COWASJP.COM – style="text-align:center">C a T a T a N: M NASARUDDIN ISMAIL
-----------------------------------------------------
BILA terjadi serangan jantung pada keluarga anda, janganlah panik. Juga jangan dibiarkan. Tapi, berilah pertolongan pertama dengan napas buatan. Caranya, tiuplah sekuat anda melalui mulutnya. Atau tekan dadanya sekuat mungkin sampai ada respon dari korban.
Cara ini sangat membantu korban yang terkena serangan jantung secara mendadak, agar dia bisa bernapas kembali. Dan tindakan itu diberikan apabila sudah tidak bernapas lagi. "Jangan hanya ditangisi. Apalagi hanya menonton. Tapi berilah pertolongan dengan napas buatan."
Itu disampaikan oleh Prof Dr dr Eddy Rahardjo SpAn KIC pada acara basic life support (BLS) di Grand City, Minggu. Sejumlah 400 lebih relawan dari berbagai kalangan ikut dalam acara yang digagas oleh Tabloid Nyata, RSUD dr Soetomo yang disponsori oleh sejumlah rumah sakit swasta dan perusahaan serta perkumpulan masyarakat Tionghoa tersebut.
Berhenti bernapas belum berati sudah meninggal. Tapi kalau mampu memberikan napas buatan, kemungkinan besar untuk diselamatkan sangat tinggi. Lantas profesor spesilialis anestesi ini memberikan beberapa contoh video dan gambar untuk mendukung penjelasannya.
Dia juga menceritakan pengalaman orang tua yang berhasil menyelematkan putri semata wayangnya yang tenggelam setengah jam. Badannya sudah membiru dan sudah tidak bernapas. Sang ibu hanya bisa meratapi kesedihan melihat bocah cantik yang sudah tidak bergerak itu.
Relawan mempraktikan cara melakukan pertolongan pertama kepada korban serangan jantung. (Foto: nasaruddin ismail/CoWasJP.com)
Untung sang ayah mengerti dengan cara memberikan pertolongan pertama dengan cara memberikan napas buatan. Dia menekan dada bocah berkulit putih itu. Air pun muncrat dari mulutnya dan lama kelamaan, anak tersebut bernapas.
"Ini salah satu contoh kalau kita bisa memberikan napas buatan, insya Allah akan tertolong," kata profesor berusia hampir 70 tahun itu, sembari menampilkan foto bocah cilik yang nyaris mati, tapi bisa teselamatkan oleh ayahnya tetsebut.
"Kalau menemukan kasus anak tenggelam jangan kakinya diangkat ke atas agar air keluar dari hidung dan mulutnya. Tapi berilah napas buatan," tambah Prof Eddy -sapaan Prof Dr dr Eddy Rahardjo.
Begitu juga kalau menemukan korban kecelakaan di jalan. Langkah pertama pastikan dulu kalau korban sudah tidak bernapas. Kalau demikian maka berilah napas buatan. Dengan cara demikian, kemungkinan hidupnya sangat besar.
Cara-cara untuk memberikan pertolongan dengan napas buatan itu, diperagakan oleh tim relawan yang disiapkan oleh panitia yang umumnya dari dokter dan tenaga medis tersebut. Sekitar 100 boneka untuk latihan pun dipersiapkan oleh panitia yang terdiri dari dokter itu.
Sebelum acara dimulai, peserta BLS angkatan ke III melakukan senam bersama. (Foto: nasaruddin ismail/CoWasJP.com)
Semua peserta BLS angkatan ke III itu, mendapat kesempatan untuk praktek cara memberikan napas buatan kepada korban. Misalnya cara menekan dada pasien, posisi duduk dengan jongkok yang benar.
Bila memberikan napas buatan melalui mulut, sebaiknya menggunakan sapu tangan atau masket agar tidak terjadi kontakan langsung. Sebab, dihawatirkan memiliki penyakit menular.
Peserta mulai dari orang tua hingga anak-anak dan ibu rumah tangga. Mereka sangat antusias menjalani latihan tersebut. Bahkan diantara peserta, ada juga yang berasal dari Jakarta. Dia tertarik dengan kegiatan yang dinilai sangat membantu untuk tindakan pertama sebelum pasien dilarikan ke rumah sakit. (*)