COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Slamet Oerip Prihadi
---------------------------------------
KARPET karya Arek Cowas JP (Konco Lawas mantan karyawan Jawa Pos Group) berhasil menembus pasar Turki. Yaitu karpet produksi Uha Bahaudin, mantan karyawan divisi pemasaran Jawa Pos, Uha Bahaudin, 46 tahun. Setelah sukses menutup lantai Istana Merdeka, Istana Bogor, lantai tangga pesawat Kepresidenan RI, lantai Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, kini siap go international!
Kepastian itu diperoleh setelah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat membuat nota kesepakatan
(MOU) dengan Kosgeb – lembaga yang mengurusi usaha kecil menengah (UKM) di Turki. Nota kesepakatan tersebut dihasilkan dan ditandatangani dalam pertemuan sejumlah perwakilan kedua belah pihak di Kantor Kabupaten Bandung Barat, Jumat 30 September 2016.
Uha Bahaudin (paling kiri) dan mitra kerjanya Syamsul Ma'arif (nomor 2 dari kanan) saat menemui pejabat Kosgep. (Foto: cowasJP)
Sejumlah produk pilihan dari usaha kecil menengah di Kabupaten Bandung Barat akan dipasarkan di
Turki. Bupati Bandung Barat, H. Abu Bakar menjelaskan, terdapat perbedaan minat pasar antara Indonesia dengan Turki. Karena itu, produk-produk UKM yang dikirimkan ke sana hanya produk yang dipastikan banyak peminatnya. Dus, syarat utamanya adalah produk yang dipastikan laris manis di Turki.
Uha (pakai rompi) saat melakukan pemasangan karpet di terminal 3 Bandara Sukarno Hatta Jakarta. (Foto: cowasJP)
Berdasarkan pembicaraan dengan perwakilan Kosgeb, beberapa di antara produk tersebut adalah karpet, teh, kopi, kerajinan tangan, tekstil, dan kerajinan kulit khususnya ular dan buaya.
BERPOTENSI TEMBUS PASAR UNI EROPA
Telak kita ketahui bahwa produk karpet Turki sudah beratus-ratus tahun menguasai dunia. Akan tetapi, kurun 5 tahun terahir industri karpet di Turki mengalami penurunan produksi. Mengapa? Dua faktor menggelontor. Faktor krisis politik Timur Tengah dan kurangnya bahan baku, baik benang akrilik (kapas), benang wol, benang viscos hingga benang sutera.
Sebagai langkah awal, para perwakilan Kosgeb membeli sejumlah produk di galeri UKM Kabupaten Bandung Barat, tak jauh dari lokasi pertemuan. Barang-barang tersebut akan dibawa ke Turki untuk tes pasar. Dengan kerja sama ini, produk-produk UKM Indonesia berkesempatan untuk bisa menembus pasar Uni Eropa.
Tampaknya, inilah strategi anyar Turki di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Merangkul potensi Asia yang dinilai kuat untuk bersama-sama melebarkan sayap ke pasar Uni Eropa.
Uha (berdiri ditangga pesawat) saat melakukan pemasangan karpet di tangga pesawat ke presidenan (Foto: cowasJP)
Yang jelas, kini Turki menggandeng para pengusaha kecil dan menengah di Indonesia agar UKM mereka bisa bisa turut bersaing di pasar bebas Asia. Kemudian, sasaran berikutnya pasar Uni Eropa.
"Ini kesempatan strategis, UKM Indonesia dan UKM Turki bersama-sama bersaing di pasar internasional. Turki memang bukan negara Uni Eropa, tapi produk-produk UKM mereka sudah berstandar Uni Eropa." kata Bupati Bandung Barat.
Pabrik karpet milik Uha Bahaudin memang terletak di Bandung Barat. Tepatnya di Cilame.
Pada dasarnya, dunia UKM di tanah air membutuhkan kerjasama dengan negara-negara seperti Turki.
Foto CoWasJP
Soalnya dalam indeks kewirausahaan global 2016, negara tersebut menempati posisi apik, yakni peringkat ke 28 dari 162 negara. Sementara Indonesia masih berada di posisi 103.
Karena itu, kerjasama yang dijalin bukan sekadar pertukaran produk agar penjualannya bisa dilakukan lintas kedua negara. Lebih dari itu, nota kesepahaman yang dijalin juga menyepakati program-program penunjangnya.
Program (penunjang) tersebut antara lain pertukaran pelaku UKM untuk melakukan pameran, menggelar pendidikan di Turki bagi para trainer UKM Indonesia, sampai mempertemukan pelaku UKM kedua negara untuk bisa menjalin kerjasama bisnis secara langsung.
HARAPAN SULEYMAN ISLAMOGLU
Vice President Kosgeb, Suleyman Islamoglu berharap, dengan kerjasama dua negara ini, kualitas UKM masing-masing negara bisa meningkat. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kedua negara pun akan semakin baik. Di sisi lain, Indonesia dan Turki sama-sama berstatus negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Saat ini, Turki sudah banyak memasarkan produknya di Indonesia. Nilainya mencapai 2,5 miliar dolar (Rp 32,5 triliun) per tahun. Tapi ternyata, kebanyakan bukan produk-produk hasil UKM mereka. Melainkan industri besar seperti alat pertahanan, kesehatan, produk marmer, serta alat dan sistem kelistrikan.
Karpet Uha pun masuk di ruang DPR Semarang. (Foto: CoWasJP)
Sebaliknya, Indonesia pun mengekspor sejumlah komoditas ke Turki. Salah satu yang paling besar jumlahnya, kata Suleyman, adalah tembakau dan bahan baku rokok. Indonesia sudah mengekspor komoditi ke Turki dengan nilai penjualan 1,7 miliar dolar (Rp 22,1 triliun) per tahun.
Presiden Jokowi dan Presiden Erdogan bulan lalu bersepakat untuk meningkatkan jumlah nilai perdagangan hingga 100 miliar dolar (Rp 130 triliun) pertahun, atau 6 kali lipat dari sekarang, agar sama dengan Singapura dan Malaysia.
Kosgeb adalah lembaga yang sudah berkecimpung mengurusi UKM sejak 26 tahun lalu. Selain Indonesia, lembaga ini sudah menjalin kerjasama dengan sekitar 60 negara di dunia. Beberapa negara yang sudah menjalin kerja sama adalah Pakistan, Uganda, dan sejumlah negara Balkan.
Karpet tangga Uha pun sudah merambah ke rumah-rumah kalangan artis Indonesia. (Foto: CoWasJP)
KAGUMI KARPET AREK COWAS
Usai acara workshop peluang bisnis di Turki, Wakil Presiden Kosgeb Suleyman Islamoglu dan rombongan mengunjungi Pabrik Karpet PT. Opus Mekar Indah di Desa Cilame Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.
Karpet Arek CoWas di Masjid Istana Kepresidenan Bogor. (Foto: CoWasJP)
"Luar biasa, ini produk sangat layak dan pasti laku di Turki, apalagi di Eropa. Saya sudah tidak sabar untuk segera kerjasama" ujar Suleyman Islamoglu kepada Uha Bahaudin, owner Pabrik Karpet.
Sosok seorang Uha Bahaudin. (Foto: CoWasJP
Kerjasama yang disepakati khusus dengan Pabrik Karpet itu antara lain:
1. Untuk meningkatkan kualitas karpet agar masuk pasar Eropa, akan dikirim instruktur produksi dari Turki.
Kesibukkan sehari-hari dari seorang Uha di perusahaan yang dia dirikannya. (Foto: CoWasJP)
2. Kosgeb Turki akan menjadi lembaga yang menjualkan karpet produksi pribadi Arek Cowas ke pasar Eropa.
3. Kosgeb agar memberikan bantuan modal hingga Rp 50 miliar untuk pengembangan usaha.
Karpet simbol atau logo CoWas buatan pabrik Uha. (Foto: CoWasJP)
Untuk memenuhi pasar lokal, pabrik karpet ini juga akan menawarkan kerjasama dengan beberapa investor di 30 provinsi di indonesia. "Saya yakin banyak orang yang punya duit banyak, hanya saja mereka belum connect dengan kami," kata Uha Bahaudin. (*)