COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Koesnan Soekandar
-----------------------------------------
TAHUKAH Anda Jalan Karang Menjangan Surabaya? Saya yakin kalau Anda wong Surabaya, pasti tahu. Tapi saya berani taruhan, banyak yang belum tahu kalau di jalan yang konon dulu banyak menjangannya itu ada yang jual 'Sego Pistol Gombyok'. Mau tahu penjualnya? Siapa lagi kalau bukan H. Abdul Muis (53) yang dikenal punya nama khas Cak Amu.
Nah, untuk menandai peluncuran nasi bakar isi tuna itu, maka Jumat Wage 25 Maret 2016 dilangsungkan selamatan. Yakh, tentu saja peristiwa itu dirangkai dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda resminya lapak 'Cangkrukan' e Cowas ( Cangkrukan' e Konco lawas). Heit..kali ini Cak Dimam Abror, Ketua CowasJP, yang bertindak sebagai eksekutor pucuk tumpeng dan seperti lazimnya acara pembukaan, maka selanjutnya diberikan nasi putih dan lauk pauk itu kepada orang yang dianggap paling tua.
Di sisi lain, upaya Cak Amu agar cangkrukan yang berkonsep lesehan itu mampu menarik anak muda, maka selain menyajikan menu ‘ Sego Pistol Gombyok', maka dibantu oleh sang istri, sekali waktu Cangkrukan'e Cowas ini juga menyajikan menu BNN. Lha.kalau yang ini bukan kependekan Badan Narkotika Nasional, tapi, ini dia Bebek Nyemek Nyonyor. " Jangan kuatir. Pasti dijamin super jos dan super pedas. Pokoknya mantabek," tukas Cak Amu yang mantan wartawan olahraga Jawa Pos ini.
Menurut dia, di lapaknya yang berukuran 3 × 6 meter ini tidak cuma bersandar pada BNN. Tapi juga ada menu yang secara berkala diletupkan, misalnya 'Sego Kasus' yang punya makna Ketan Ayam Suwir. Asyik memang. Dan Cak Amu yang dikenal ikut membidani lahirnya Pojok Kampung di JTV ini menjanjikan bahwa harga-harga makanan dan minuman di lapaknya tidak akan merogoh terlalu dalam kocek anak anak muda.
"Lihat saja, sego pistol gombyok cuma tiga ribu rupiah, kopi dua ribu rupiah. Sego Kasus tidak sampai lima ribu. Ini murah lho, " kata lelaki yang juga Ketua Bidang Keanggotaan CowasJP ini.
Benar, kata Cak Amu di hampir semua warung kopi di Surabaya, secangkir kopi rata-rata tiga ribu rupiah. Meski menawarkan harga super murah, Cak Amu tetap berusaha tidak lengah sedikitpun untuk menarik minat kawula muda cangkruk bersama dia. "Saya siap menemani konco-konco dan adik-adik setiap hari mulai jam satu siang sampai menjelang subuh", ujarnya.
Tidak hanya itu, wartawan yang memutuskan pensiun dini dari Jawa Pos ini punya kiat agar lesehannya memberikan manfaat lebih, maka dia telah memproklamirkan diklat jurnalis yang disebut ' Pesantren Jurnalis'. Ya..ya di Cangkrukan'e Cowas itulah Cak Amu bakal menularkan ilmu agama dan jurnalis yang dikuasainya kepada generasi muda. Karena itu, tak lama lagi Cangkrukan'e Cowas Karmen yang berseberangan dengan Laboratorium Kesehatan ini bisa memiliki WiHi. Sehingga nantinya yang cangkruk bisa langsung praktek di laptop atau di androidnya.
Sungguh ide Cak Amu ini barangkali belum ada duanya di Surabaya, bahkan di Indonesia. Bayangkan dengan hanya berbekal minum kopi dan makan "Sego Pistol Gombyok" ditambah kue seharga dua ribu. Total tujuh ribu ribu rupiah, sudah mendapatkan cara-cara menulis berita maupun features yang benar dari seorang lelaki bernama Abdul Muis. Percayalah, Cak Amu bukan wartawan yang baru kemarin sore " terbit". Arek asli Karang Menjangan ini sudah 28 tahun ditempa liatnya berbagai gaya penulisan. Karena itu, dia juga tidak akan main-main dengan bisnis yang sudah merakyat ini.
Penulis ketika berkunjung ke Cangkruk'an CoWas Karmen .
"Saya akan tekuni cangkrukan ini. Saya harus fokus, buat apa gengsi", kata lelaki yang pernah tercatat sebagai caleg PPP DPR RI ini. Itulah sosok Cak Amu mantan wartawan yang bertekad menggali potensi dirinya di bidang yang jauh dari profesi asal. Jauh..jauh sekali. (*)