COWASJP.COM – style="text-align:center">O l e h: Slamet Oerip Prihadi
----------------------------------------------
PERGELARAN bedah buku Sepakbola Gajah Paling Spektakuler di JX (Jatim Expo), Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Rabu sore 29 Juni 2016 berlangsung meriah dan sukses. Di luar dugaan delapan mantan bintang Persebaya 1988 yang menjadi pelaku sepakbola gajah hadir. Duet striker ekselen Syamsul Arifin – Mustaqim. Gelandang kompak Maura Hally, Yongki Kastanya, Seger Sutrisno. Kapten tim Nuryono Haryadi, Usnadi, dan Seger Sutrisno juga hadir.
SAKSI HIDUP: Dari kiri para bintang Persebaya 1988: Maura Hally, Syamsul Arifin, Yamin Ahmad (mantan wartawan JP), Mustaqim, Muharom Rusdiana, Djoko Tetuko (mantan wartawan JP dan Memorandum), Yongki Kastanya, dan Seger Sutrisno. (Foto: CoWasJP)
Koordinator para mantan pemain Persebaya, Iwan Syafiie, juga hadir. Nostalgia kejayaan Persebaya pun terajut dengan sendirinya. Para sesepuh Cowas JP: Hendraal Koesnan Soekandar, Ferry Is Mirza, Arif Afandi, Mansyur Efendy, Muhtar Mujani, Yok Sudarso, Yarno, Thomas Joko Susilo, Eko “Kletek” Budiono, Herman Rivai, Djoko Tetuko hadir.
Ketua Cowas JP Dhimam Abror Djuraid yang memprakarsai acara bedah buku membuka acara. Hendi Mustafa yang bersedia menjadi tuan rumah menyiapkan ruang bedah buku dengan baik, dibantu Hansen. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat kedua tokoh Cowas JP ini.
Dhimam Abror Djuraid (kanan) dan Seger Sutrisno. (Foto: CoWasJP)
Mantan Ketua Umum Persebaya Arif Afandi yang juga mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos juga hadir. Pemimpin Redaksi Jawa Pos sekarang, Nurwahid, datang bersama wartawan senior Tatang Mahardhika bersama wartawan Miftah. Luar biasa.
Perwakilan dari Jawa Pos Nur Wahid (kedua dari kanan) dan Tatang Mahardika (kedua dari kiri). (Foto: CoWasJP)
Wartawan JTV, emosijiwaku.com, bajulijo.net hadir. Beberapa teman Bonek juga hadir. Walaupun jumlah hadirin sekitar 50 orang, terasa indahnya jika semua komponen Persebaya menyatu di JX Rabu 29 Juni sore itu. Kerinduan akan hadirnya kembali Persebaya merebak. The Dream Team Persebaya 1988 menggugah kenangan akan kejayaan klub kesayangan warga Surabaya dan para pendukungnya yang ada di seluruh penjuru tanah air.
Beberapa mantan pemain pilar yang tidak bisa hadir karena ada halangan adalah playmaker ekselen Budi Juhannis, gelandang Aries Sainyakit, bek kiri Usman Hadi, dan kiper I Gede Putu Yasa.
“Alasan utama yang membuat kami bersedia melakukan sepakbola gajah adalah menyelamatkan Persipura demi NKRI. Alasan inilah yang selalu dipidatokan Pak Agil (H Ali, manajer Persebaya) kepada kami. Kalau Persipura sampai degradasi, maka Irian Jaya tak punya ikon yang paling dibanggakan lagi,” tutur Muharom Rusdiana ketika memberikan kesaksian.
Waktu itu seluruh suporter, manajemen, sampai pemain kompak menjalankan sepakbola gajah demi menyelamatkan Persipura. Sebab, Perseman Manokwari yang pasti degradasi.
“Persebaya menyelamatkan Persipura tak hanya dari ancaman degradasi, tapi kebutuhan finansial mereka pun dibantu penuh oleh manajemen Persebaya,” tutur Mustaqim. Mulai dari uang saku, uang transpor ke Jakarta, sampai obat-obatan. Tidak ada satu klub pun yang berani memberikan kemenangan 0 – 12 kepada klub lawan. “Tapi demi utuhnya NKRI, semuanya kami lakukan dengan ikhlas,” kata Mustaqim.
Mustaqim saat memberikan kesaksian. (Foto: CoWasJP)
Sikon 1988 jauh berbeda dengan sikon 2016 sekarang. Dulu telepon pun sulit. Kabar yang tersebar di Gelora 10 Nopember – arena pertandingan Persebaya versus Persipura – PSM menang 8 – 0 atas Perseman di Stadion Mattoangin, Makassar. “Kabar inilah yang sampai di Gelora 10 Nopember. Bahwa ternyata kemudian PSM Makassar hanya menang 2 – 0, kami baru tahu keesokan harinya. Itulah sebabnya Persipura perlu menang 12 gol,” tambahnya.
Seger Sutrisno yang didaulat menyampaikan kesaksiannya bercerita: “Saat bertanding kapten tim Persipura Metu Duaramuri mendekati saya. Waktu itu Persipura sudah unggul 8-0 (babak I). Dia bilang, kita perlu gol ampat lagi. Saya pun menyampaikan hal ini kepada kapten tim Muharom Rusdiana. Setelah itu kiper Usnadi pun beraksi. Kalau tembakan pemain Persipura ke atas dia terbang ke bawah. Kalau tembakan pemain Persipura ke bawah, dia terbang ke atas,” kisah Seger Sutrisno yang dikenal sebagai gelandang pekerja yang mobilitasnya tinggi itu. Para hadirin pun gerr.
Penulis Slamet Oerif Prihadi (ketiga dari kiri) bersama mantan pemain Persebaya. (CoWasJP)
Sungguh di luar dugaan acara yang dirancang mendadak ini semeriah ini. Terima kasih atas kehadiran Pemred Jawa Pos Nurwahid, redaktur senior Jawa Pos Tatang Mahardhika, dan wartawan Jawa Pos Miftah. Juga kepada para wartawan lainnya yang hadir dengan keiklahsan. Alhasil, acara bedah buku Sepakbola Gajah Paling Spektakuler dimuat di halaman 1 (front page) Jawa Pos, edisi Kamis 30 Juni 2016.
PERSEBAYA HARUS KEMBALI BERKIPRAH
Semoga persembahan Cowas untuk Persebaya dan sepakbola Indonesia bermanfaat. Salah satu getaran yang terasa adalah semangat untuk membangkitkan Persebaya kembali. Namun, dengan semangat membuka lembaran anyar. Para pemain Persebaya 1988 pun menyatakan hal yang sama. Tinggalkan masa konflik yang gelap dan tak kunjung penyelesaian. Waktu terus berjalan. Apakah Persebaya akan selamanya tidak mengikuti kompetisi?
Penulis buku Slamet Oerip Prihadi. Abdul Muis tidak hadir karena acara ibadah. (Foto: CoWasJP)
“Persebaya harus kembali berkiprah,” tandas Arif Afandi, mantan Ketua Umum Persebaya yang sukses mengentas Persebaya dari Divisi Satu kembali ke rumah aslinya, yaitu Divisi Utama pada 2006 (belum ada ISL). “Kita harus mencari jalan keluar terbaiknya. Jalan yang simpatik dan bisa diterima semua pihak. Kalau Persebaya terlalu lama absen dalam kompetisi, nama Persebaya akan dicoret di pentas sepakbola nasional,” lanjutnya.
Salah satu founding fathers PSSI ini harus diselamatkan! Dosa sejarah yang terampuni jika Persebaya lenyap ditelan sejarah. Tujuh klub pendiri PSSI itu adalah Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) sekarang Persija, Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) sekarang Persib, Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM) sekarang PSIM, Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) sekarang Persis Solo, Madioensche Voetbal Bond (MVB) sekarang PSM Madiun, Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) sekarang PPSM, dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) sekarang Persebaya. Semuanya masih eksis, kecuali Persebaya. Ada nama, tapi tidak ada timnya.
“Saya berharap musim kompetisi 2016-2017 Persebaya sudah bisa dipastikan hadir kembali, walaupun harus kembali dari level Divisi Utama,” kata Arif Afandi. *