Siapa Tak Kenal Sukardi Mojokerto

ilustrasi dan foto: CoWasJP.com

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Bambang Supriyantoro 

------------------------------------------------------

SEMULA , saat Mas Anwar Cowas (Konco Lawas) JP Malang menulis di WA, Kamis 24 Maret " ada berita duka teman Cowas Mojokerto telah berpulang, saya berpikir siapa yg meninggal? "Mosok Mas Kardi?" kata saya dalam hati. 

Langsung saya scroll ke bawah mencari-cari apakah ada tulisan "Mas Kardi."  Meskipun teman-teman Cowas pada mengucapkan "Innalillahi..." tapi belum ketemu tulisan "Mas Kardi atau Cak Kardi meninggal dunia." 

Barangkali teman-teman Cowas yg lain belum berani langsung menyebutkan nama HM Sukardi di WA, sehingga sampai scrool ke bawah belum ada tulisan Mas Kardi. Mudah mudahan bukan Mas Kardi. Mungkin para Cowaser juga sedang konfirmasi ke teman lainnya.

cak-sukardi4pluC.jpg

Almarhum H Sukardi (kedua dari kanan) ketika berkunjung ke cangkruk'an CoWas Tropin.

Baru setelah scroll agak ke bawah, ada tulisan “bener Mas Kardi telah berpulang," Hati saya langsung  deg. Tapi saya masih belum percaya karena Rabu malam 23 Maret jam 22.51 Mas Kardi masih chating di Cowas. Saya komentari karena salah pencet yang mengakibatkan beliau keluar dari Group WA, dan dimasukkan kembali oleh Admin Cowas.  

santoso-bondet5D8gZ.jpg

Almarhum (H. Sukardi kaos hitam) saat menghadiri reuni di Nganjuk (6/03/2016)

Setelah teman yg lain menyampaikan kabar bahwa benar Mas Kardi telah berpulang, baru saya tenger-tenger (terhenyak). “Sakit apa ya Mas Kardi koq demikian tiba-tiba? Tahun 2011 ,  Mas Kardi hadir dalam acara reunian pertama Mantan Jawa Pos di rumah kontrakan saya di Gresik.  Mas Kardi dan Suhu pulang paling akhir, karena ingin di Bekkam oleh Haji Toing (Wijoyo Hartono).

Pada saat itulah Mas Kardi cerita kalau beliau diabetis. Alhamdulillah, awak iki diparingi sehat walafiat, cuma aku duwe diabetis tok,"katanya. Saya ceriterakan bahwa saya sudah menderita jantung koroner.  Saya sempat mengingatkan. "Mas, diabetis iku iso nang endi-endi lho lorone, sing ati ati Mas." (Mas, sakit diabetis itu bisa menimbulkan sakit-sakit lainnya. Yang hati-hati).

Pada saat itu dia juga bercerita bahwa ada uang dari Jawa Pos yg digunakan pergi Umroh sekeluarga. " Meneng meneng dikeki duwik teko Jawa Pos, wis tak gawe Umroh karo anak bojo. Kapan maneh?" tuturnya sambil tersenyum. (Diam-diam diberi uang oleh Jawa Pos, sudah saya gunakan untuk Umrah bersama keluarga. Kapan lagi?) 

almarhum-kedua-dari-kananfcxrl.jpg

Alamarhum pak Sukardi (kedua dari kanan kaos hitam) saat menghadiri reuni di Nganjuk..

Yang selalu saya ingat dari Mas Kardi, sejak saya gabung di Jawa Pos 1984, adalah selalu tersenyum tiap bertemu temannya dan diikuti tertawa ngakak. Biasanya beliau datang ke kantor Jawa Pos Kembang Jepun menjelang malam. Sekitar pukul 18.00 dari Mojokerto menyetorkan berita Mojokerto dan sekitarnya.  Karena pada jam jam tersebut, wartawan dari daerah pada bermunculan menyerahkan berita seperti Mas Santoso Bondet dari Madiun,  Mundzar Fachman dari Bojonegoro, Mas Suharno dari Gresik , Pak Mursodo dari Blitar. Waktu itu memang berita harus dibawa langsung, krn alat komunikasi canggih belum ada.

Setiap acara reuni selalu saya monitor, Mas Kardi ikut atau tidak? Karena kalau Mas Kardi ikut saya lebih senang dan tenang, karena ada teman bicara yang menyenangkan dan selalu diiringi tertawa ngakak.  Karena Mas Kardi adalah golongan wartawan senior yang masih saya kenal, selaih Mas Slamet Suhu, Abdul Muis (Amu), dan beberapa teman Jawa Pos era Kembang Jepun.  Mas Kardi dalam menjalin silaturahim atau reuni mantan Jawa Pos selalu hadir, di Wonosobo, Solo, dan yang terakhir di Nganjuk 6 Maret 2016.  

Dengan senyum dan rasa persaudaraan yang ditunjukkan Mas Kardi, tak heran kalau seluruh pejabat di Mojokerto dipastikan kenal baik dengan Mas Kardi.  Ada teman yang menceriterakan topi anggota KONI Kabupaten Mojokerto yang jatuh dari mobil bertuliskan Sukardi.

krangan-bungasxRPu.jpg

Karangan bunga ikut Berduka dari CoWasJP. 

Topi itu jatuh ketika temannya mengambil tas di jok belakang. Ketika tas diangkat topi Mas Kardi jatuh tanpa diketahui,   Saat sudah naik bus dan jalan agak jauh,  bus yang dinaiki teman dikejar oleh tukang ojek dan dihentikan hanya untuk menyerahkan topi bertuliskan Sukardi yang terjatuh itu. Tukang ojek itu mengira topi itu milik teman Cowas asal Blitar itu.   

Akhirnya topi milik Mas Kardi diberikan kembali saat reuni di Nganjuk. " Iki jimatku," kata Mas Kardi pada teman yang menyerahkan topi itu.

Kehebatan lain Mas Kardi, beliau termasuk orang yang disegani di Mojokerto. Saya dengar cerita dari Cak Dhimam Abror waktu launching Kafe Cowas di Tropodo Indah beberapa waktu lalu, bahwa dulu Cak Abror diajak Mas Kardi untuk jadi wakil bupati Mojokerto berpasangan dengan Achmadi. "Saya pernah ditawari Cak Kardi jadi Wakil Bupati Mojokerto berpasangan dengan Achmadi. Nggak usah keluar biaya dan pasti jadi. Pokoke sampean gelem, dadi,” kata Cak Abror waktu itu.

Waktu itu Mas Kardi tersenyum-senyum dilanjutkan tertawa ngakak yang menjadi ciri khasnya. Teman teman Cowas menyebut Mas Kardi sebagai  Mbahe Bupati Mojokerto.

Dengan pergaulan yang luas, egaliter, dan selalu tersenyum membuat dirinya dikenal baik oleh para pejabat. 

Saya selalu merindukan senyumanmu dan pertemanan yang ikhlas darimu. Selamat jalan temanku. Insya Allah khusnul khotimah.  Aamiin.

Berikut isi dialog terakhir Mas Kardi dengan Cowaser lain di WS Grup Cowas JP. Ramadhan Pohan, Cowaser yang politikus Partai Demokrat menuliskan, Allah SWT lebih mencintainya, meskipun teman temannya selalu merindukannya.

[22/03 10:08] NAWAK EWED: Bpk Soekardi van Mjkerto met gabung lagi. Ati2 lek mencet2 ojok kliru liyane

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda