COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Slamet Oerip Prihadi
-----------------------------------------
MANTAN kiper terbaik tim nasional Indonesia era 1950-an, Maulawi Saelan, telah berpulang ke rahmatullah. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Selamat jalan Pak Maulawi Saelan. Semoga husnul khotimah. Aamiin YRA.
Almarhum adalah kiper yang sukses membendung berondongan tendangan Tim Beruang Merah Uni Soviet di pentas Olimpiade XVI Melbourne 1956. Tepatnya 17 November 1956, kiper Maulwi Saelan sukses menjaga gawang Tim Merah Putih dari serbuan Tim Beruang Merah. Indonesia sukses menahan seri 0 – 0 Uni Soviet.
Seperti yang dikutip berdikarionline.com, saat itu tim nasional Indonesia lolos seleksi tingkat Asia dan tampil mewakili Asia melawan raksasa Uni-Soviet.
Kapten pertama tim nasional (timnas) Indonesia, Maulawi Saelan, tutup usia pada usia 90 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Senin 10 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB tadi.
Kabar tersebut datang dari akun Twitter resmi PSSI. Mantan ajudan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, itu merupakan Ketua Umum PSSI periode 1964-1967.
Maulwi Saelan lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1926.
Maulawi Saelan (mengenakan baret), mantan wakil komandan Tjakrabirawa, ketika mengawal Bung Karno. (Foto istimewa)
Dulu, mantan ajudan Bung Karno ini terkagum-kagum dengan sukses Jesse Owend di pentas Olympiade 1936 di Berlin. Pelari Amerika itu tampil sangat memukau dengan menggondol empat medali emas sekaligus.
Kisah Jesse Owens ini kemudian film-kan. Nah, film tentang Jesse inilah yang kemudian menginspirasi seorang pemuda Sulawesi. Namanya Maulawi Saelan. Ia begitu terpikat dengan film itu dan berniat melakukan hal serupa demi negerinya. Tentu saja melalui cabang olahraga kegemarannya: sepakbola.
17 November 1956, mimpi Maulwi Saelan benar-benar terkabulkan. Ia menjadi penjaga gawang tim nasional Indonesia di olympiade XVI di Melbourne, Australia. Saat itu tim nasional Indonesia, yang lolos seleksi tingkat Asia, tampil mewakili Asia melawan raksasa beruang merah, Uni-Soviet.
Pertandingan perempat final itu berakhir dengan skor 0-0, meskipun sudah ada perpanjangan waktu 2 kali 15 menit. “Kalau pertandingan berakhir seri (draw), maka pertandingan harus diulang,” kata Maulwi mengenang pertandingan itu. Pada saat itu kondisi pemain Indonesia sudah kelelahan dan banyak yang menderita cidera. Akhirnya, Indonesia menyerah 0-4.
Sekalipun begitu, itu adalah sejarah tertinggi dalam sepak-bola Indonesia, dan sampai sekarang belum pernah terulang. Maulwi Saelan jatuh bangun mempertahankan gawang Indonesia dari serangan pemain Soviet.
“Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan beruang merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalty,” kata Maulwi Saelan mengenang.
Selamat jalan Pak Maulawi Saelan. Pahlawan sepakbola Indonesia. (*)