COWASJP.COM – style="text-align:center">C a T a T a N: Imam Kusnin Ahmad
------------------------------------------------
JAWA TIMUR (Jatim) selain sebagai barometer sepakbola dan cabang olahraga (cabor) lainnya, juga dikenal sebagai gudang atlet olahraga Drum Band. Cabor yang bernaung di Persatuan Drumb Band Indonesia (PDBI) ini sudah masuk cabor yang dipertandingkan di pentas PON sejak tahun 2004.
Tapi sayang, di PON Jabar 2016 nanti tim drumb band Jatim tidak bisa ikut. Mengapa? Tim Drumb Band Jatim kalah dalam seleksi Kejurnas dan Pra-PON.
Padahal, olahraga yang memadukan seni dan olahraga ini sangat tumbuh subur di Jatim. Terbukti hampir semua daerah di Jatim memiliki tim. Baik drumb band, marching band maupun drumb corp. Bahkan tidak hanya satu tim. Rata-rata lebih dari tiga satuan. Ada satu daerah yang memiliki lebih dari 20 unit satuan drumb band.
Misalnya Kota Surabaya. Dari level TK sampai perguruan tinggi punya satuan. Contoh Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya, Putra Surabaya, Untag, SMA Ta’miriyah, SMP-SMA Barunawati dan lainnya.
Contoh lainnya Kabupaten dan Kota Blitar, serta Kabupaten dan Kota Kediri. Masing-masing daerah itu sangat baik pembinaan unit drumb band-nya. Terbukti hampir setiap tahun ada kejuaraan.
Belum lagi satuan milik yayasan atau perusahaan. Contoh PT Semen Gresik dan Petrokimia Gresik, PT Gudang Garam, Masama All Stars milik yayasan LP Ma’arif Kabupaten Blitar, Jember Marching Band (JMB) milik seniman Jember, Zawahirul Hikmah ( ZH) milik Yayasan Pesantren Zawahirul Hikmah Kabupaten Tulungagung, satuan milik PT Sampoerna Surabaya yang pernah meraih prestasi internasional karena berhasil mengikuti parade Bunga di Pasadena, Amerika Serikat.
Disusul oleh Jember Marching Band yang pernah menjadi juara internasional ketika mengikuti Malaysia World Band Competition (MWBC) bersama Masama All Star Udanawu, Blitar, pada tahun 2010. JMB juga pernah meraih juara Thailand Open.
Tim Satuan Marching Band Masama All Satar Jatim saat acara di Johor Baru Malaysia. (Foto: cowasjp.com)
Di Tingkat Nasional, sejak tahun 2003 sampai 2008, satuan Drum Band Jatim selalu mendominasi. Baik kejuaraan yang diselengarakan oleh PDBI maupun kejuaraan yang diselenggarakan oleh yayasan.
Contohnya tahun 2003, Satuan Marching Band Masama All Stars Blitar meraih juara umum dalam Kejurnas Drum Band Marching Band di Palembang. Tahun 2005 kembali Masama All Stars meraih juara Umum dalam Kejurnas yang digelar di Jogjakarta. Ditambah lagi meraih juara umum di Kejurnas di Banyuwangi pada tahun 2007.
Atas prestasi itu, Masama ditunjuk Pengprov PDBI Jatim mewakili kontingen Jatim di PON di Kalimantan Timur tahun 2008. Jatim meraih dua medali emas dari 4 medali yang diperebutkan. Ditambah perak dan perunggu. Atas prestasi itu tiga atlet diangkat jadi pegawai negeri oleh Gubenur Jatim. PON 2012 di Riau, Drumb Band tidak dipertandingkan. Alasannya karena tuan rumah tidak memiliki satua DB.
Bersamaan dengan itu Marching Band di Jatim terus bergeliat. Contohnya Semen Gresik, Marching Band Universitas 17 Agustus ( Untag) Surabaya, Zawahirul Hikmah dan Jember Marching Band juga meraih prestasi di ajang Grand Prix di Senayan Jakarta.
Celakanya di PON 2016, tim Jawa Timur tidak berkutik. Pasalnya, tim Pengprov PDBI Jatim kalah bersaing dengan 12 tim daerah lain saat Pra PON. Sehingga, Jatim tidak bisa ambil bagian dalam even empat tahunan yang akan digelar di Jawa Barat.
Lho kok bisa? Apa penyebabnya? Apa kekurangan atlet Jatim? Jawabnya: tidak ada kekurangan. Untuk atlet bisa dibilang umbrukan (banyak sekali). Sebab satuan drumb band yang ada di daerah Jawa Timur serta intensitas lomba Drumb Band dan Marching Band di Jatim sangat tinggi. Cuma, ya biasa masalah klasik. Yakni gonjang ganjing kepengurusan Pengprov PDBI Jatim ketika itu. “ Pengurus saat itu hanya royokan balung tanpo isi (berebut tulang tanpa isi)," ungkap salah seorang pengurus, mengibaratkan kondisi saat itu.
TANPA SELEKSI YANG FAIR
Dampaknya, tidak bisa berpikir jernih dan atlet yang dikirim bukan saringan atlet terbaik. Namun, sekehendak oknum pengurus. Bahkan, tim bentukan KONI Jatim yang sudah berlatih hampir 2 bulan tidak dilibatkan dalam even Kejurnas dan Pra-PON. Akhirnya bisa ditebak. Karena yang dikirim hanya satuan pupuk bawang alias abal-abal, mereka tidak berkutik di even nasional tersebut.
Tidak ikutnya tim Jatim memberikan peluang emas pada rivalnya selama ini, yaitu Jawa Barat, Jateng, Kaltim dan Papua.
Padahal pada PON di Jabar ini, jumlah medali emasnya meningkat. Kalau sebelumnya hanya memperebutkan 4 medali emas, 4 perak dan 4 perunggu, kali ini memperebutkan 10 medali emas, 10 perak dan 10 perunggu.
Tentunya ini sangat merugikan kontingan Jatim. Yang mestinya tim ini bisa menyumbangkan minimal 5 medali emas, perak dan perunggu. Kini Jatim harus gigit jari.
Peristiwa ini benar-benar harus dijadikan pelajaran semua pihak. Khususnya Pengprov dan KONI Jatim.
Ini menjadi pelajaran sangat berharga bagi pengprov maupun KONI Jatim. Ke depan, seluruh pengurus olahraga harus menyatu dalam satu jiwa untuk kepentingan prestasi Jawa Timur. Tidak untuk memenuhi ambisi dan egoisme pengurus. Kasihan para atlet dan unit satuan drumb band di daerah yang terus bergeliat untuk membina atlet-atlet muda berbakat. ***
Ilustrasi: Ghedebug/cowasjo,co