COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Dhimam Abror
--------------------------------
Dunia ini panggung sandiwara, kata rocker Ahmad Albar. Ada peran kocak ada peran yang bikin orang terbahak-bahak. Seorang pelawak memainkan peran itu di panggung dramaturgi. Tapi, ketika ia turun panggung, ia akan memainkan peran yang lain yang bisa saja berbalik seratus delapanpuluh derajat dari peran panggungnya. Itulah dramaturgi hidup yang dialami banyak orang. Tapi, bagi pelawak Bambang Gentolet panggung sandiwara dan panggung kehidupan yang nyata adalah sama.
SEKELOMPOK anak kecil bergerombol di depan sebuah rumah di pojokan Manukan Tengah, Surabaya. Bersama-sama mereka berteriak ‘’Om..Gentolet..Om’’ menirukan teriakan di pinggir jalan raya mencegat bus ‘’Om Telolet Om’’ yang sedang viral di dunia maya. Pemilik rumah--seorang pria kurus cungkring berambut jambul--yang diteriaki anak-anak itu muncul dari pintu mendengar suara gaduh itu. Alih-alih marah si pemilik rumah malah memanggil anak-anak itu untuk mendekat....
Pemilik rumah itu adalah Kasbiyanto, 76 tahun, seorang pelawak legendaris yang sudah malang melintang di dunia hiburan Indonesia selama lebih setengah abad. Dia meninggal dunia Kamis (27/4) menyisakan rasa kaget dan duka di kalangan dunia hiburan nasional dan di kalangan para penggemar Kasbiyanto di seluruh Indonesia, terutama orang-orang dekatnya di Surabaya.
Siapa Kasbiyanto? Tidak banyak yang kenal. Bahkan di lingkungan tetangganya pun nama Kasbiyanto tak dikenal. Ia lebih masyhur dengan nama panggung nom de guerre Bambang Gentolet. Dia satu di antara sangat sedikit sisa-sisa laskar Srimulat generasi pertama yang masih bertahan.
Srimulat boleh bubar. Era keemasan Bambang juga sudah lama memudar. Tapi Bambang tetap menjalani hidup dan profesinya dengan penuh dedikasi. Ia seorang pelawak yang konsisten selama hidupnya. Ia sepenuhnya menggantungkan periuk nasinya dari job melawak panggung ke panggung. Ia punya acara televisi sendiri ‘’The Gentholet Show’’ dengan ikon brand dibuat mirip ‘’The Godfather’’. Acara ini muncul tiap hari dan sekarang sudah tidak diproduksi tapi masih sering tayang ulang.
Foto: Istimewa/Grafis: CoWasJP
Bambang juga mengisi acara rutin di Radio Suzanna. Jobnya dari panggung ke panggung tak pernah sepi dari hari ke hari. Sehari sebelum meninggal ia dijadwalkan tampil live di TVRI bersama Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Tak pelak kepergian Bambang mengagetkan Gus Ipul yang jumat malam menyempatkan takziah ke rumah duka.
‘’Saya betul-betul kaget ketika menerima kabar. Saya sempat tidak percaya, karena beberapa waktu yang lalu muncul berita hoax soal kematiannya,’’ kata Gus Ipul.
Di mata Gus Ipul sosok Bambang sangat mengagumkan. ‘’Almarhum seorang seniman besar yang pemuh komitmen dan dedikasi. Ia menjalankan pekerjaannya secara profesional dan penuh kesederhanaan,’’ kata Gus Ipul.
Contoh kesederhanaan yang membuat Gus Ipul kagum adalah sikap Bambang yang santai dan apa adanya, tidak ada rasa congkak sedikitpun sebagai seorang seniman besar. Dalam pergaulan sehari-hari Bambang bisa diterima di kalangan muda maupun tua dan bahkan anak-anak. Kesaksian itu diungkapkan oleh Teguh Budiarso, Ketua RT Manukan Tengah yang sekaligus sahabat dekat Bambang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak seniman panggung atau selebritas hiburan yang menjalani hidup secara dramaturgis, dua wajah. Mereka benar-benar mempunyai dua panggung yang berbeda; yaitu panggung hiburan sebagai front stage, dan panggung kehidupan nyata sebagai back stage. Di kedua panggung itu dia hidup dengan dua peran yang berbeda. Di panggung hiburan dia seorang pelawak yang lucu. Tapi di panggung hidup yang nyata dia jaim, jaga imej, tidak srawung dengan teman dan tetangga. Dunia panggung hiburan menjadi dunia yang terpisah dari kehidupan keseharian.
Bambang tidak punya dunia dramaturgis. Bambang tidak punya dua panggung kehidupan yang berbeda. Bambang hanya punya satu panggug kehidupan. Di panggung hiburan Bambang lucu, lugu, sederhana dengan peran khas sebagai pembantu. Di dunia nyata Bambang tetaplah figur yang sama. Dia sederhana, akrab, lucu, dan tidak pernah marah.
Itu yang membuat Teguh Harsoyo kagum. ‘’Saya sudah puluhan tahun bersahabat dengan beliau tidak pernah sekalipun beliau marah di pergaulan umum,’’ kata Teguh.
Bahkan, Bambang tidak sedikitpun marah ketika anak-anak kecil di kompleks perumahan mengolok-oloknya. ‘’Pernah sekelompok anak-anak beregerombol di depan rumah lalu berteriak-teriak Om Gentolet Om...Pak Bambang keluar rumah tidak marah malah mengajak anak-anak masuk ke rumah. Saya justru yang marah. Saya ingatkan anak-anak itu supaya sopan kepada orang tua. Tapi Pak Bambang malah ketawa-ketawa,’’ kenang Teguh.
Bambang menduda sejak istrinya meninggal dua tahun silam. Ia mempunyai dua anak perempuan. Si bungsu Minarti tinggal bersama Bambang. Dari dua putrinya Bambang mendapatkan tiga orang cucu, salah satunya menjadi dokter muda di Unair. Bakat melawaknya tidak menurun ke anak-anaknya yang perempuan. Tapi, cucu terkecil anak tunggal Nanik bernama Eka kelihatan mewarisi bakat kakeknya. Wajahnya terlihat mirip sang kakek, dan Eka kecil sudah diajari sang kakek untuk mengenal dunia hiburan.
Eka yang masih bersekolah di PAUD sering diajak sang kakek untuk bertemu dengan para seniman panggung. Nanik mengenang, suatu ketika Eka hendak berangkat sekolah dan berpamitan kepada sang kakek. Lalu sang kakek dengan canda yang khas bertanya; ‘’Mau kemana?’’. ‘’Mau sekolah.’’ Sang kakek berkata; Gak usah sekolah, ayo ikut kakek jadi dagelan’’.
Apakah bakat Bambang Gentolet akan menurun ke cucunya? Bisa jadi begitu. Ketika Gus Ipul ingin mengetes bakat Eka, si kecil ini tidak ragu-ragu menyanyi dengan suara cadel; satu-satu jangan pakai sabu...dua-dua jangan pakai ganja....tiga-tiga jangan pakai narkoba..satu dua tiga larangan negara....
Gus Ipul tertawa, seisi ruangan tertawa, tapi Minarti mengusap air mata mengenang bapaknya yang sudah tidak lagi bersamanya. (*)