COWASJP.COM – style="text-align:center">Joko Intarto
Konsultan dan praktisi bisnis media.
Wajah Indra, sahabat saya, tampak kurang sumringah. Tidak seperti biasanya yang selalu murah senyum. Seharian kemarin, paras Indra tampak suntrut.
‘’Bisnis saya makin kacau gara-gara penjualan online,’’ katanya singkat, sembari membetulkan letak kacamatanya.
Tetap tanpa senyum.
Indra memang tengah murung. Bisnis ritel yang dijalankannya sejak lima tahun terakhir itu sedang dirundung ‘’musibah’’. Tokonya kian sepi.
Apa masalahnya? ‘’Konsumen sekarang mulai beralih ke sistem belanja online. Penjualan barang di toko jadi semakin sepi,’’ kata Indra.
Model bisnis online yang dulu diperkirakan tidak sukses, sekarang sudah menjadi ‘’gangguan’’ peritel tradisional. Data yang dirilis sejumlah lembaga survei pemasaran menyebutkan, penjualan online di Indonesia telah menembus angka Rp 130 triliun pada tahun 2015.
Penulis dan boneka pemberian Anang Sudjana. (Foto: Joko Intarto/CowasJP.Com)
Berbelanja secara online memang mudah dan praktis. Untuk mendapatkan barang yang diinginkan, konsumen tidak perlu bersusah payah pergi ke toko.
Konsumen hanya perlu membuka situs toko online atau market place untuk mencari barang yang diperlukan. Begitu barang ditemukan, dengan beberapa kali ‘’klik’’ pesanan sudah dibeli. Beberapa jam kemudian, barang pesanan itu sudah tiba, diantar petugas jasa kurir atau ojek online.
Hebatnya lagi, pedagang online sering kali bisa memberikan harga lebih murah dari toko. Ongkos kirim barangnya gratis pula!
Mengapa bisa demikian?
Mari kita analisa penyebabnya.
1. Untuk bisa berbisnis online, seseorang tidak perlu punya outlet sungguhan di mal. Pedagang hanya perlu punya toko di dunia maya. Bisa menggunakan platform online shop atau market place. Berapa dana bisa dihemat? Penghematan dari dana pembelian outlet saja ratusan hingga miliaran rupiah. Belum operasional harian dana bulanannya yang tidak perlu dikeluarkan. Dana ini bisa dikonversi menjadi hadiah bagi konsumen.
2. Pedagang online bisa berbisnis tanpa modal besar. Menjual baju tidak perlu membeli baju. Cukup membuat foto baju untuk dipajang. Kalau model bajunya diminati, barulah disediakan barangnya.
3. Bisnis online tidak membutuhkan jaringan bertingkat-tingkat seperti produsen, agen, sub agen dan pengecer. Pedagang online bisa langsung menjadi agen tunggal sekaligus pengecer untuk produknya sendiri. Margin yang selama ini dinikmati jaringan distribusi pemasaran bisa dikonversi untuk promosi yang dinikmati konsumen.
‘’Saya terlambat mengantisipasi perubahan prilaku pasar,’’ kata Indra.
Lain Indra, lain pula Anang. Mantan buruh yang sekarang memiliki 13 pabrik boneka di Bekasi, Jawa Barat itu justru lebih banyak tersenyum karena penjualan bonekanya makin moncer berkat internet.
Sekarang, Anang berhasil menjual sekitar rata-rata 7 ribu unit boneka per hari. Lebih dari separoh dihasilkan dari pemasaran online. ‘’Modal kerja saya nol. Semua disediakan pembeli,’’ kata Anang saat saya kunjungi di salah satu pabriknya, beberapa waktu lalu.
Kok bisa?
Rupanya, Anang punya kiat khusus dalam memasarkan boneka melalui internet. Awalnya Anang membuat sebuah dummy boneka, kemudian memotret dummy itu lalu mengunggah foto-foto itu ke blog-nya.
Anang kebetulan punya dua akun micro-blog. Follower-nya adalah masyarakat yang menggemari boneka. Mereka tinggal di dalam dan luar negeri.
Melalui akun sosial media itulah, Anang mengembangkan ‘’self publishing’’ untuk membangun jalur pemasaran langsung, dari produsen ke konsumen.
Anang sadar bahwa untuk mengomunikasi produk bonekanya membutuhkan media. Karena itu, Anang tidak hanya sibuk membuat boneka. Di tengah padatnya kegiatan membuat boneka, Anang masih meluangkan waktu mengelola medianya.
‘’Dalam waktu satu hari, biasanya sudah ada 3 ribu orang yang membeli. Dalam seminggu, jumlah pemesan bisa mencapai 30 ribu orang. Semua bayar lunas melalui transfer bank,’’ jelas Anang.
Setelah pembayaran harian direkap, Anang mulai memproduksi. Karena kapasitas produksi di pabrik hanya 7 ribu unit boneka per hari, konsumen harus menunggu boneka pesanannya sekitar 7 hari.
Begitulah situasi bisnis hari ini. Semoga mencerahkan. (*)