COWASJP.COM – Bukan Bali namanya kalau tidak kaya akan atraksi. Pintu masuk Wisatawan Mancanegara (Wisman) terbesar di Indonesia itu sebentar lagi akan menjalani tradisi unik Hari Raya Kuningan yang akan digelar pada tanggal 15 April 2017.
”Ini akan dilaksanakan di semua desa adat atau pekraman di Bali. Ini acara unik dan selalu mendatangkan wisatawan mancanegara, memiliki tradisi "Mesuryak" atau bergembira bersama, sambil menghamburkan uang ke udara, yang bermakna mengantar kembali leluhurnya ke alam nirwana. Ini sangat seru dan menarik,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, AA Gede Yuniartha Putra.
Berebut Berkah Mesuryak di Hari Raya Kuningan. (Foto: Radar Bali)
Pria yang biasa disapa Agung itu mengajak kepada wisatawan yang rindu akan tradisi unik di Bali untuk menyambangi Bali di hari perayaan tersebut. Kata Agung, acara ini merupakan rangkaian dari Hari Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).
Perayaan yang digelar setiap 210 hari sekali itu juga digelar dengan cara unik dan menarik di setiap desa dengan tradisi yang diwarisi secara turun temurun. Desa Adat Klusa di Kecamatan Payangan misalnya menggelar tajen (sabung ayam) massal yang melibatkan seluruh warga setempat.
Demikian pula warga Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung menggelar tradisi "mekotek" untuk kelengkapan upacara "Ngerebeg" yang melibatkan seluruh pria usia 13-60 tahun. Pria bertubuh kekar itu juga mengatakan, ritual "Mesuryak" merupakan puncak dari perayaan Galungan dan Kuningan dengan cara melempar uang ke udara secara bersamaan, dan di pihak lain berisiap-siang menangkapnya, dan hal itu telah dilakukan secara turun temurun.
”Masyarakat setempat percaya dan yakin ritual "Mesuryak" mampu mengantarkan keluhurnya yang turun ke bumi Dewata selama sepuluh hari antara Galungan dan Kuningan,” kata Agung.
Foto: Lakey Banget
Agung bercerita, dulunya atraksi "Mesuryak" hanya dengan melempar uang kepeng ke udara. Namun seiring dengan perkembangan zaman, uang kepeng semakin sulit diperoleh diganti dengan uang dengan nilai nominal Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000 bahkan lembaran Rp100.000.
Melempar uang ke udara yang kemudian direbut oleh warga lainnya yang tidak bisa diminta kembali, tergantung dari keikhlasan dan kemampuan dari masing-masing keluarga. Bahkan ada dari keluarga yang mampu pada tradisi "Mesuryak" itu menghambur-hampuran uang sampai Rp 26 juta, yang secara otomatis luapan kegembiraan semakin seru, mengundang warga lainnya dari semua umur untuk ikut berebut dalam "hujan uang" itu.
”Wisman biasanya berkumpul dan siap-siap ambil foto, bahkan kadang ada yang ikut nunggu lemparan uang, tradisi ini akan kami jaga terus dan akan kami promosikan terus ke wisatawan,” kata Agung.
Ritual "Mesuryak" dilakukan di depan pintu rumah tangga masing-masing setelah usai melakukan persembahyangan di tempat suci (merajan) rumah tangga masing-masing. Kegiatan itu mulai dari keluarga yang rumahnya paling ujung terus berlanjut secara bergantian hingga berakhir di rumah paling ujung. Ritual "mesuryak" menurut Wardana diwarisi secara turun temurun hingga kini tetap dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.
Menpar Arief Yahya menyebut Bali adalah destinasi yang kuat di semua portofolio pariwisata Indonesia. Baik culture, nature, maupun manmade, sama-sama kuat. "Tetapi kultur nya lebih kuat menjadi daya tarik Bali," ungkap Menteri Arief. (*)