COWASJP.COM –
O l e h: Cak Amu
------------------------
PERUBAHAN demi perubahan sudah menjadi budaya kehidupan saya sejak bergabung dengan Jawa Pos. Saya termasuk kader yang tidak pernah duduk manis di kursi redaksi.
Bagi filosofi kodrati. Sejak memilih wartawan sebagai profesi, roda kehidupan saya bagai bola. Menggelinding entah kemana. Orang Suroboyo bilang: Pokok’e glundung semprong!
Saya tidak pernah memilih. Saya yakin pasti dipilihkan yang terbaik oleh Dia. Karena itu, ketika puncak prestasi saya sebagai wartawan sudah berakhir di Jawa Pos, saya harus flash back. Membuka lembaran sejarah. Dare to Change! Yang selalu berani dan siap berubah.
Sebelum gabung Jawa Pos di Markas Kembang Jepun Surabaya akhir 1984, saya mengawali karir sebagai wartawan Majalah Liberty. Adalah Mas Anshori Thayib (almarhum) dan Mas Enong Ismail guru autodidak saya. Mas Anshori mendidik sisi penulisan feuture pemerintahan dan sosial. Sedang Mas Enong penulisan wisata, profil dan fotografi.
Baca Berita Sebelumnya: Tenggelamkan Kapal Pesiar
Setahun di Liberty Baca, yang dikomandani tokoh kuliner tivi Mak Nyus Bondan Winarno itu, saya bergabung dengan Harian Pagi Memorandum. Dengan cara melamar menunjukkan hasil karya di Liberty.
Tidak lama mengenal karakter, pola pikir dan cara kerja tokoh pers Haji Agil Haji Ali, yang menjadi pemilik Memorandum, saya lantas diajak Mas Slamet Oerip Prihadi gabung Jawa Pos. Persisnya akhir 1984 awal 1985.
Dua tahun bergabung di Kembang Jepun, Pak Dahlan Iskan sebagai pemimpin redaksi, mengutus saya hijrah ke Jakarta. Saya tidak berani menolak. Naik kereta api dan bawa motor sekaligus.
Di Jakarta, kami menempati rumah baru di kawasan elit Bintaro. Namun, tak lama kemudian dikembalikan ke Surabaya untuk memperkuat tim redaksi olahraga, karena senior olahraga Wijoyo Hartono alias Toni hijrah ke Manado dan Zainal Muttaqien ke Balikpapan.
Sejak itu, saya dinobatkan sebagai wartawan olahraga. Sepak bola dan tinju menjadi pilihan utama Jawa Pos. Kendati sebagai wartawan sepak bola dan tinju, saya siap menulis cabang olahraga yang lain. Sehibgga ketika Jawa Pos membuka halaman olahraga selain sepak bola, saya siap melakukan perubahan.
Baca Berita Sebelumnya: Jangan Pernah Ingin Mengemis
Nah, kata berubah atau berani melakukan perubahan itu, rasanya berat kalau bukan menjadi kebiasaan. Hibit! Orang yang terbiasa hidup berubah dan senang melakukan perubahan, dia tidak akan terkejut ketika perubahan itu harus terjadi dalam dirinya.
Unsur Why (mengapa) dalam LIMA RAHASIA sukses wartawan itu juga terjadi dalam kehidupan non jurnalis. Mengapa seseorang harus melakukan perubahan? Karena ini bagian dari hakikat kehidupan. Orang yang menutun dalam kehidupannya. Boleh dibilang dia telah mengalami kematian semu.
Bentuk kehidupan apapun jika kita tidak segera melakukan perubahan, maka kita bisa dikategorikan oleh Tuhan sebagai manusia yang tidak bermanfaat. Betapa tidak!
Ketika kita sudah bermanfaat untuk diri sendiri, kita harus bermanfaat untuk Si A. Jika sudah bermanfaat untuk Si A, kita harus bermanfaat untuk Si B dan seterusnya. Itulah hakikat kehidupan yang terus bergerak dan berubah.
Baca Berita Sebelumnya: Wartawan Hebat Bukan Hedonis
Tentu saja perubahan bukan sekedar berubah, namun perubahan ke arah perbaikan. Terutama perbaikan diri yang belum pernah bermanfaat untuk diri dan orang lain, mulai saat ini harus segera berubah.
Jika sebelum ini menjadi orang miskin yang malas, jadilah orang miskin yang giat bekerja. Begitu pula sebaliknya. Jika selama ini menjadi orang kaya yang pelit alias bakhil, mulai sekarang beranilah berubah menjadi dermawan. Tidak kikir!
Allah dalam firmannya sudah menjelaskan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum jika kaum itu sendiri enggan mengubah nasibnya. Rasulullah juga selalu melakukan hijrah jika keselamatan dirinya terancam dan mulai kurang bermanfaat.
Baca Berita Sebelumnya: Lima We plus Satu Ha
Hijrah dan perubahan adalah satu kata yang bermakna sama. Inilah jawaban mengapa (why) kita harus berani melakukan perubahan. Karena hijrah dan perubahan adalah penyegaran hidup manusia agar tidak bosan dan bisa mensyukuri nikmatnya.
Seseorang yang sudah mulai menemukan kejemuhan hidup akan menuju kekufuran. Perbuatan ini paling tidak disukai Allah. Sang Khalik menganggap ciptaannya telah gagal memanifestasikan diri sebagai makhluk sempurna di muka bumi ini.
Baca Berita Sebelumnya: Memilih Belum Tentu PilihanNya
Perangkat computer atau program elektonik apa saja, jika tidak direfresh atau download ulang, maka perjalanannya akan mbrebet. Tersendat bahkan terhenti alias hangout. Keadaan ini tidak mengenal merek atau lebel perangkat elektronik tersebut. Mereka mahalpun bisa ngadat jika tidak direfresh.
Sepak terjang kehidupan kita tidak ubahnya seperti hal tersebut. Karena itu, jangan malas, gengsi atau malu melakukan perubahan. Terutama perubahan diri, kebiasaan, atau mental yang buruk ke arah yang lebih baik. Syukur-syukur bisa mencapai kesempurnaan.
Kiat-kiat tersebut sering kita dengarkan dari berbagai motivator. Saya sendiri sempat bergabung dengan mereka. Baik itu motivator kesehatan dan motivasi kehidupan, sering mengajak seseorang untuk berubah mental, tabiat dan pola hidupnya. Namun tidak sedikit motivator yang hanya bisa berbicara tapi tidak mampu melaksanakan ucapannya.
Bahkan, seorang mubalik pun oleh Allah diancam akan dicabik-cabik mulutnya, jika bisa berujar tapi tidak bisa menjalani. “Itu namanya kiyai Jarkoni (berujar gak bisa nglakoni/melaksanakan),” ledek seorang teman terhadap pendakwa.
Jadi perubahan atau hijhrah itu tidak pandang bulu. Semuanya harus berani berubah. Berubah untuk menuju sukses. Sukses di hadapan manusia belum tentu sukses di hadapn Allah. Ukuran sukses di hadapanNya adalah orang-orang yang saat pulang membawa kemenangan.
Menang menjalankan dua hidayah yang telah Ia ciptakan. Yaitu Hidayah Penciptaan sebagai manusia dan Hidayah Perjuangan yang diiringi manual book berupa petunjuk (kitab) dan penjelasan (Rasul). (Bersambung dengan judul: Bekerja Bukan Sekedar Cari Uang)
By: Cangkruk’ane CoWas Karmen