Ada 1.000 Cup Kopi dan 1.000 Porsi Gudeg, Malioboro Diserbu Pengunjung

Suasana Malioboro Coffe Night (Foto: Erwan/CoWasJP)

COWASJP.COMMALIOBORO, sebuah nama yang sangat lekat dengan kota budaya Jogja. Jalan seribu cerita dan makna ini identik dengan keramaian pedagang kaki lima, pedagang asongan, becak dan andong di sisi jalannya.

Tanggal 2-3 Oktober 2017, kemeriahan Malioboro semakin bertambah dengan even semalam suntuk yang bertajuk Malioboro Coffee​ Night (MCN) yang digelar di sepanjang pedestrian. Even ini diinisiasi Komunitas Pecinta Kopi Nusantara Yogyakarta bekerjasama dengan Pemkot Yogyakarta dan didukung Kementerian Pariwisata.

"Acara minum kopi semalam suntuk ini untuk memeriahkan International Coffee Day yang jatuh pada 1 Oktober dan menyambut Hari Jadi Kota Jogja yang ke-261, ada 10.000 cup kopi yang akan disuguhkan dalam acara itu," ujar Humas dan Publikasi acara Malioboro Coffee​ Night, Anggi Pradita. 

Kata Anggi, MCN yang baru pertama kali digelar ini mengambil tema Coffee, Culture and Industry. Acara berlangsung dari pukul 22.00 WIB sampai 06.00 WIB.

Sembari menikmati kopi dan suasana Malioboro, wisatawan juga dapat menyaksikan pementasan seniman jalanan, live musik, hingga karikatur. Selain itu, ada obrolan santai dengan para pegiat kopi. "Ada 40 tenant kopi dan Komunitas Pecinta Kopi Nusantara hadir untuk menyemarakkan ngopi malam di Malioboro, karakter utama yang dipilih dalam even ini adalah kopi tubruk Nusantara" tuturnya.

Tenant berasal dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Jogja, Kulonprogo, Bandung, Jakarta, Cianjur, Aceh, Flores, Medan sampai Papua. “Mereka bukan hanya terdiri dari coffee shop tetapi juga petani kopi hingga industri ikutan kopi,” paparnya. 

Menariknya, pada acara yang digelar di pedestrian itu ditampilkan beberapa teknik meracik kopi yang mudah diikuti atau dilakukan di rumah oleh para penikmat kopi ataupun masyarakat awam yang belum mengetahui teknik menikmati kopi yang sehat. 

MCN juga melibatkan para seniman Jogja sebagai pengisi acara. Pentas musik jalanan, cartoon art dan seni patung mewarnai event sepanjang malam ini. Tak lupa photo booth dari Cafe 80 Bocor Alus menjadi daya tarik yang menyedot pengunjung untuk berselfie ria.

COFFEE-NIGHT1TFafZ.jpg

Acara Malioboro Coffe Night akan ditutup dengan kegiatan Reresik Malioboro. Setelah itu akan ada acara sarapan pagi bersama. "Kita juga sediakan sarapan pagi gratis sebanyak 1.000 bungkus nasi gudeg dan pecel," pungkasnya.

Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti mengapresiasi digelarnya MCN. Menurutnya kopi Indonesia sudah sangat dikenal dunia luas. Kopi Indonesia telah menjadi diplomasi budaya dan ekonomi. “Kopi juga sudah menjadi bagian dari masyarakat. Bahkan di beberapa daerah, kopi tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari dan menjadi daya tarik wisata,” ujar Esthy Reko Astuti didampingi Kabid Wisata Budaya Wawan Gunawan.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga mengatakan bahwa Malioboro merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan yang juga masuk ke dalam salah satu destinasi prioritas Kemenpar. Kata Menpar, dengan kehadiran MCN ini tentunya bakal menarik lebih banyak minat wisatawan. 

”Kopi itu sudah menjadi identitas bangsa. Dalam setiap kegiatan pameran ataupun promosi di luar negeri, kopi tidak pernah ketinggalan. Dan kopi Indonesia adalah yang selalu menarik masyarakat luar. Itu karena kopi Indonesia memang punya kualitas yang tidak dimiliki negara lain. Karakternya, rasanya, kepekatannya, aromanya, semuanya ada di kopi Indonesia,” kata Menpar Arief Yahya.

Lanjutnya, Kopi sebagai salah satu bagian dari minuman andalan Indonesia untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Selain itu, sektor kuliner memberikan lapangan kerja. Dari 11 juta tenaga kerja yang berkecimpung di sektor pariwisata, 30 persen di antaranya bekerja di bidang kuliner atau restoran. Dia mencontohkan salah satu keberhasilan strategi pemasaran kuliner dari negara tetangga, seperti Thailand dan Cina, yang telah mendunia. 

“Bagaimana Thailand dan China mempengaruhi dunia dengan budaya kuliner, itu yang bisa kita tiru,” pungkasnya.(*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda