Kilas Balik Cetak Juara Dunia Tinju (3)

Dibilang Pantas Main Voli Akhirnya Jadi Petinju

Foto dan ilustrasi: CoWasJP.com

COWASJP.COMSEBULAN lebih memperhatikan dua remaja itu. Setiap sore selalu mengintip dari pintu gang, melihat Wongsosuseno dan Moefid melatih Nurhuda-Arthur-Suroso-Ginono di taman bagian belakang rumah Anjasmoro yang diubah jadi ring buatan berlantai cor.

Lalu, lewat pintu depan saya menghampiri dari arah belakang sambil menepuk punggung keduanya, "Hei....". Kedua remaja itu kaget sambil merapatkan badannya ke tembok gang. "Mau ikut latihan apa cuma senang nonton ?" tanya saya. 

"Mau jadi petinju," jawab keduanya nyaris bersamaan. Itulah awal mula Abdi Pohan dan Wasisno menjadi petinju di tahun 1982.

Saat latihan break, saya yang setiap sore duduk bersama ER (Eddy Rumpoko) di teras mengawasi para petinju latihan, mengutarakan soal Pohan dan Wasisno kepada pelatih. 

"Pak Wongso, Pak Moefid... itu dua-duanya mau jadi petinju," kata ER sambil menunjuk Pohan dan Wasis yang berdiri di sisi teras. "Ayo sini," timpal saya memanggil Pohan-Wasis untuk mendekat.        

Kedua pelatih abadi Javanoea BC ini memperhatikan dengan seksama postur Pohan-Wasis yang bakal jadi anak didiknya. Selang beberapa saat menjelang sesi latihan babak akhir dimulai lagi, Wongsosuseno mengatakan, "Mas Eddy, Mas Ferry, keduanya lebih pantas jadi pemain voli." 

eddy-rumpokok-dan-lucky-acub-zaenalljagB.jpg

Foto: Istimewa

Mendengar kata mantan juara tinju kelas Welter Jr OPBF asal Indonesia yang pertama itu (75) ER tersenyum seraya mengerlingkan mata melihat ke saya. "Kenapa kok jadi pemain vol?" saya balik bertanya ke Wongsosuseno yang di luar jadwal melatih saban harinya adalah pengrajin sepatu di kawasan Kacuk, Gadang Malang. "Tangane dowo (panjang), kurus maneh. Gak pawakan (tidak pantas) dadi (jadi) petinju," jawab Wongsosuseno dengan suara sengau.  

Usai latihan, dan semua petinju pulang, ER bersama saya dan Wongsosuseno - Moefid, sambil menikmati hidangan petang (kacang hijau dan kue), kembali mendiskusikan tentang Pohan-Wasisno. ER dan saya sedikit "memaksa" kepada pelatih untuk mencoba beberapa hari keduanya dilatih dasar-dasar tinju. 

"Pak Wongso, kalau tangannya Pohan dan Wasis panjang, kan bagus jadi senjata andalan. Apalagi kita gak punya petinju kelas bawah (terbang mini-terbang junior)," ujar saya sambil memperagakan pukulan jab-straight dan gerakan kaki backstep-sidestep. Wongsosuseno diam, Moefid hanya senyum. 

Seminggu setelah itu, Pohan dan Wasis yang setia "mengintip" latihan, dipanggil Wongsosuseno. Entah apa yang dibicarakan, lalu Pohan-Wasis menganggukkan kepala pamit dengan rona wajah sumringah. ER dan saya yang menyaksikan di  teras, membalas dengan senyum.                               

Dua hari kemudian, Pohan dan Wasisno, mulai ditangani oleh duet pelatih Wongsosuseno-Moefid. Dari awal sampai akhir latihan, Pohan-Wasisno hanya disuruh maju mundur dengan posisi kaki kiri di depan-kanan dibelakang dan kedua tangannya diangkat di depan wajah. Ini adalah gerakan dasar, yakni gerakan kaki backstep-sidestep dan double cover kedua tangan menutup wajah. 

Hampir dua bulan keduanya menjalani latihan monoton itu dan digembleng fisik (ototnya) dengan set-up, push-up, angkat beban barbel dan skipping. Bulan ketiga, diberi latihan teknik, weaving - ducking, yaitu menggerakkan badan dan kepala ke samping - merunduk menghindari pukulan. 

Bulan berikutnya, Pohan-Wasisno mulai dijajal dengan latihan memukul sansak dan drillball serta punching ped. Setelah enam bulan mendapat bekal dari pelatih Wongsosuseno-Moefid, tibalah waktunya bagi Pohan-Wasisno merasakan pukulan dan menerapkan ilmu tinju melalui sparing patner. Latihan sparing ini berjenjang, dari satu ronde sampai tiga ronde yang diawasi langsung oleh Wongsosuseno dan Moefid.                               

Hampir sebulan Pohan-Wasisno melakukan sparing patner, dengan gaya tinju ortodox, keduanya nampak menjanjikan prestasi. Karena, baik Pohan maupun Wasis dalam setiap sparing selama tiga ronde (per ronde 3 menit) menunjukkan fisik yang mumpuni, serta pukulan jab-straight yang lurus jitu, hook dan uppercut yang akurat juga bertahan dengan double cover yang kuat. 

Meski belum menjadi petarung (petinju profesional) yang sejati, namun Pohan-Wasis membuat ER dan saya bernapas lega. Paling tidak, keduanya urung jadi pemain bola voli. ***

Baca Berita-berita lainnya di CoWasJP.com. Klik di Sini

Berita Terkai:

1. Biaya Sendiri Tanpa Uang Negara

2. Antar Sasana Bersaing Lahirkan Petinju Juara

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda