Istanbul, Kota Seribu Menara (3)

Gereja, Masjid dan Museum

COWASJP.COMHARI Selasa atau hari ketiga kami di Istanbul.  Yang akan dituju pertama adalah  Museum Hagia Sophia atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, yang berarti “Kebijakan Suci” (Wikipedia). Dalam tulisan lalu, digambarkan Hagia Sophia berada dalam satu kawasan dengan Istana Topkapi dan Blue Mosque, bahkan ketika berjalan dari Topkaki ke Blue Mosque kami melewati Gedung Hagia Sophia.

Tetapi sekali lagi kami tak bisa mampir ke situ, sebab di hari Senin, gedung bekas gereja termegah di Eropa ini ditutup untuk umum. Sementara pada hari Selasa, Istana Topkapi yang ditutup untuk pengunjung. Itulah, strategi jitu Pemerintah Istanbul sehingga dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan. Rasanya kurang lengkap, bila ke Istanbul tanpa mengunjungi dua gedung bersejarah tersebut.

BACA JUGA: Kereta Bandara dan Eksotisme Selat Bosphorus

Meskipun bisa ditempuh dengan berjalan kaki, namun pagi ini kami memilih naik trem, karena cuaca sedikit gerimis. Hanya butuh satu pemberhentian kami turun di stasiun Sultan Ahmet dan menyeberang jalan besar untuk tiba di pintu masuk Hagia Sophia. Pengunjung pun sudah mulai antri membeli tiket masuk seharga 40 TL.

GEREJA TERMEGAH DI EROPA

Gedung Hagia Sophia dibangun tahun 537 atau hampir 1500 tahun lalu. Selama 916 tahun, Hagia Sophia merupakan salah satu gereja yang termegah di kawasan Eropa. Sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi dari sekian banyak kisah. Dan yang sangat dramatis adalah kejatuhan Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani.

HAGA-SOPHIA-YAMINFOhb5.jpg

Bangunan Hagia Sophia.. antara gereja, masjid dan museum. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

Suasana terlihat cukup ramai meskipun gerimis masih belum berhenti. Berbeda dengan di Istana Topkapi yang terdiri dari beberapa bangunan dengan halaman yang luas-luas, Hagia Sophia hanya sebuah gedung, sehingga pengunjung kelihatan padat dan banyak, apalagi wisatawan yang datang berkelompok.

BACA JUGA: Antara Topkapi, Hagia Sophia dan Blue Mosque

Namun sebagaimana data yang dirilis pemerintah Turki, jumlah wisatawan tahun ini mengalami penurunan sekitar 10,3 persen, akibat berbagai peristiwa teror yang terjadi di Turki terutama di beberapa tempat di Istanbul.

“Memang peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Sultan Ahmet Square beberapa waktu lalu mempengaruhi jumlah wisatawan,” ujar Bayu Dewangga. Terakhir peristiwa bom yang terjadi di salah satu gedung Istanbul University yang melukai sejumlah orang termasuk seorang mahasiswa asal Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi beberapa hari setelah kami kembali ke tanah air.

Dalam periode Juni 2015 hingga Januari 2016 jumlah wisatawan yang datang ke Istanbul mencapai 4.589 orang atau masih mengalami kenaikan tujuh persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Wisatawan yang paling banyak berkunjung ke Istanbul adalah dari Jerman 10,3 persen, kemudian Iran 5,5 %, Rusia 4,5 %, Amerika 4,1 %, Inggris 4%, Perancis 3,8, Arab Saudi 3 %, Italia 2,9 dan 2,6 persen dari Belanda.

Namun pada bulan Februari 2016 setelah bom bunuh diri di Sultan Ahmed Square, jumlah turis turun sekitar 10,32 persen menjadi tinggal 1,24 juta orang, demikian rilis dari Kementerian Pariwisata Turki. Penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak Oktober 2006 lalu.

Begitu memasuki gerbang utama, sudah tampak nuansa gereja dengan lukisan Bunda Maria di bagian atas sedang memamngku Putranya Isa Almasih. Sementara di agak ke bawah tulisan kaligrafi yang mencolok berlafal Allah di sisi kanan dan Muhammad di sebelah kiri.

yanim-satutwrFP.jpg

Salah satu sudut di lantai 2. Tampak kaligrafi Allah dan Muhammad. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

Didirikan sebagai Gereja Ortodoks dan merupakan bangunan Romawi termegah pada era Byzantium. Dibangun tahun 532 – 537, saat Istanbul masih bernama Konstantinopel. Berfungsi sebagai Gereja Roh Kudus selama 916 tahun.

Dalam masa itu, gedung Katedral yang terbesar di Dunia itu mengalami beberapa kali perbaikan, karena rusak akibat peperangan serta peristiwa gempa yang terjadi tahun 989, menghancurkan kubah yang indah serta merusak beberapa bagian lainnya. 

Kemudian sejarah mencatat, Kekaisaran Byzantium ditaklukkan oleh Kesultanan Ottoman Turki pada 1453. Dan hanya dalam hitungan hari, Hagia Sophia dialihfungsikan sebagai masjid. Bentuk luar gedung tidak berubah, namun seluruh interior diganti dengan kaligrafi Islam, sedangkan interior gereja seperti lukisan Bunda Maria dan lukisan-lukisan sakral Kristen ditutup dengan keramik hingga tidak tampak.

bunda-mariahEZRf.jpg

Di atas ada lukisan Bunda Maria. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

Setelah hampir 500 tahun berfungsi sebagai masjid, ketika Mustafa Kemal Ataturk berkuasa, tahun 1937 Masjid Aya Sofya atau Hagia Sophia ditutup kemudian diubah menjadi museum hingga saat ini. Seluruh ornamen lama milik gereja dibuka kembali, dan kaligrafi yang melengkapi masjid pun dipertahankan. Jadilah museum seperti sekarang.  

Bangunan Blue Mosque yang dibangun Sultan Ahmet II terinspirasi oleh Gedung Hagia Sophia sehingga sepentas tampak mirip. Perbedaannya, Hagia Sophia memiliki empat menara, sedangkan Blue Mosque dilengkapi dengan enam menara.

Bangunan yang masih kokoh dan megah ini terdiri dari dua lantai. Main hall (ruang utama). Yang dulu digunakan sebagai tempat ibadah berada di lantai bawah. Ornamen-ornamen gereja seperti gambar Yesus dan Bunda Maria berdampingan dengan kaligrafi Islam seperti lafadz Allah dan Muhammad dan tulisan kaligrafi lainnya. Karena posisi gedung yang sesuai untuk masjid, maka ketika difungsikan sebagai masjid, mihrab untuk imam serta mimbar khotib hanya sedikit berubah posisi.

mimbarAuEd.jpg

Mihrab dan mimbar khotbah. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

Di lantai dua, ada galerry peninggalan gereja, sehingga nuansa gereja di lantai ini terasa lebih kental. Ikon-ikon kuno bergambar Bunda Maria dan Yesus serta Kaisar Constantine bersama istri bisa dilihat di disini.

mozaikB7kF.jpg

Mozaik yang ada di lantai 2. (Foto: Yamin Akhmad/CoWasJP)

PROTES-PROTES

Meskipun fungsi Hagia Sophia sebagai museum sudah berlangsung selama 80 tahun terakhir ini, bukan berarti tidak ada protes terhadap pengalihan fungsi tersebut. Di bulan Mei 2012, ratusan warga muslim di Kota Istanbul, berkumpul di luar halaman gedung Hagia Sophia menuntut pemerintah agar menghapus peraturan tahun 1934 yang melarang aktifitas keagamaan di tempat tersebut.

Mereka berteriak, harcurkan rantai larangan, bahkan menyerukan agar Agya Sopia kembali dibuka sebagai masjid. Menurut masjid, kata mereka, merupakan sebuah hinaan terhadap 75 juta penduduk muslim di Turki.

Meskipun mayoritas beragama Islam, namun pemerintah Turki memberlakukan hukum sekuler dengan melarang umat Islam maupun Kristen beribadah di tempat tersebut. Bagi Pemerintahan Turki di bawah Kemal Ataturk, mengubah fungsi Agya Sopia menjadi museum merupakan jalan tengah untuk menghindari konflik sejarah.

Meskipun negara sekuler, kata Arfian, namun warga Turki yang mayoritas muslim menjalankan syariah agama dengan baik. “Perilaku masyarakat Turki, sangat Islami,” katanya.

Menjelang waktu salat dhuhur, kami pun meninggalkan Hagia Sophia, menuju masjid Sultan Ahmet (Blue Mosque, untuk melaksanakan salat berjamaah. (bersambung).

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda