COWASJP.COM – YOGYA - Perjuangan umat Islam di Gaza, Palestina bukan sekadar perjuangan merebut kembali tanah warga Palestina yang dirampas Israel. Perjuangan ini adalah perjuangan umat Islam untuk mengembalikan Masjidil Aqsa sebagai milik umat Islam di seluruh dunia.
‘’Masjidil Aqsa bukan hanya milik Palestina tetapi milik umat Islam seluruh dunia. Karena itu, perjuangan merebut dan mempertahankan Al Aqsa bukan perjuangan bangsa Palestina saja melainkan perjuangan umat Islam di Indonesia, di Malaysia dan di seluruh dunia,’’ tegas Syeikh Ahmed Shehab dari Gaza Palestina dalam silaturahim “Salam dari Gaza” di Masjid Al Jihad, Gumuk Indah, Sidoarum, Godean, Jumat (17/6) malam.
TERUS BERJUANG: Jamaah menyimak paparan video kondisi anak-anak dan perempuan di Palestina.(Erwan W/CowasJP)
Silaturahim bakda taraweh ini diikuti ratusan jamaah. Para jamaah memenuhi masjid yang sedang dalam renovasi dan menggelar tikar di halaman. Silaturahim ini sebagai wujud solidaritas umat Islam terhadap perjuangan saudaranya di Palestina. Kegiatan ini dikoordinir oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT). Ahmed menyampaikan paparannya dalam bahasa Arab dan diterjemahkan oleh relawan ACT, Supriyo. Sebelum menceritakan kondisi Palestina, Ahmed Shehab menjadi imam salat Isyak dan taraweh.
Ahmed Shehab menegaskan, sebagaimana yang diserukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, umat Islam yang satu dengan yang lainnya adalah bersaudara. Maka, umat muslim di masjid ini pun saudara umat Islam di Gaza, Palestina. Ketika saudaranya yang di Palestina berjuang, maka yang di sini pun juga mendukung. ‘’Ketika tidak bisa berjuang ke sana (Palestina), dukungan bisa diwujudkan dalam sedekah, infak maupun donasi-donasi yang akan disalurkan ke Gaza,’’ harapnya.
Diungkapkan, bagaimana kondisi keluarga muslim di Tepi Gaza. Satu kehidupan yang sangat sulit. Peluru, bom, dan senjata-senjata yang menghancurkan rumah-rumah penduduk nyaris tidak pernah berhenti. ‘’Di sana, jarang sekali ada keluarga yang lengkap anggotanya. Bisa tidak ada ayah, atau tidak ada anaknya. Banyak sekali janda dan yatim piatu di sana,’’ urai pria yang kini menempuh S3 di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) ini.
Di Gaza, Palestina, tak ada keceriaan sebagaimana yang terlihat pada wajah jamaah. Di sini, sehabis sedekah, bisa mencari lagi rezeki dengan bekerja. Di Gaza, tidak bisa. Karena, kehidupan mereka dikelilingi tembok-tembok yang dibangun Israel. Aktivitas warga sangat dibatasi. “Bahkan untuk salat di Masjidil Aqsa hanya bisa dilakukan oleh laki-laki di atas umur 40 tahun. Yang di bawah usia tersebut tidak boleh,’’ ungkapnya.
Akses ke luar Tepi Barat, sebulan hanya dibuka selama dua hari. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan pasokan makanan pun sangat terbatas. Ketika ada persediaan roti, itu pun roti yang merupakan stok lama, diberikan untuk mereka yang sudah benar-benar lapar. Sekadar untuk dimakan agar mereka tidak mati kelaparan.
Ahmed Shehab pun menyampaikan banyak terima kasih, usahanya untuk menggalang solidaritas mendapat sambutan hangat dari saudara-saudara muslim di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Bersama ACT, Ahmad Shehab berada di Yogya, Solo, dan Magelang selama dua minggu. Bersilaturahim dari pagi hingga malam dengan jadwal yang tersusun rapi. Sebelum ke Masjid Al Jihad, Ahmad Shehab menjadi imam dan khatib salat Jumat di Masjid Syuhada Yogyakarta serta acara tabligh akbar di Magelang.
Selain ceramah, juga ditampilkan video situasi di Palestina. Tayangan anak-anak yang kehilangan tempat bermain, gedung yang roboh oleh bom Israel, perempuan-perempuan yang menangis kehilangan suami anak-anaknya.
Mengutip sebuah hadits, Ahmed Shehab mengatakan bahwa barangsiapa membantu memudahkan kesulitan saudaranya di dunia, maka akan dimudahkan hidupnya di dunia maupun di akherat. Oleh karena itu, saat bulan Ramadhan, yang merupakan bulan silaturahim, bulan sedekah, Ahmed Shehab menegaskan berbagai sumbangan saudara muslim di Yogyakarta ini akan sangat membantu saudara di Gaza, Palestina. ‘’Bisa untuk membeli obat, membeli makanan dan kebutuhan hidup lainnya,’’ tandasnya. (erwan w)