Cangkruk’ane CoWas Karmen (1)

Tenggelamkan Kapal Pesiar

COWASJP.COM – ockquote>

 O l e h: Cak Amu

------------------------

SITUASI sulit dalam keadaan bagaimanapun, pasti pernah melanda setiap insan. Efeknya, tentu membuat mereka galau! 

Kondisi ekonomi yang sudah mapan, status sosialnya yang termasuk normal bahkan upnormal pun, pasti bisa goyang. Keadaan yang serba sulit inilah membuat orang kian takut terhimpit. 

Mereka enggan terjepit! Lantaran tak ingin depresi, ketakutan. Takut kehilangan aset, takut mengalami kebangkrutan, bahkan takut dilanda kemiskinan berkepanjangan.

Memang, tidak semua orang mampu mengatasi persoalan klasik ini. Tidak semua manusia bisa melepaskan diri dari tekanan yang begitu hebat, di saat kehidupannya sudah mulai mapan. Establis!
Tidak semua orang akan berhasil keluar dari zona, yang bisa mengancam masa depannya. Lantas?

Sebenarnya, banyak kiat yang sudah mereka dapatkan, untuk mengatasi masalah tersebut. Banyak ramuan nasihat, yang sudah dilalap. Juga, tak sedikit resep para pakar, agar mereka lolos dari kebangkrutan.

Seseorang dikatakan fakir, apabila kehilangan mata pencaharian. Tidak memiliki penghasilan. Aset berupa benda mati yang melimpah, tidak bisa dijadikan ukuran untuk survivel. Apalagi mereka engan melepas atau menjualnya untuk kebutuhan hidup. 

Bahkan, ketika harus terpaksa menjual semua aset, belum tentu akan mampu mengamankan posisinya, jika tidak memiliki skill untuk mengelola hartanya. Sifat demikian bukanlah jalan keluar terbaik, untuk melepaskan diri dari terhimpitnya masa depan. 

Percayalah, Sang Khaliq, sebenarnya sudah menamamkan kunci RAHASIA untuk menyibak tabir itu. Tapi mengapa, kita enggan menyingkapnya? 

Strata kehidupan, status sosial, serta gengsi, yang sebenarnya telah menutup dinding hijab RAHASIA suci itu. Setiap insan sudah diberikan secara gratis berupa potensi diri oleh Allah.
Perjalanan hidup atau pengalaman adalah GURU TERBAIK. Semakin kaya pengalaman, kian banyak pula guru guru terbaiknya. 

Bagi mereka yang tak memiliki pengalaman hidup, mulai dari pahit getirnya kehidupan, asam dan manisnya perjalanan hidupnya, bukan tidak mungkin bakal sulit bangkit saat terhimpit.
Putus asah! Galau berkepanjangan! Mengakhiri hidup dengan menghabisi diri, bukan hal yang mustahil menjadi pilihan terakhir. Mafi Muskillah, bagi orang-orang yang punya sifat introfet, menutup diri, bahkan yang beragama sekalipun, tak mampu mengendalikan diri.

Oleh sebab itu, perlunya mawas diri. Introspeksi! Merenung akan siapa dirinya. Apakah sudah menjalin silaturahmi dengan diri sendiri atau tafakur. Berdiam diri, mengevaluasi semua perilakunya selama ini.
Apakah sudah menjalin komunikasi terhadap lingkungannya. Sharing atau curhat (mencurahkan isi hati) kepada seseorang, yang dianggap tepat, yaitu mampu memudarkan keruwetan dalam alam pikir dan kegundahan hatinya.

Namun, hal ini juga tidak mudah dilakukan seseorang, jika strata sosialnya sudah di atas rata-rata. Jika gengsinya sudah memuncak.

Orang semacam ini, satu-satunya pilihan harus sering hadir dalam berbagai majelis, keagamaan, diskusi, seminar-seminar, atau pelatihan yang berhubungan dengan pembangunan kepribadian atau mental (character building).

Melalui mediasi tersebut, seseorang yang punya kelebihan harta pasti akan mendapat input dari berbagai pengalaman para nara sumber. Tentu saja, nara sumber yang benar-benar memiliki perjalanan hidup atau empirisme, yang jauh lebih bermakna untuk audiennya. 

Orang yang belum pernah jatuh perekonomiannya, hingga terjun bebas sampai ke dalam titik nadir, maka dia belum mampu menyibak RAHASIA yang ada dalam dirinya. 

Jika ingin tahu rahasia tersebut, beranilah banting setir dengan mengenggelamkan Kapal Pesiar yang Anda miliki, dengan mengganti sebuah sekoci atau perahu karet, sebagai tumpangan untuk mengarungi samudra kehidupan yang amat luas ini.

Beranikah Anda? Pasti akan berfikir tujuh kali putaran towaf hehee…Mana mungkin dalam kondisi yang aman, gaji yang cukup, bahkan berlebih  dari perusahaan atau tempat kerjanya, tiba-tiba harus mengundurkan diri demi sebuah kemandirian. Berani melakukan perubahan. Revolusi! 

(Bersambung di Judul: Jangan Pernah Ingin Mengemis)

 By: Cangkruk’ane CoWas Karmen

 

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda