COWASJP.COM – INI cerita lama. Saat bersama rombongan besar JP Group berkunjung selama 2 minggu di Eropa. April 1995. Acara utama melihat pameran percetakan modern-kala itu- di kota Dusseldorf Jerman. Menginap di kota Bonn..ibukota Jerman Barat sebelum dua Jerman bersatu pada 3 Oktober 1990. Perjalanan ke Dusseldorf sekitar setengah jam dengan bus. Di sini, kami menghabiskan waktu seharian sebab lokasi pameran yang sangat luas.
Besoknya, acara bebas dibuat jalan-jalan ke kota tetangga Koln yang berjarak sekitar 25 km dari Bonn. Hari pertama menginap di Jerman terasa ada yang aneh, salat Magrib pkl. 21.00 karena siang yang panjang.. di jam .09.00 pm itulah matahari baru akan terbenam.
Bonn, Koln dan Dusseldorf memiliki kemiripan yakni dilalui Sungai Rhein yang membelah kota dari utara di Wilayah Swiis hingga ke selatan...
Setelah di Jerman acara pelancongan dilanjutkan ke Amsterdam Belanda... mengunjungi Madame Tussauds, berfoto dengan patung lilin tokoh2 dunia baik politik, pemusik bahkan pemain sepakbola. Waktu itu saya bangga bisa berpose dengan Yasser Arafat..tokoh pejuang Palestina. Sayang sekali arsip fotonya sudah tak berbekas.
Saat ini tak perlu jauh-jauh ke Eropa, Museum Madame Tussauds sudah bisa dikunjungi di Hongkong, Bangkok dan terbaru di Singapore..dengan tiket masuk sekitar Rp 200 ribu.
Setelah Amsterdam, destinasi berikutnya adalah kota Paris Perancis. Paris memang kota idaman. Selebriti dari Amerika saja memilih Paris sebagai tujuan wisata mereka. Mungkin karena predikatnya sebagai kota mode sekaligus kota budaya.
Semua orang tahu ikon kota Paris menara Eiffel. Lukisan Monalisa tergantung megah di Museum Louvre di kota Paris. Orang Perancis sangat bangga dengan bahasa ibu, Bahasa Perancis.. konon banyak warga Perancis yang tak bisa atau lebih tepat tidak minat berbahasa Inggris.
Setelah berkeliling di beberapa kota di lima negara di Eropa.. jujur saya masih memiliki keinginan untuk ke Paris setelah itu London. Sayang saat ke Swiss 2013 lalu, niat untuk ke Paris batal karena cuaca yang sangat dingin.
Setelah tiga hari di kota Paris, perjalanan dilanjutkan ke Luzern Swiis. Dengan menumpang bus, Paris-Luzern ditempuh dalam waktu delapan jam setelah beristiraharat makan siang di suatu desa di wilayah Swiss. Luzern, seperti kota-kota lain di Swiss terdapat banyak danau. Kota ini menjadi persinggahan bagi wisatawan yang akan ke puncak Titlis.. 3.100 dpl dengan suhu di bawah nol..
Tahun 2013 lalu saat berkunjung ke Swiss, saya juga ke Luzern dan Puncak Titlis setelah hampir 20 tahun sejak kunjungan pertama. Untuk mencapai puncak Titlis kita menggunakan kereta gantung dari Distrik Engelberg. Sebuah desa kecil di kaki Gunung Alpen.
Kota terakhir yang kami kunjungi sebelum kembali ke tanah air adalah London Inggris. Dari Bandara Zurich Swiss menggunakan pesawat ke London. Setelah city tour sepanjang siang itu mengunjungi tempat tempat bersejarah seperti Buckingham Palace, Big Ben, Tower of London. Duduk duduk di Tower Bridge sambil melihat pesona sungai Thames... malamnya kami diberi kesempatan untuk bersantai di kawasan Soho... sebuah kawasan hiburan malam. Ada mall, caffe dan bar lengkap dengan pertunjukannya.
Di sini rombongan terpecah.. masing masing dengan kelompok kecil mengunjungi tempat yang mereka sukai. Saya dengan teman-teman sekitar 8 atau 10 orang.. menyusuri jalan kecil yang di kiri kanan nya terdapat bar & niteclub. Di setiap pintu masuk ada stiker-stiker berpromosi. Akhirnya kami memutuskan masuk di sebuah bar, karena ada striptease...
Ongkos masuk relatip mahal karena Pondsterling lebih tinggi dari Euro.. tapi keingin-tahuan striptease seperti apa membuat kami semangat..
Setelah membayar kami pun masuk. Ruangannya di bawah tanah sehingga kami harus turun tangga. Wah pasti mantap pertunjukannya. Suasana ruangan seperti bar pada umumnya. Cahaya lampu temaram. Juga warna-warni cahaya... sambil terdengar musik bersuara lembut. Belum ada tamu lain.
Setelah pelayan wanita dengan berbusana rok pendek menyodorkan minuman sesuai pesanan, pikiran kami dalam beberapa saat lagi pertunjukan akan dimulai. Tapi 5 menit, 10 menit berlalu belum ada tanda-tanda akan dimulai. Kami sudah mulai gelisah. Rasan-rasan di antara kami terjadi. Di tengah kegalauan itu, muncul dua tamu lainnya, seorang berusia 40 an dan seorang wanita yang lebih muda. Tampak mereka seperti suami istri.
Suasana tetap tidak berubah. Setelah 10 atau 15 menit sejak kedatangan dua orang tadi tetap belum ada apa-apa. Tiba-tiba tamu pria itu berdiri dan berteriak. Dia marah-marah. Setelah itu, pertunjukan dimulai. Dua perempuan muda berdansa atau lebih tepat bergoyang-goyang mengikuti irama musik. Itu saja. Selebihnya tidak ada yang namanya tarian erotis. Kami keluar dengan berbagai perasaan, kecewa, lucu sekaligus mau marah. Tetapi sayangnya di antara kami tidak ada yang bisa marah dengan berbahasa Inggris. ha ha ha. lucu khan..!! poke. Surya-Aka Syahnagra II Koesnan Soekandar Ringgo Jen