Karena Irina Ustinova Itu Perempuan

ILUSTRASI: Foto istimewa, Desaign CoWasJP

COWASJP.COM – ockquote>

pengantar-cowas1OmYRZ.jpg

BEBERAPA hari belakangan ini, persoalan yang menimpa Irina Ustinova Svedlovk terasa begitu menarik perhatian kita. Pertanyaannya: Mengapa? Buat saya, jawabnya sederhana. Buat simple saja: Karena dia itu perempuan. 

Bicara soal kaum perempuan, paling  tidak kaitannya dengan apa yang dilakukan Irina Ustinova ketika menyelamatkan nyawa suaminya dari aksi penyerangan sejumlah orang tak dikenal di ruas jalan tol Jagorawi dinihari 9 Juli lalu, kita akan diingatkan tentang wanita-wanita super tangguh di zaman lampau. Wanita-wanita yang mampu mengambil sikap yang tepat di saat yang tepat. 

Ada kata-kata orang bijak yang mengatakan, di balik suksesnya seorang pria selalu ada wanita-wanita tangguh di belakangnya. Nah, kita diingatkan betapa wanita-wanita tangguh itu selalu mem-back up dari belakang, tanpa peduli namanya disebutkan di ujung kesuksesan atau tidak. Begitulah mereka  berbuat dan mengambil peran penting di saat-saat yang genting. 

BACA JUGA: Wanita Cantik Itu Bernama Irina Ustinova​

Dinihari tanggal 1 Oktober 1965, misalnya, seorang perempuan lain memainkan peran yang luar biasa heroik. Dia adalah Almarhumah Johana Sunarti Nasution. Sekitar pukul 4 dinihari itu, dia mendengar suara gaduh di luar rumahnya. Dia menduga itu adalah suara bising dari gerombolan Pemuda Rakyat yang hendak menculik suaminya, Jenderal Besar (Purn) Abdul Haris Nasution. 

Ternyata yang datang adalah pasukan Cakrabirawa. Mereka memberondong pintu kamar dengan sejumlah tembakan. Tapi Ibu Nas – begitu dia akrab disapa – dengan sigap meminta Pak Nas sembunyi. Beberapa kali suaminya itu ragu meninggalkan dirinya dan anak-anak, tapi Ibu Nas ternyata mampu mengambil sikap yang tepat di saat yang tepat. Seandainya dia tidak “keukeuh” meminta Pak Nas lari dan sembunyi, tentu suaminya itu sudah terbunuh saat itu. 

*

SEJUMLAH cerita tentang perempuan-perempuan tangguh itu mengingatkan kita kepada peran Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Isteri baginda Rasulullah Muhammad Saw. itu tidak hanya merelakan seluruh hartanya untuk perjuangan dakwah Rasulullah, tapi juga mampu memainkan peran penting di saat genting. 

Khadijah binti Khuwailid adalah orang pertama yang mengakui kenabian Muhammad. Dialah pula yang menghibur dan memberi semangat ketika Rasulullah Muhammad gemetaran setelah menerima wahyu yang pertama. Dialah pula yang menyemangati Rasulullah dalam sejumlah moment penting, terutama ketika semangat Rasulullah melorot menghadapi beratnya tantangan dakwah yang beliau hadapi. 

Isteri Rasulullah yang lain, Ummu Salmah, ternyata juga punya cerita bagaimana dia memainkan peran yang sangat penting di saat genting. Pada tahun keenam hijriyah, Rasulullah mengajak 1.200 pengikutnya untuk umrah ke Mekah. Tetapi sesampainya di suatu tempat yang dikenal dengan Hudaybiyah, rombongan beliau dicegat oleh utusan kaum Quraisy. Mereka menolak kedatangan Rasulullah beserta pengikutnya tahun itu. 

Karena itu dibuatlah perjanjian yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Hudaybiyah. Tapi melihat isi perjanjian yang dianggap berat sebelah, Umar bin Khathab dan Ali bin Abi Thalib tampak ragu. Seakan enggan mendukung keputusan Rasulullah menandatangani perjanjian itu, sehingga Rasulullah marah.

Di saat yang genting itu, Ummu Salmah memperlihatkan perannya.  Dia tarik Rasulullah ke dalam kemahnya. Lalu dia berkata: “Janganlah engkau marah ya Rasulallah! Engkau mulai sajalah sendiri. Segera sekarang juga engkau keluar, engkau potong rambutmu dan engkau sembelih binatang dendaanmu. Lalu engkau tanggalkan pakaian ihrammu tanpa bicara lagi.”

Rasulullah membenarkan perkataan isterinya, sehingga beliau menurutinya. Artinya, umrah dicukupkan sampai di situ, dengan persiapan akan datang lagi tahun depan. Rasulullah pun melakukan apa yang diputuskan dalam perjanjian itu. 

Melihat semua itu, para pengikutnya pun mengikuti beliau. Sehingga suasana yang kaku itu mulai mencair kembali. Di situlah tampak betapa besarnya peran seorang perempuan yang mampu mengambil keputusan penting di saat yang genting. 

*

MESKIPUN musuh-musuh Islam selalu membesar-besarkan bagaimana Islam merendahkan derajat kaum perempuan, sesungguhnya mereka tidak menyadari betapa Islam justru menempatkan kaum hawa itu pada posisi yang sangat tinggi. Kedatangan dakwah Islam buktinya telah merevolusi peran, posisi dan derajat kaum perempuan di zaman jahiliyah. 

Bayangkan, sebelum kedatangan Islam, masyarakat jahiliyah Quraisy merasa malu jika bayi yang baru dilahirkan anggota keluarganya adalah perempuan. Karena itu, mereka akan berusaha keras menyembunyikannya jika tidak langsung saja membunuhnya. Tapi dengan kedatangan dakwah Rasul, kebiasaan itu secara perlahan berubah. 

Di waktu Fatimah Az Zahra masih balita, Rasulullah Muhammad begitu sering menggendong dan menciumi putri kesayangannya  itu di hadapan para bangsawan Quraisy. Karena itu kaum bangsawan Quraisy merasa jijik melihat kelakuan Rasulullah kepada putrinya itu. Buat mereka apa yang dilakukan Rasulullah itu adalah sesuatu yang memalukan. Tapi buat Nabi Muhammad, itulah yang mesti dilakukan seorang ayah kepada putri kesayangannya. 

Di dalam Islam posisi kaum perempuan begitu tinggi. Tapi semua itu tidak hanya secara konseptual, tetapi juga faktual. Bila di muka sudah kita sebutkan bahwa manusia pertama yang mengakui kebenaran ajaran Islam adalah perempuan, yaitu Siti Khadijah al-Qubra alias Khadijah binti Khuwailid, maka manusia pertama yang mati syahid di dalam Islam adalah juga perempuan.

Menurut sebuah tulisan Prof. Dr. Hamka, wanita syahidah pertama itu adalah Ummu Yasir, yang rela mati syahid untuk mempertahankan aqidahnya. Dengan pilihan katanya yang khas Buya Hamka mengungkapkan: “Dia mati disula dengan pucuk kurma muda, dicucukkan dari farajnya oleh Abu Jahal sampai terulur di lehernya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Selain itu, Islam juga menjunjung tinggi keberadaan kaum perempuan. Rasulullah pernah bersabda: “Barang siapa mempunyai anak perempuan, tidak dikuburkannya anak itu hidup-hidup, tidak dihinakannya, dan tidak dilebihkannya anaknya yang laki-laki dari pada yang perempuan itu, Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan sebab dia (anak perempuannya itu).“(HR. Abu Dawud, Alhakim dan Abdullah bin Abbas).

Dalam sebuah riwayat yang lain, Rasul pun pernah bersabda: “Barang siapa yang ada padanya tiga anak perempuan dan dia sabar dalam mengasuhnya, dalam susahnya maupun dalam senangnya, dia akan dimasukkan Allah ke dalam surga, karena rahmat  Allah terhadap anak-anak itu.” (HR. Alhakim dan Abu Hurairah). 

Seorang laki-laki yang bersama Rasul bertanya: “Bagaimana kalau hanya dua (anak perempuan) Ya Rasulallah?”

Beliau menjawab: “Dan dua pun begitu juga.”

Seorang lelaki lain pun bertanya: “Bagaimana kalau hanya satu orang?”

Beliau menjawab: “Satu orang pun begitu juga.”

*

BILA KITA kembalikan pembicaraan kepada persoalan Irina Ustinova, yang isteri pakar telematika ITB Hermansyah, kita tidak hanya bicara bagaimana dia begitu tangguh menyelamatkan nyawa suaminya. Tapi di samping itu, kita juga perlu bicara tentang tuduhan terhadap dirinya bahwa dia adalah salah seorang mantan Pekerja Sex Komersial (PSK) asing. Tuduhan yang tentu saja bagi seorang perempuan sangat menyakitkan.

Tidak bisa tidak, kita sudah bersimpati kepada Irina. Kita bahkan juga berempati kepada duka nestapa yang sudah dia lalui. Bila kita bicara dari sisi pandangan dan ajaran Islam, menuduh seseorang berzina saja tanpa disertai saksi adalah sebuah perbuatan dosa. Apalagi menuduhnya sebagai seorang mantan PSK.

Allah Swt. bahkan menukilkan langsung ketetapan-Nya di dalam kitab suci Al-qur’an, Surah An-Nur 4: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali cambukan, dan janganlah kamu terima kesaksian yang mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” 

Semoga semua ini bisa jadi bahan pelajaran bagi kita, seluruh anak bangsa!

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda