COWASJP.COM – ockquote>
C a T a T a N: Cak Amu
--------------------------------
MALAM itu, 5 Februari, adalah Jumat malam Sabtu. Menurut penghitugan Jawa termasuk malam Sabtu Legi. Bukan dihitung Jumat Kliwon malam.
Hitungan hari dalam kaidah jawa tidak boleh diremehkan. Saru! Apalagi dipakai guyonan, biasa kualat nanti he he he... Adat Jawa sangat mempercayai filosofi ini. Percayalah!
Mengapa? Malam Sabtu itu adalah malam bersejarah. Bersejarah bagi panitia pertandingan amal Charity Game di Solo dan Yogyakarta. Bersejarah bagi tim Garuda Merah dan Putih. Bersejarah juga buat pengelola media online Gilbol.com yang memprakarsai dua pertandingan yang ditayang langsung oleh Trans7 itu.
Betapa tidak bersejarah? Baru kali pertama inilah, Sang Raja Paku Alam X, yang baru dinobatkan sebulan sebelumnya, sudah menerima tamu agung. Tamu yang diundang secara khusus bagai tamu kenegaraan atau kerajaan.
Karena itu, malam Sabtu Legi itu, juga menjadi tinta emas bagi Sang Raja Paku Alam X. Dino inilah dalemnya menjadi tuan rumah para pemain dan pengurus bola, yang punya kepedulian terhadap rekan senasibnya, yang sudah tidak mampu lagi bermain bola. Alias cedera.
Dino atau hari, bagi adat Jawa memiliki arti penting. Setiap hendak melakukan sesuatu, orang Jawa selalu melihat weton kelahirannya. Apalagi punya gawe besar. Mereka pasti menyelaraskan wetonnya agar kelak mendapat hasil menggemberikan.
Coba simak papan reklame ukuran besar yang masih bertengger di sudut-sudut jalan utama Ngayogyokarto. Terdapat baliho-baliho Penobatan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryao (KGPAA) sebagai pemangku Raja Paku Alam X, dengan membubuhkan tanggal lengkap dino jowone.
Bahkan, bukan hanya tanggal jawa dan nasional, yang menggunakan kalender tahun masehi itu. Juga tertulis tahun hijriah. Nah, pilihan dino atau hari bagi adat Jawa itu, diyakini bisa menentukan cerah tidaknya kiprah seseorang. Karena itu, bobot hari atau tanggal memiliki arti penting dan nilai lebih.
Penobatan atau jumenengan KGPAA Paku Alam X dilangsungkan Kamis Legi 26 Mulud Juawal 1949 atau 7 Januari 2016. Paugeran atau penetapan hari itu diputuskan oleh Pengageng Puro Pakualam.
Kamis Legi itulah hari yang baik untuk peresmian bertahtanya Putra Mahkota Kadipaten Pakualaman Kanjeng Bendara Pengeran Harya Prabu Suryodilogo sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X. Raja Pakualaman ini menggantikan tahta Raja Paku Alam IX yang wafat di RS Sardjito Yogyakarta, 21 November 2015.
Lantas, apa hubungannya dengan Tim Charity Game? Secara langsung memang hari baik bagi orang Jawa itu, tidak berimbas kepada tim Garuda Merah dan Putih, yang berlaga di Stadion Manahan Solo dan Mangkunegaran Sleman.
Dua laga amal itu tetap tidak banyak disaksikan penonton. Di Solo tidak lebih dari 5000 suporter Pasopati berpartisipasi. Juga di Sleman, tidak lebih dari 2000 Slemenia menjadi saksi kepedulian mereka. Laga ini boleh gagal di stadion. Namun, tidak terasa di luar stadion.
Itu terbukti dengan antusiasnya Raja Paku Alam X menyambut mereka. Mereka diundang ke istana raja bukan karena berprestasi. Mereka diundang karena peduli sesama.
Karena itulah, saat menjamu di pendopo Puro Pakualam, raja bernama asli Haryo Danardono ini, menerimanya bak seorang pahlawan olahraga yang baru menjadi kampiun. Ia merasa tergugah untuk membangkitkan kembali sepak bola Indonesia yang terlalu lama masuk angin.
Banyak cerita yang dia sampaikan. Mulai dari keramatnya tempat yang disinggahi rombongan, hingga hanya Presiden RI Pertama Ir Soekarno wakilnya Mohammad Hatta, yang pernah duduk saat rapat kenegaraan di pendopo tersebut. “Tempat ini benar benar bersejarah dan amat sakral. Oleh karena itu mari kita jaga kesakralan tempat ini,” pinta Kanjeng Gusti kepada rombongan.
Penulis (kanan) berfoto bersama dengan Raja Paku Alam X. (Foto: CoWasJP.com)
Dia juga menunjuk kereta kencana yang berwarna kuning keemasan di dekat Bangsal Sewotomo Pakualam hanya ada dua di dunia. Kembaran kereta bernama Kiai Manik Kumala ini ada di Inggris yang biasa dinaiki Pangeran Charles. “Kereta itu berusia dua abad. Hanya dipakai saat penotabatan Raja Paku Alam. Kemarin kita keluarkan (saat penobatan tahta) dan dikirap bersama dua kereta lainnya,” jelas Kanjeng Gusti sembari menyebut Kereta Nyai Roro Kemenyar, Kiai Brojonolo dqn Kiai Manik Brojo.
Di sisi depan bangsal juga tersedia Gamelan Pusaka Kyai Rinding. Semua koleksi raja ini dipersilahkan Raja Paku Alam X untuk diabadikan oleh rombongan tim Charity. Tentu saja kesempata emas ini tidak mereka sia-siakan.
Dua olahragawan legendaris nasional Hariyanto Arbi dan Rully Nere pada berebut narsis foto foto di peninggalan para raja Pakualaman tersebut. Bahkan, cucu dan cicit legenda bola Drg Endang Witarsa, Drg Tessa Witarsa dan putri tunggalnya, Jasmine Joe Witarsa memanfaatkan momentum ini dengan foto di semua sisi koleksi legendaris itu.
“Kapan lagi kita bisa begini kalau tidak diundang raja,” ujar Tessa yang buka klinik perawatan gigi di Jakarta ini. Perasaan serupa juga dirasakan Rully Nere. Bintang timnas era 1980 ini mengaku baru pertama kali dijamu Raja Jawa. Malah yang paling terkesan adalah undangan raja di saat tim Indonesia hancur dan kompetisi tidak berjalan alias mati.
“Penghargaan raja ini bagi saya sangat besar nilai dan artinya. Beliau telah membangkitkan semangat kami untuk menghidupkan sepak bola nasional,” tegas Rully.
Kesan senada juga disampaikan Hariyanto Arbi. Mantan juara All England di Birmingham dan London 1993-1994 ini merasa tersanjung oleh kepedulian raja di saat sepak bola Indonesia gulung tikar. Kepedulian Raja Paku Alam X itulah yang membuat Arby akan tetap membantu klub klub sepak bola untuk menggunakan kostum produksinya.
Arby hadir di tengah rombongan Charity Game termasuk salah satu pihak sponsor. Kostum Garuda Merah dan Putih yang dipakai laga di Solo dan Slemen itu adalah hasil karyanya. Namun demikian, Arby belum puas terhadap sumbangsihnya. “Karena mendadak, kostum yang saya berikan masih kurang sempurna. Ke depan saya akan lebih mempersiapkan lagi,” akunya.
Spontanitas dan keikhlasan Hariyanto Arby inilah, yang membuat Raja Paku Alam X tergerak hatinya. Iapun menyambut ularan tangan mereka dengan memberi cendera mata.
Selain buat Arby, cendera mata itu juga diberikan kepada manajer tim Merah dan Putih Ary Sudarsono, penggagas Charity Game Erwiyantoro, pelatih Daniel Roekito dan Isman Jasulmay.
Wajah wajah ceria ini kian lengkap ketika hendak meninggalkan Puro Pakualaman diajak melihat koleksi keratin sambil berjalan. Bahkan, Sang Raja dengan senang hati didaulat tamunya untuk foto bersama di kereta betuah itu.
Raja juga sempat duduk nglempoh di anak tangga Bangsal Sewotomo, sembari membubuhkan tanda tangan kepada rombongan. Sang Kanjeng Gusti juga tak segan melempar senyum dan canda, yang kadang diselingi tawa, saat peminta tanda tangan memancingnya.
Ia pun melambaikan tangan dan senyum lepas, saat melepas rombongan satu bus dan mobil pribadi meninggalkan dalemnya. Raja Paku Alam X melalui kerabat dekatnya, Kanjeng Pangeran Roy Suryo yang pernah menjadi Menpora itu berpesan lewat Cowas,”Hidupkan kembali kompetisi. Bangkitkan sepak bola Indonesia dengan rekonsiliasi. Bukan dengan berselisih!”
Salam Kompetisi!