COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Slamet Oerip Prihadi
-----------------------------------------
LANTARAN keberatan atas hasil keputusan wasit yang dianggap memihak tuan rumah Jawa Barat selama berlangsungnya pertandingan di cabang olahraga (cabor) judo, beberapa kontingen memutuskan untuk tidak mengikuti pertandingan hari terakhir cabor tersebut.
Tak hanya itu, kontingen cabor judo Jatim juga menuntut panitia pelaksana (panpel) untuk mencabut tiga medali emas yang diraih Jawa Barat, yang dianggap cukup kontroversial. Yakni, di kelas kata 70 kg putri, nage no kata beregu putra dan putri.
BACA JUGA: Selam Jatim Persembahkan Emas Terbanyak
“Tuntutan pencabutan tiga emas itu sudah kita sertakan dalam surat resmi yang kami layangkan,” ungkap manajer tim judo Jatim, Yoyok Subagiono, Senin 19 September 2016.
BACA JUGA: Jatim Mulai Dekati DKI
Yoyok mengatakan, tidak hanya Jatim saja yang dirugikan, tapi juga atlet provinsi lain seperti DI Yogjakarta, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
“Kontingen dari provinsi yang protes, juga tidak ikut pertandingan pada hari ini. Termasuk, DKI Jakarta. Jadi biarkan saja Jabar senang,” jelasnya.
Pihaknya juga minta panpel untuk menyerahkan rekaman pertandingan sebagai bukti adanya kecurangan wasit, sehingga protes Jatim tidak dianggap mengada-ada. Di mana dua hari lalu, panpel tidak memperlihatkan hasil rekaman video ketika ada kontingen yang protes. Hal itu lantas memunculkan banyak dugaan, terhadap mekanisme jalannya pertandingan cabor judo.
“Padahal dari video itu bisa dilihat, bagaimana buruknya kepemimpinan wasit dalam cabor judo dalam PON kali ini,” tegasnya.
Kontingen Jatim bahkan melakukan protes keras dengan tidak hadir di GOR Saparua, Bandung, Senin 19 September 2016. Kontingen DKI Jakarta yang dijadwalkan bertanding dengan Banten di nomor beregu putra tetap datang ke lokasi pertandingan. Namun setelah memberi hormat kepada lawan, mereka turun dari gelanggang kemudian langsung meninggalkan arena pertandingan.
Ketua Bidang Hukum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur, Amir Burhanuddin mengatakan, aksi yang dilakukan timnya adalah kelanjutan dari protes yang telah diberikan pihaknya di pertandingan nomor kata (seni) yang digelar kemarin. Mereka pun telah melayangkan surat protes kepada dewan hakim.
“Keputusan protes resmi itu paling lama dua hari baru keluar. Kami berharap, akan segera ada keputusan yang baik dari protes yang kami utarakan seperti saat kami memprotes hasil yang ada di gantole,” kata Amir.
Sementara itu, manajer cabor judo DKI Jakarta M.B Hutagalung berharap, protes yang dilakukan oleh beberapa kontingen, mampu menjadi pelajaran bagi penyelenggara dan juga wasit, agar lebih profesional dalam memimpin pertandingan.
“Dengan adanya protes ini, kami mengharapkan ke depan ada koreksi. Sehingga jangan ada lagi kejadian seperti ini,” ucap Hutagalung.
Judoka DKI Jakarta Gregory Ignatiao menambahkan, untuk apa fungsinya dipasang tulisan junjung tinggi sportivitas dalam setiap venue pertandingan, kalau faktanya pertandingan sendiri tidak berjalan dengan sportif.
“Dibilang kecewa tentu. Kami para atlet jelas kecewa, utamanya saya yang merasa menjadi korban ketika turun di kelas bebas,” kata Gregory.
Sedangkan pelatih tim judo Kalimantan Timur I Nyoman Sumerta mengatakan, aksi boikot tersebut dilakukan karena perilaku wasit yang tidak fair. Ia mencontohkan, pada laga final beregu putri yang mempertemukan tim yang dipimpinnya menghadapi tuan rumah Jawa Barat.
“Karena banyak peserta dan daerah yang dirugikan atas keputusan wasit, maka kami pun kompak untuk memprotes. Dan parahnya lagi, ada yang diuntungkan dari keputusan wasit yang salah itu,” tutur Nyoman.*