COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Slamet Oerip Prihadi
------------------------------------------
KEMBALINYA Green Force Persebaya ke pentas nasional sepakbola, menggerakkan Uha Bahaudin dan Mochamad Ridwan-produsen karpet acrylic (bahan benang) handmade untuk berbuat sesuatu. Yang belum pernah mereka produksi sejak menggeluti home industry karpet pada 2010.
Uha dan Ridwan sama-sama mantan divisi Pemasaran Jawa Pos Group. Mereka ikut "hanyut" dalam gelombang perjuangan Persebaya merebut tahta juara 1987/1988. Ketika Persebaya disebut-sebut sebagai the dream team. Mereka juga ikut "tenggelam" dalam keprihatinan dualisme Persebaya, dan ikut bahagia ketika Persebaya kembali diakui eksistensinya oleh PSSI tahun 2017 sekarang.
Karpet Arek CoWasJP di Istana Merdeka. (Foto: istimewa)
"Karena itu, kami ingin memproduksi karpet yang spesial untuk menyambut kehadiran kembali Green Force Persebaya," kata Uha Bahaudin.
"Belum pernah ada karpet acrylic handmade dengan motif logo Wong Mangap 2017," sahut Ridwan.
Tentu karpet tersebut akan dijual secara umum. Segmen khususnya para pendukung setia Persebaya yang dikenal dengan nama Bonek.
Karpet acrylic sebagai bahan baku harganya lumayan mahal. Karena itu harga karpet Wong Mangap 2017 juga lumayan mahal. Kita tahu logo Wong Mangap 2017 adalah ciptaan desain grafis Jawa Pos, Budiono. Beliau menggambarkan kembalinya Persebaya dengan lelaki pejuang membongkar tembok penjara, setelah 4 tahun tak diakui PSSI dan dilarang berkompetisi.
Karpet Arek CoWasJP di Istana Merdeka. (Foto: tribunnews)
"WE ARE BACK!" Kami (Persebaya) kembali dengan satu tekad: berjuang untuk kembali ke rumah sejati kami, yaitu kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Dulu Indonesia Super League, sekarang dinamakan Liga 1.
Sementara ini Persebaya "terpaksa" start kembali dari Liga 2 (dulu Divisi Utama).
Semangat inilah yang menginspirasi Uha Bahaudin dan Mochamad Ridwan, anggota CoWas JP (Perkumpulan Para Mantan Jawa Pos Group), untuk berbuat sesuatu yang beda.
Berapa ukuran dan harga karpet Wong Mangap per lembar? "Kami akan membuat karpet Wong Mangap dengan ukuran1,5 x 2 meter. Harganya Rp 1,5 juta per lembar," jawab Uha. Ditambah ongkos kirim.
Uha Bahaudin
Karpet tersebut bisa dibingkai diletakkan di dinding ruang tamu, atau dihamparkan di lantai ruang tamu. Sasarannya boleh dibilang kelas menengah-bawah sampai kelas atas.
Perlu dicatat bahwa karpet dibuat dengan sistem pesanan. Pembeli diminta membayar 50 persen dulu (Rp 750.000). Sebab bahan benang acrylic-nya mahal. Andai siapa tahu tiba-tiba batal beli, biaya pembelian bahan sudah tertutup. Untuk partai besar pun diberlakukan sistem seperti itu. Misalnya pemesanan pembuatan karpet untuk Masjid seluas 1.000 meter persegi.
Mochamad Ridwan (kiri) dan Suwari. (Foto CowasJP)
Yang pasti, karpet produksi Arek Cowas JP telah menutup Terminal 3 Bandara Soeta, lantai Istana Merdeka, Masjid Istana Bogor, tangga pesawat Presiden RI, lantai DPR Kota Semarang, lantai lobi
Hotel Majapahit, lantai kantor Pelindo 3, bahkan siap ekspor ke Eropa bekerja sama dengan pengusaha Turki. (*)