bromo, Diskotik, Sirkuit Ancol sampai di atas kolam renang, pernah saya gelar (adakan) dengan bendera kebanggaan dan kebesaran JAVANO€A. Serta saya didapuk mempadegani organisasi KTI (Komisi Tinju Indonesia, jaman Ketum Pusat Solihin GP) sebagai Sekum KTI Malang dan Waketum Gabungan Promotor Tinju Indonesia (Gaprotin, Ketum alm Eddi Pirrih). 

NURHUDATLIYl.jpg

Nurhuda (kiri). (Foto: gethashtags)

Pendek kata, cabor adu jotos ini mendarah daging buat saya. Begini, pada era kejayaan (masa emas) tinju profesional tahun 80-85 Indonesia dikenal memiliki petinju pro potensial (pasca era Kid Belel, Nurhasyim,Wongsosuseno, Rudy Siregar) seperti Ellyas Pical, Wongso Indrajit, Monod, Juhari, Nurhuda, Abdi Pohan, Yani Hagler, Gim Suryaman, Joko Arter, Little Holmes.

Kebanyakan mereka adalah petinju asal sasana di Malang. Oleh sebab itu, Malang dikenal sebagai barometernya tinju pro dan gudang yang melahirkan petinju juara Indonesia dan Internasional (Dunia) versi OBP, IBF dan WBC-WBA Int. Contohnya, ketika saya bersama sahabat Eddy Rumpoko dan alm Lucky Acub Zainal bahu-membahu mendirikan Javanoea BC (Boxing Camp) dengan uang patungan mampu melahirkan petinju juara Indonesia seperti alm Michael Arthur (Bantam Jr), Abdi Pohan (Terbang) dan Edward Apay (Bantam) serta Nurhuda (Bantam) sebagai juara Dunia WBC Int.

Ketika mengantar Nurhuda jadi juara dunia WBC Int mengalahkan Loremer Pontino (juara bertahan asal Philipina) di Stadion Lambung Mangkurat Banjarmasin, mulai persiapan hingga berhasil merebut juara tidak minta uang negara. 

NURHUDA-DAN-SOLIHINx45tM.jpg

Foto: antarafoto

Boleh tanya ke Menpora Abdul Gofur (beliau masih ada). Tidak seperti Rio Haryanto yang katanya profesional, yang hanya untuk individual tapi 'meraup' ratusan milyar uang negara. Kami (saya-ER dan alm Lucky AZ) mencari sponsor (saya yang bikin propossalnya) ke Gudang Garam. Alhamdulillah saat itu (85) kami dibantu mengorbitkan Nurhuda, bahkan setelah merebut sabuk juara Dunia WBC Int,

Nurhuda diberangkatkan berhaji. Hingga kini Nurhuda satu-satunya petinju yang bergelar haji.

Subhanallahu.... Kemudian dari Gudang Garam, kami, Javanoea, makin populer, bisa bikin kejuaraan/pertandingan tinju keliling. Ke Papua, Manado, Kalimantan, Makkasa, Semarang, Kudus, Lombok, G Bromo, Pulau Seribu, dan Sirkuit Ancol (Sunday Morning Race n Boxing Championship).

nurhuda-dan-cak-nunmzTwi.jpg

Foto: twitter

Sukses di arena tinju (tanpa mengemis dan minta uang rakyat/negara) kami merambah ke autosport (lomba go kart dan pameran mobil F1) kerjasama dengan Tonsco (Tinton) tahun 86 serta menggelar berbagai festival band. Jadi 35 tahun lalu di masa Indonesia masih disebut Negara Berkembang,

edy-rumopokoGkpS2.jpg

Foto: sidomi

Javonoea mampu melahirkan juara dunia tinju pro versi WBC Int dari biaya kocek sendiri. Tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat Eddy Rumpoko dan alm Lucky Az insyaAllah husnul khotimah. Sekali lagi ini tulisan tidak bermaksud riya'. Kalau ada yang tidak berkenan silakan didelete. "Niat tulus dan ikhlas akan membuahkan hasil yang diridhai Allah Ta'ala" syukron. ([email protected])

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda