Memahami Kontroversi Ayat Perbudakan

Foto Ilustrasi: Fajarnews/Desaign: CoWasJP

COWASJP.COMSALAH satu tema yang seringkali ditudingkan kepada kitab suci Al Qur’an adalah soal perbudakan. Kitab suci ini dianggap kuno, tidak adil, serta tidak layak lagi dijadikan acuan atau pegangan hidup di era modern. Khususnya, karena dianggap melecehkan kemanusiaan dan merestui perbudakan. Sebuah tudingan yang terburu-buru, dan tidak didasari pengetahuan yang cukup terhadap tafsir kitab suci.

Sebagaimana saya tuliskan dalam artikel sebelumnya – MEMAHAMI PROSES PENAFSIRAN AL QUR’AN – memahami kitab suci tidak boleh sepotong-sepotong, karena hanya akan menghasilkan kesimpulan yang bias. Menafsiri ‘ayat-ayat qauliyah’ di dalam Al Qur’an tak ubahnya menafsiri ‘ayat-ayat kauniyah’ di jagat raya. Kegiatan yang pertama, menghasilkan ilmu tafsir. Kegiatan yang kedua, menghasilkan ilmu sains.

BACA JUGAMemahami Proses Penafsiran Al Qur'an

Keduanya, memerlukan tahapan mulai dari asumsi, hipotesa, teori, dan berujung pada hukum/ formula sebagai kesimpulan final. Seringkali, tudingan-tudingan yang dilontarkan kepada kitab suci hanya bersifat ASUMSI. Itupun dilontarkan dengan tingkat subyektivitas yang tinggi, dan ditandai dengan ungkapan yang sinis serta provokatif.

Misalnya, soal perbudakan. Coba lihat ungkapan yang dilontarkan: “Sayang, kitab suci anggap budak-budak itu sebagai ‘sub human’ yang boleh diperlakukan semena-mena oleh ‘super human’, tak heran sama sekali tak ada episode yang mirip Sodom & Gomorra untuk perbudakan sex itu, yang ada selalu tentang LGBT, heran dengan standar moral terhadap para budak itu?”

Menurut Anda, kalimat tudingan di atas berada pada tataran asumsi, hipotesa, teori, ataukah formula? Subyektif ataukah obyektif? Cobalah perhatikan, tak ada sama sekali ayat-ayat Al Qur’an yang dikutip, sebagai dasar atas kesimpulan itu. Ini bahkan lebih rendah dari tingkatan asumsi yang obyektif. Dan lebih pantas disebut sebagai opini. Itupun opini yang sangat subyektif. Bukan skeptif, tapi provokatif.

Memahami Al Qur’an tidak boleh sepotong-sepotong. Karena, tema perbudakan ini dibahas dalam puluhan ayat, yang semuanya saling berkorelasi membentuk kesimpulan yang utuh. Dalam tulisan yang pendek ini, tentu saya tidak leluasa untuk memberikan tafsir secara holistik. Tetapi marilah saya tunjukkan sejumlah ayat yang dengan SANGAT TEGAS dan lugas menunjukkan betapa Islam sangat MENENTANG PERBUDAKAN.

1. BUDAK HARUS DIKAWINI DENGAN CARA YANG PANTAS
“Dan barangsiapa di antara kamu yang tidak cukup penghasilannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh MENGAWINI wanita yang beriman dari BUDAK-BUDAK yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebagian kamu adalah dari sebagian yang lain. Karena itu kawinilah mereka dengan SEIZIN TUANNYA. Dan berilah MAS KAWIN mereka menurut yang PATUT. Karena mereka adalah wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya…” [Qs. An Nisaa’ (4): 25]

2. DIHARAMKAN MEMAKSA BUDAK UNTUK MELAKUKAN PERZINAHAN
“…Dan JANGANLAH kamu paksa BUDAK-BUDAK wanitamu untuk melakukan PELACURAN, padahal mereka mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.” [Qs. An Nuur (24): 33]

3. DIANJURKAN UNTUK MEMBEBASKAN BUDAK MESKIPUN MUNGKIN TERASA BERAT
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi berat itu? (Adalah) MEMBEBASKAN BUDAK dari perbudakan. Atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.” [Qs. Al Balad (90): 12-16]

Maka, marilah kita bersikap adil dan ilmiah dalam menyikapi masalah-masalah demikian. Skeptis tentu boleh. Saya pun selalu bersikap skeptis dalam berbagai hal. Tetapi, skeptis yang positip dan optimistik. Bukan skeptis yang negatif dan pesimistik. Apalagi sinis, yang hanya akan melahirkan ketidaknyamanan dalam pergaulan, bahkan pertengkaran yang sesungguhnya tidak perlu.

Mumpung masih bulan Syawal, saya mohon maaf lahir dan batin ya. Salam. (*)

#Diskusi saya di grup WA Alumni Teknik Nuklir UGM ini saya unggah di sini, siapa tahu ada manfaatnya.

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda