COWASJP.COM – TIBA saatnya buat Abdi Pohan yang asli anak Medan dan Wasisno cah Pacitan itu untuk mengarungi pertarungan adu jotos sebenarnya. Ini setelah sembilan bulan dibekali ilmu tinju yang ditularkan duet palatih Wongsosuseno-Moefid.
Pohan dan Wasisno dianggap mampu untuk diadu di atas ring. Karena itu keduanya diorbitkan melalui pertandingan 4Rd. Untuk itu promotor Eddy Rumpoko (ER) merancang event kejuaraan 4Rd. Penulis sebagai Matchmaker dan Co Promotor lalu menyiapkan susunan partai yang akan di pertandingkan, serta waktu dan tempat penyelenggaraannya.
September 1985 kejuaraan 4Rd tinju pro digelar di GOR Argopuro di dekat Pasar Tanjung Jember. Dengan partai utama kejuaraan kelas Terbang Mini (46,3 Kg) antara Abdi Pohan vs Dipo Saloko (almarhum, asal Blitar/Kediri) dan Terbang Jr (47,6 Kg) Wasisno vs Jhoni Ireng (Rajawali BC Surabaya), dan partai tambahan utama perebutan ranking Indonesia, di kelas Bulu antara Sambung (Raung BC Jember) vs Adam Suwadji (Tamantirta BC Malang) dan Pelni Rompies (Blambangan BC Banyuwangi) vs Mintohadi (Ciptajasa BC Jember) di kelas Terbang.
Melalui pertarungan seru dan sengit --saling jual beli pukulan-- debutan pertama Pohan menuai sukses. Pohan menang angka mutlak dan dinobatkan sebagai jura tinju kelas Terbang Mini versi 4Rd KTI. Untuk pertarungan kejuaraan itu Pohan dibayar 120 ribu rupiah sesuai kontrak. Hal yang sama juga diterima alm Dipo Saloko yang penulis lupa nama BC-nya tapi asal Kediri/Blitar.
Dengan gelar sabuk juara itulah anak muda asal Medan yang merantau ke Jawa ini menapaki gemerlapan ring tinju profesional. Nama Pohan pun tenar, hampir setiap bulan dia dikontrak untuk bertarung. Bahkan, setahun kemudian (1986) prestasi Pohan makin moncer. Juara Indonesia berhasil ia genggam. Sejak itu Pohan beberapa kali bertarung ke Philippina dan Thailand untuk masuk dalam versi dewan tinju dunia, IBF-WBC-WBA.
Eddy Rumpoko yang juga Wali Kota Batu ketika menghadiri acara Pertina di kota Batu. (Foto: youtube)
Kalau Pohan laris manis di dunia tinju profesional, dan jadi salah satu petinju kesayangan promotor almarhum Aseng Sugiarto, tidak sama dengan Wasisno.
Sebab, Wasisno saat bertarung dalam kejuaraan kelas Terbang Junior lawan Jhony Ireng harus takluk dengan tragis. Pasalnya cah Pacitan itu tak mampu menuntaskan pertarungan. Ia menyerah sebelum ronde ke 3 usai. "Aduh....Emak....," keluh Wasis ketika di sudut biru dibombardir pukulan kombinasi hook dan uppercut Jhony Ireng.
Pelatih Moefid yang mendampingi pun lalu melemparkan handuk ke atas ring, tanda menyerah. Meski gagal di arena tinju, Wasis yang bertekad jadi petinju dengan niat untuk bisa membiayai sekolah itu (niat ini disampaikan) usai ia dinyatakan pelatih tak layak meniti karir di kerasnya dunia tinju, ternyata belum "habis."
Penulis kemudian menyampaikan soal tekad Wasis kepada ER sebagai Ketua dan Menejer Javanoea. "Ya, disekolahkan saja di SMA Muhammadijah situ (Oro-Orodowo)," kata ER.
Singkat kisah, meski gagal merebut sabuk juara tinju, Wasis mampu menggapai niatnya, bisa sekolah dan meraih ijazah SMA. Sejak 'dimundurkan' dari dunia tinju itu hingga kini Wasis tetap berbakti kepada ER. Ia menjadi tenaga yang mengurusi kebutuhan (transportasi) untuk rumah tangga mantan promotor flamboyan yang dua periode jadi Walikota Batu.
Sedangkan Pohan, kabar terakhir merantau ke Kalimantan Timur usai gantung sarung tinju.***