COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Jalaluddin Hambali
---------------------------------------
BERATNYA cobaan hidup kini lagi menghampiri Sujianto, 16, pelajar kelas X SMK Kudu. Putra sulung pasutri Poniman (42) & Saiyem (38) itu diagnosis dokter menderita kanker kelenjar getah bening.
Efeknya, leher kiri Sujianto membengkak dan hanya bias tergolek di ranjang. Besarnya benjolan di leher hingga seukuran kepalan tangan orang dewasa.
’’Tiap hari, terutama saat pagi dan malam terasa cenut-cenut. Saya hanya bisa terlentang tiduran. Dibuat sujud tidak bisa karena rasa pusingnya makin menjadi,’’ terang Sujianto saat dikunjungi di rumahnya di Dusun Glugu, Desa Katemas, Kec. Kudu, Kab. Jombang.
Mulanya, Sujianto mengaku mengeluh pusing sepulang sekolah pada sekitar September 2016 silam. Beberapa hari berselang, rasa pusing makin sering menyergap. Kali ini disertai benjolan di leher yang terus membesar hingga saat ini. ’’Saya kira sakit gondong eh taunya didiagnosis dokter kanker kelenjar getah bening,’’ imbuh Sujianto.
Diagnosis itu merupakan hasil pemeriksaan dan uji laboratorium di RSUD Jombang, di Laboratorium Jenggolo Jombang, di Laboratorium RS Gatoel Mojokerto dan Laboratorium Klinik Bedah Surabaya. Pemeriksaan berkelanjutan itu dilakukan sejak September 2016 hingga 17 Januari 2017. Akibatnya, Sujianto tak mampu lagi bersekolah. Meski jarak sekolah dengan rumahnya berjarak sekitar 2km.
’’Adik Sujianto memang sudah tidak masuk sekolah sejak sekitar Oktober karena sakit kanker,’’ kata Kepala SMKN Kudu, Parwoto. Pihak sekolah juga telah melakukan aksi galang dana secara internal.
Namun, hasilnya memang belum mencukupi untuk membiayai proses penyembuhan Sujianto. Karenanya, dia berharap ada donator pribadi maupun lembaga yang berkenan membiayai operasi kanker Sujianto.
’’Kami yakin akan sembuh. Semoga segera mendapatkan sponsor lembaga sosial untuk pembiayaannya,’’ tandas Parwoto.
Dokter Agung Sugiarto dari RSDU Jombang mengungkapkan, dari hasil laboratorium, Sujianto mengalami kanker yang terindikasi butuh penanganan segera. Untuk tindaklanjutnya berupa upaya kemoterapi hanya bisa ditangani oleh rumah sakit tipe A yang berada diluar Jombang. ’’Di Jombang tidak ada RS yang mampu,’’ cetus dokter Agung.
Keluarga Poniman-Saiyem tinggal di rumah sangat sederhana semi permanen. Dimensi luasnya sekira 8mx10m. Berdinding kayu, berlantai tanah dan terbagi dalam tiga ruangan. Ruang tamu sekaligus berfungsi sebagai ruang tidur, ruang tidur dan dapur. Kamar mandi terpisah dari bangunan induk. Tak beratap, hanya tertutup dinding belahan bambu berupa gedeg setinggi sekira 1,5 m.
’’Dinding dari lembaran kayu jati di bagian depan rumah baru saja dijual untuk membiayai pengobatan Jianto (panggilan Sujianto, red),’’ tutur Sya’roni, tetangga Jianto.
Sehari-hari, Poniman bekerja sebagai buruh tani. Istrinya, bekerja paro waktu dengan menganyam tikar berbahan daun pandan. Bahan baku daun pandan dapat diperoleh dengan mudah di tegalan di sekitar rumahnya. Seminggu rata-rata menghasilkan dua hingga empat lembar tikar pandan seharga Rp 20 ribu.
Merespons hal tersebut, sejumlah relawan Peduli Kanker dan Peduli Jombang menggalang dana untuk biaya pengobatan Sujianto. Kamis (2/2) kemarin sejumlah relawan mendatangi rumah Sujianto untuk menggali informasi sekaligus memfasilitasi pembukaan rekening bank atas nama Poniman, ayah Sujianto. Rekening BRI tersebut bernomor 6251-0101-011993-532. Sejumlah relawan juga menyalurkan bantuan dana spontan dan beras 1 kuintal dari donator.
’’Semoga langkah kecil ini memudahkan jalan penyembuhan adik Sujianto,’’ kata Achmad Baidowi, relawan RAPI Jombang yang ber-call sign JZ13FAG. (*)