COWASJP.COM – SIAPA yang pernah mendengar cerita tentang "Misteri Anggur Merah"? Satu dari seratus orang yang lahir tahun 1940 an, pasti pernah mendengar cerita nisteri yang bisa membuat bulu kuduk berdiri itu. "Ya..ayah saya dulu pernah cerita Misteri Anggur Merah Di Kembang Kuning itu, tapi sekarang cerita itu sudah jarang terdengar lagi, kata Kasmidi ( 74 ) kepada Cowasjp, kemarin.
Hal senada juga dikemukakan oleh Soleh (73) warga Keputran, Surabaya. Laki laki pensiunan PJKA ini menyebut dia memperoleh cerita itu dari pamannya yang bekerja sebagai pelaut tahun1950 lalu. Tapi lain lagi dengan Bambang (67) laki laki yang aktif di perkumpulan Lansia ini justru tidak pernah mendengar cerita Misteri Anggur Merah, padahal tahun 1971 hingga 1984 pernah tinggal di kawasan Kembang Kuning, Surabaya.
Nah, seperti juga Bambang maka saya percaya masih. banyak yang belum tahu cerita ini. Apalagi peristiwa itu konon terjadi di awal tahun 1930. Sudah 85 tahun memang, tapi masih menarik diceritakan. Begini kisahnya:
Malam itu di antara dinginnya cuaca pada tanggal 27 Desember 1932, di sebuah bar di sekitar Jl. Plemaan Surabaya (sekarang sekitar Jalan Yos Soedarso) tampak ramai pengunjung. Mereka adalah para pelaut, para ambtenar, para pegawai perkebunan serta sinyo dan noni noni Belanda. Mereka bersuka ria sembari dansa diiringi musik beriama wals dengan alunan penyanyi ala Bing Crosby.
Esther diyakini mirip artid Hollywood Kim Novak ini. (Foto: Isitimewa)
Sementara, di tengah hujan rintik-rintik Frank de Meyer (26) seorang pelaut bujangan kelahiran Rotterdam, menyeruak masuk ke dalam sambil sesekali menyapa teman temannya sesama pelaut yang kapalnya sedang bersandar di Tanjung Perak.
Tak lama setelah duduk, tiba tiba matanya menatap seorang noni berambut blonde. Noni yang cantiknya luar biasa itu, dipandangi terus menerus seolah takut kehilangan sasaran. Akh, seperti terkena panah asmara gadis berkulit putih itupun menyambut pandangan lelaki tegap itu. Tapi Frank tak segera menghampiri, karena dia takut kalau pasangan gadis yang duduk di kursi paling pojok itu tiba tiba muncul. Ternyata setelah ditunggu sekitar 45 menit, gadis itu seolah memanggilnya. Tentu si Frank tak mau menunggu lama, secepat kilat dihampiri wanita yang menebarkan aroma asmara itu.
Konon, setelah didekati gadis berkulit mulus itu tidak cuma sekedar menebarkan aroma asmara saja, tapi juga benar benar menebarkan keharuman yang menggoda. Tak ayal hati Frank pun semakin bergelora. " Hem siapa namanya....e..perkenalkan.. saya Frank. Kenapa..e sendirian, ujar Frank terbata bata, sambil meraih tangan si noni itu."Aduh...mam....tangan itu lembut sekali. Cuma kenapa kok dingin..sekali", kata perjaka berambut ikal ini dalam hati.
Di persimpangan ini Frank ditinggal sendiri oleh Esther pada tengah malam 27 Desember 1932. (Foto: Koesnan Soekandar/CowasJP)
"Saya Esther Afzoin. Saya khan gadis Eropa. Jadi tidak apa apa datang ke bar sendiri, " sahut Esther sambil membetulkan syalnya. Sungguh, sekelebat terlihat kalung mutiara putih melingkar di leher gadis itu. Sudah tentu, Frank terpesona. Betapa jenjangnya leher gadis yang memiliki tinggi 174 meter ini. Tak hanya itu, sekali lagi tebaran wangi yang berasal dari tubuh Esther memaksa Frank menebak nebak. Parfum apa yang merebak ini. Beda ..beda sekali. Tapi yang pasti ini yang membuat darah asmara Frank semakin membara.
Karena itu beberapa saat setelah berkenalan Frank pun segera menggeser kursinya agar lebih mendekat, sambil menggaet kembali tangan Esther. " Kenapa..kau sakit kok tanganmu dingin?". " Hei..memang cuma tanganku yang dingin, tanganmu juga dingin...apa kamu tidak lihat hujan sudah turun sejak pukul lima sore tadi..ya dingin toch..ha..ha.ha,:" sahut Esther sambil tertawa manja di dekat telinga Frank. O..degup jantung Frank semakin bergetar. Tersengat harumnya lispstick sang noni yang berusia 21 tahun ini.
Esther pun tahu kalau aroma asmara yang dihembuskan tak bertepuk sebelah tangan. Sehingga dia pun semakin menyambut belaian sayang Frank. " Non apa nona tidak keberatan jika saya menyatakan telah jatuh hati pada nona, " ujar Frank agak keras, karena terhalang suara musik.
"O..sama sekali tidak. Cuma aku juga tidak tahu kenapa baru satu setengah jam kita berkenalan. Bisa saling falling love... ya. Mungkin kita memang garisnya dipertemukan di sini," ujarnya, malu malu. Dan..lagi lagi napas harum Esther merasuk ke sanubari pelaut muda itu. Seperti sudah bisa ditebak, dua sejoli ini pun berjanji esok pagi bersua lagi.
Nah, untuk merayakan "Malam Cinta" mereka Frank memesan wishkey dan khusus untuk sang kekasih dipesankan anggur merah yang terplementasi tahun 1905. Hem...terasa romantis memang, apalagi mereka saling bermanja manja.
Tapi .akh.. tiba tiba ketika Esther akan meneguk red wine nya, tiba tiba seolah ada yang merenggutnya. Hampir seperempat cawan anggur yang digenggamnya tumpah, tepat di bagian dada kiri gaun putih berenda mawar itu. Akh kasihan, bercak lebar warna merahpun terlanjur membekas. Frank terkejut luar biasa, tapi sang kekasih terlihat berusaha tenang. Kembali Frank menuang anggur dan Esther pun meneguknya pelan pelan. Demikian pula Frank kembali bisa menguasai diri. Malam pun semakin membalut asmara nereka dan jam sudah menunjukan pukul 23.15.
Ya..di saat itu pula kedua pasangan itu chek out dari bar. Mereka pun berpelukan ke arah utara, karena ternyata rumah Esther di bilangan Darmo. Malam pun semakin dingin dan dekapan sayang semakin erat. Sementara jarum jam di lengan Frank sudah menunjuk ke 23. 45 Tapi tiba tiba ketika tepat di perempatan jalan Esther melepas gemggaman Frank, padahal rumah yang di maksud Esther masih 100 meter lagi. " Sayang sampai di sini saja, besok jam sebelas jemput aku yah," ujarnya, sambil meninggalkan kekasihnya sendiri di malam yang sunyi itu. Sementara itu, Esther ternyata sudah melambaikan tangan masuk ke halaman.
Singkat cerita, esok siangnya Frank sudah berada di rumah yang dimaksud Esther. Ternyata di rumah itu hanya ada beberaoa orang bule. " Saya Frank..saya teman ..e yang telah menjadi kekasih Esther. E..Dimana Esther, " tanya Frank terbata bata "Wou bagaimana ini saya paman Esther. Dia sudah meninggal empat hari lalu persis di malam natal. Sekarang jenazahnya dibawa ke makam Kembang Kuning, " ujar sang paman.
Makam Kristen Kembang kuning Surabaya. (Foto: Koesnan Soekandar/CowasJP)
Bak disambar petir, Frank tak berdaya. Dia pun diantar ke Pemakaman Kembang Kuning. Untung peti jenazah belum diturunkan ke liang lahat. Bergegas Frank menceritakan pada papi Esther bahwa semalam dia masih bersama noni cantik ini. Bahkan dia menceritakan bahwa gaun putih berenda nawar telah ternoda anggur merah di bagian dadanya. Semula papi Esther tak percaya, tapi Frank memohon dengan sangat bisa menyaksikan jenazah kekasihnya.
Tak ada jalan lain permohonan Frank dilaksanakan. Nah, dengan disaksikan pelayat lainnya peti yang di dalamnya sudah tiga hari tergolek jenazah Esther dibuka. Seketika itu bau harum tercium dari arah jenazah gadis cantik ini. Aroma wangi itu tertiup angin semakin semerbak, persis seperti ketika Frank bertemu Esther pertama kali tiga hari lalu. Tentu tak bisa dielak lagi suasana semakin haru, manakala Frank menyaksikan di dada kiri gaun jenazah Esther ada bercak merah.
"Ini bercak anggur merah malam tanggal 27 ketika bersama saya," ujar Frank setengah berteriak. " Bukan boy itu bercak darah. Tanggal 24 malam, rumah kami dimasuki perampok. Esther ditikam belati pas...di jantungnya. Anak saya sudah meninggal empat hari lalu," kata papi Esther sambil terisak. Ini memang misteri yang sulit terpecahkan meski peritiwa itu terjadi hampir 85 tahun lalu.
Ya, akhirnya sampailah kita pada cerita pamungkas. Yakni mau tidak mau pemakamanpun dilanjutkan dengan doa doa agar arwah Esther tenang. Tidak lagi mencari dan menjalin asmara dengan Frank." Tapi di balik itu kata ayah saya, sampai awal tahun 1942 Seorang pelaut masih sering mengunjungi makan Esther di Kembang Kuning ", kata Samsu (74 ) yang tinggal di Banyuurip, kemarin siang. Pelaut itu adalah Frank. Konon, Frank yang tetap membujang itu masih sering rindu pada noninya. Terutama rindu pada wanginya napas sang kekasih. (*)