COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Sri Rahayu
---------------------------
MELIHAT deretan bus sepanjang ratusan meter di waktu Subuh, angan saya kembali melayang ke Cipali. Satu meter demi satu meter, waktu itu mobil Kijang 'buyut' Alphard kami mendekati pintu tol Brebes Timur. Hingga akhirnya, keluar dari kubangan mobil di Cipali berakhir.
BACA JUGA: Sensasi Naik Bis AKAP di Malaysia
Untungnya ini hanya angan. Karena tentu aja, saya nggak ingin kejadian itu terulang lagi.
Sebab, kali ini deretan bus itu bukan di Cipali, tapi di Kayu Hitam Kedah Malaysia.
Bus Konsortium yang membawa saya dari TBS Kuala Lumpur, berangkat pukul 22.10, terlambat 10 menit dari jadwal. Tak apalah, toh cuma sepuluh menit. Akhirnya di Kedah ini, semua bus berkumpul menunggu pintu perbatasan dibuka.
Nggak ada yang istimewa dalam perjalanan ini. Karena malam hari, malas banget memaksakan diri mengintip pemandangan alam di malam gelap.
Antre di imigrasi Malaysia. (Foto: Sri Rahayu/CoWasJP.com)
Sebetulnya tadi malam saya sempat 'gondok' dengan cik sopir. Karena setiap kali ditanya, jawabnya cuma singkat dan gak memuaskan sama sekali. "Tak bagus sinyal. Banyak rusak!" Itu jawabnya ketika saya tanya tentang colokan batere dan wifi. Sebel poll.
Puncak sebel saya pada cik sopir adalah ketika sampai di rest area Kedah. Ketika di atas bus, dia bagikan paspor pada penumpang, saya kaget, dan saya langsung serahkan paspor ke dia. "Sana- sana!" mungkin itu maksudnya sambil menunjuk arah rest area.
Karena takut ketinggalan dan gak bisa masuk Thailand, saya pun 'terbang' ke sana. Setelah tanya seseorang, akhirnya ditunjukkan tempatnya.
Gak lagi memperhatikan tempat apa itu. Saya langsung masuk, menyerahkan paspor. "Dari bas ape!" tanya seorang petugas cewek.
Langsung diambilnya paspor saya, klik klik klik... gak sampai 5 menit paspor diserahkan bersama print out berisi data singkat paspor saya. Ohh.... rupanya ini proses awal sebelum di perbatasan to...!! Gitu aja kok manyun cik...
Meski data sekadarnya, saya tetap kesel pada cik sopir. Karena saya nggak dapat satu lagi lembaran kertas berwarna kuning yang diterima penumpang lain. "Sana tadi!" mungkin itu maksudnya. Di tempat tadi saya dapat print out. Rupanya itu kertas asuransi kecelakaan. Ya udahlah gak apa, semoga Allah selalu melindungi hamba. Amin.
Kurang lebih lima menit dari rest area, bus berhenti. Lantas naik tiga orang tentara, gak jelas. Tentara Thailand atau Malaysia.
Dia tersenyum pada kami, saya dan satu penumpang cantik dari Palembang. Kami duduk di belakang sopir. Mereka berlalu tanpa tanya.
Pos Imigresen Malaysia dan Form imigrasi Malaysia. (Foto: Sri Rahayu/CoWasJP.com)
Tapi kepada penumpang di belakang kami, sepasang suami istri, tentara bertanya. "Mana paspor?" selanjutnya bagaimana yang di belakang, saya nggak memperhatikan lagi.
Nggak lebih dari sepuluh menit mereka turun.
Nggak sampai 15 menit berikutnya, bus berhenti mengikuti bus- bus lain yang sudah lebih dulu sampai.
Waktu menunjukkan pukul 05.30. "Pasti udah Subuh?" pikir saya.
Niatnya mau sholat Subuh di bus, karena udah wudhu di rest area tadi. Tapi ketika seorang penumpang bertanya tentang surau dan ternyata ada, meski jalan sekitar 200 meter. Sholat yang sudah saya baca niatnya, saya batalkan.
Sambil berlari-lari kecil saya mencari surau yang letaknya di sebelah kanan paling pinggir dari deretan bangunan pos-pos di perbatasan. Kecil, tidak terlalu bersih dan sepi. Tak apalah, untuk menjalankan ibadah, bukan tempatnya, tapi niat dan hatinya hanya karena Allah.
Antrean di Pos Pos imigrasi Thailand. (Foto: Sri Rahayu/CoWasJP.com)
Karena penumpang cantik dari Palembang itu bilang, bahwa waktu Thailand dan Indonesia itu sama. Jadi saya pikir, udah habis masa Subuhnya.
Ternyata di situ, sholat Subuh baru pukul 05.51. Alhamdulillah, masih banyak waktu.
Kembali ke bus sejenak, pukul 06.54 saya turun kembali untuk cap paspor yang baru saya dapatkan pukul 07.15.
Bus meninggalkan pos perbatasan pukul 07.22 dan saya makin mempercepat nulisnya, supaya kebagian wifi bus. "Cap paspor! Cap paspor!" cik sopir teriak.
Turun, dan terus nulis sambil antri cap paspor.
Eh... lagi asyik kejar deadline, seorang penumpang mengingatkan bahwa barang harus diperiksa.
Ditilik dari pakaiannya, mungkin dia bukan dari militer. Tapi, sebagai seseorang yang sedang membutuhkan ijin untuk masuk negara lain, maka tegurannya saya turuti. HP masukkan tas dengan sedikit kesal. Karena itu artinya proses menulisnya diputus dan kejar wifi mungkin akan terhambat.
Penulis (berjilbab) saat mejeng bareng tukang ojek Thailand di perbatasan. (Foto: Sri Rahayu/CoWasJP.com)
Clingak clinguk, mencari orang tadi dan alhamdulillah dia sudah pergi. Sejenak memperhatikan sekitar, ternyata banyak orang yang memainkan hape. Gak adil banget kalo saya dilarang.
Maka, sayapun melanjutkan menulis.
Eh... lagi asyik kejar deadline, seorang penumpang mengingatkan bahwa barang harus diperiksa.
So?!?! Saya dan si cantik lari ke bis. Ternyata, cik sopir bilang, gak perlu. " Hatyai no! Hatyai no!"
Maka saya pun masuk antrian lagi untuk dapat cap Thailand. Klo yang tadi, cap Malaysia.
Bus meninggalkan perbatasan Malaysia menuju negara Thailand sekitar pukul 07.22 menit.
Oke bye Malaysia.
THAILAND I" coming. (bersambung TIGA JAM DI THAILAND) *