COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Roso Daras
-----------------------------
SUATU hari, sejarawan JJ Rizal berkata, “Saya sedang menyusun ratusan resep kesukaan Bung Karno....” Benar, sejarawan kelahiran Betawi ini, belakangan getol bicara soal kuliner. Mungkin karena latar belakangnya sebagai ahli sejarah, maka kulikan kuliner yang dia lakukan pun berbau sejarah.
Contoh, terakhir ia mengangkat topik menarik seputar menu-menu makanan dan minuman yang lahir dari tangan si miskin. Pertama ia menyebut bir pletok. Bir pletok ini adalah minuman khas Betawi yang belakangan kembali popular.
Meski disebut bir, namun ini adalah satu-satunya bir yang tidak mengandung alkohol. Minuman ini terbuat dari rempah-rempah seperti serai, kapulaga, cengkih, kayu manis dan diberi warna dengan serutan kayu secang.
BACA JUGA: Balada Menu Pinggiran​
Minuman dari rempah-rempah ini kemudian dikocok-kocok agar berbusa sehingga mirip bir. Supaya dingin, minuman ini dicampur dengan es batu dalam ruas bambu, kemudian diguncang-guncang sehingga menimbulkan suara pletak-pletok. Hasilnya adalah minuman dingin berbusa yang disebut bir pletok.
JJ Rizal, yang juga budayawan Betawi ini berkisah, pada masa penjajahan Belanda, tuan menir dan noni Belanda suka mengonsumsi bir. Nah masyarakat pribumi yang kebanyakan menjadi babu dan jongos, hanya bisa melongo melihat minuman berbuih.
Bir Pletok dicampuri es bisa lebih seger saat diminum di siang hari. (Foto: istimewa)
Demi melihat itu, muncul ide membuat bir tiruan. Maksud hati, hendak menyesap minuman mewah ‘wong londo’ dengan membuatnya sendiri maka. Itulah asal muasal lahirnya bir pletok.
Selain bir pletok, menu yang lahir dari si miskin masih ada lagi, yakni soto tangkar. Di masa lalu, hanya orang Belanda dan keturunan Tionghoa dan India saja yang boleh membeli daging sapi. Kaum pribumi hanya mendapat sisa daging yang melekat di tulang sapi (tetelan) dan lemak. Dari kondisi itulah, kemudian lahir kreativitas mengelola tulang sapi menjadi soto yang enak dan dikenal dengan sebutan soto tangkar
Bir Pletok dicampuri es bisa lebih seger saat diminum di siang hari. (Foto: istimewa)
Akan tetapi, menu yang lahir dari tangan si miskin, ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di luar negeri pun ada. Di Eropa misalnya, ada sejumlah menu makanan yang lahir dari kemiskinan. Contohnya, bouillabaisse (buyabes), sup seafood yang terkenal dari Perancis, kreasi kaum nelayan yang umumnya hidup miskin.
Awalnya, menu itu lahir dari kisah para nelayan selesai melaut. Sisa-sisa tangkapan seperti cumi, udang, dll, yang menyangkut di jaring, dan tak bisa dijual, lalu dimasak dengan cara mencampurnya menjadi satu, ditambah sayur-mayur. Makanan tradisional ini kemudian berkembang bahkan dengan kreativitas seorang chef, kini menjadi makanan yang enak dan dikenal luas di kalangan atas. Kisah yang mirip juga terjadi di Italia, hanya namanya yang beda.(*)