SAYA bukan mudik ketika ke Kaltim tiga hari lalu. Saya harus ke suatu tempat yang –mohon maaf lahir batin– ternyata pernah saya datangi 45 tahun yang lalu: untuk mengunjungi pacar waktu itu. Sekaligus mengajaknyi pulang: kawin.
Sebagai jurnalis senior, instingnya mengalir untuk mencatat, merekam, dan menuangkannya menjadi esai-esai bernas, yang kemudian dibukukan. Dua tahun mendampingi Doni, sudah ratusan tulisan ditorehkan. Tiga buku sudah diterbitkan.
Ada beberapa teman yang bertanya, “Bagaimana rasanya puasa di luar negeri?†Alhamdulillah meskipun lebih berat, tapi selisih waktunya tidak terlalu jauh dengan Indonesia.
Namanya saja sapu jagat. Kok mau disapu bawahan. Tentu bukan sapu jagat kalau gampang kalah.
Presiden Jokowi, awalnya, memutuskan sendiri: minyak goreng dan bahan baku minyak goreng dilarang diekspor.
Baru 9 bulan kami tinggal di Lausanne – Switzerland. Rencana awalnya, Papi Fariz Hidayat (suami saya) tugas di Lausanne 1 tahun. Tapi ternyata harus lebih cepat.
AWALNYA soal krisis minyak goreng ini saya anggap sudah selesai: lewat BLT (bantuan tunai langsung). Yang tidak mampu membeli diberi uang: Rp 300.000 untuk tiga bulan. Saya pun memuji putusan