COWASJP.COM – KUNJUNGAN Putri Indonesia Bunga Jelitha Ibrani ke Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo akhir April lalu, membuat Desa Ngadas mulai meyakinkan diri sebagai destinasi yang tak kalah dengan desa-desa lainnya di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Sebagai salah satu daerah penopang wisatawan ke kawasan wisata Gunung Bromo, Desa Ngadas sudah mempersiapkannya untuk wisatawan yang memulai perjalanan dari Malang Raya.
BACA JUGA: Kabupaten Malang Lakukan Branding di Jakarta
Ditargetkan ada 100 homestay berdiri tahun ini. Homestay ini tidak berbeda dengan konsep homestay di Desa Wisata daerah lainnya. Di sini tamu yang menginap berada satu rumah dengan pemilik.
Putri Indonesia berfoto dengan latar belakang Bromo. (Foto: istimewa)
‘’Sebagai desa adat, di sini sudah ditetapkan tidak akan dibangun seperti hotel, atau wisma, sebagaimana daerah tujuan wisata lainnya. Oleh karena itu kami memberdayakan masyarakat desa agar rumah mereka bisa menjadi tempat menginap para wisatawan yang ingin bermalam,’’ kata Kadisparbud Kabupaten Malang, Made Arya Wedanthara.
Kendati tak seperti hotel atau motel, fasilitas homestay cukup memadai. Untuk keperluan mandi, para pemilk rumah sudah melengkapinya dengan dashowern heat water. Sehingga para tamu tidak perlu khawatir kedinginan saat mandi. Tak heran, bila Putri Indonesia juga krasan menginap semalam di Desa Ngadas. Kebetulan Putri Indonesia bermalam di homestay yang juga rumah Kades Ngadas Mujianto.
Maka bila berkunjung pada hari-hari ini, puluhan warga nampak sibuk merenovasi rumah mereka, untuk dipersiapkan sebagai homestay. ‘’Kami memang sudah sampaikan pada warga terkait homestay. Mereka cukup antusias untuk membangun homestay di rumah mereka,’’ kata Kades Ngadas, Mujianto.
Tak hanya homestay, Ngadas juga mempersiapkan kuliner khas Desa Ngadas. Selain kuliner "sego mpok" (nasi jagung), dan kentang bertabur parutan kelapa, kini PKK desa juga sedang melakukan berbagai uji coba makanan khas atau pun kudapan berbahan baku kentang. Kentang ini memang cukup melimpah di Desa Ngadas.
Putri Indonesia berkuda di ladang savana Kawasan Wisata Bromo.(Foto: istimewa)
‘’Kami juga sedang mempersiapkan lokasi khusus untuk pusat jajanan dan kuliner di Desa Ngadas. Sehingga tamu tidak kesulitan untuk belanja dan membawa oleh-oleh khas dari Desa Ngadas,’’ kata Mujianto menambahkan.
Terkait kentang dengan rasa manis ini memang jarang ditemui di daerah lain. Maka tak heran, saat Putri Indonesia mencicipi kentang berbalut parutan kelapa itu. Bunga, panggilan akrab Bunga Jelitha Ibrani, sempat berkomentar bahwa dirinya baru merasakan ada kentang manis rasanya. ‘’Apalagi ditambah parutan kelapa, wah makin mantab,’’ katanya waktu itu.
Tentu saja kunjungan Putri Indonesia akhir bulan April lalu itu menjadi momentum tersendiri. Kadisbudpar Made Arya Wedanthara, merasa yakin bahwa kunjungan Putri Indonesia menjadi promo gratis Desa Ngadas sebagai desa wisata yang juga desa adat.
‘’Apalagi Putri Indonesia juga sempat selfie, dan memasukkan foto-foto hasil jepretannya ke Instagramnya, ini kan promosi juga,’’ ujarnya bersemangat.
Saat kunjungan Putri Indonesia, perempuan kelahiran Jakarta, 23 tahun lalu itu juga melihat prosesi tradisi petekan. Yakni sebuah tradisi tes keperawanan ala masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas. Lewat prosesi tersebut, bisa dipastikan apakah seorang gadis yang belum menikah tersebut benar-benar masih perawan atau tidak. Tes itu juga berlaku bagi para janda. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi perilaku seks bebas pada masyarakat Desa Ngadas.
Tradisi yang diangkat Bupati Malang Rendra Kresna dalam bukunya berjudul "Tradisi Petekan: Tes Keperawanan dari Negeri Kayangan" itu menjadi pemandangan baru bagi Bunga.
Putri Indonesia (kanan) menyaksikan tradisi "petekan" (Foto: istimewa)
Nah, terkait tradisi petekan ini, menurut Made, tradisi ini juga menjadi salah satu suguhan untuk diperkenalkan pada para wisatawan, bagi yang berminat melihat tata caranya. ‘’Jadi banyak hal yang terus kami gali di Ngadas ini sebagai desa adat. Kami akan kemas semua tatanan adat bagi para wisatawan, sehingga mudah dipahami wisatawan,’’ katanya.
Pemda Kabupaten Malang sendiri saat ini memang tengah giat dan semangat untuk mempromosikan Ngadas. Apalagi setelah launching brand Kabupaten Malang sebagai Heart of East Java, maka tak heran makin fokus dan serius mengembangkannya.
Terkait akses Desa Ngadas, Made menambahkan bahwa Pemda sudah mulai melakukan pembicaraan dengan Perhutani dan TN BTS terkait akses jalan yang masih dirasa kurang lebar. Karena sebagai kawasan pendukung Bromo sebagai Bali Baru, salah satu syarat akses jalan harus lebih nyaman untuk dilalui para wisatawan. ‘’Mudah-mudahan dalam waktu dekat, sudah ada pelebaran untuk akses jalan,’’ katanya.
Pelebaran akses jalan dan perbaikan menuju Bromo memang mutlak dilakukan, lantaran banyak wisatawan yang menuju ke Bromo memilih akses melalui Gubugklakah, Ngadas hingga padang savana Gunung Bromo.
Pilihan para wisatawan itu cukup beralasan. Mereka yang secara kebetulan wisata ke Malang Raya, seperti Batu, Kota Malang dan pantai selatan di Kabupaten Malang, akan memilih jalur Ngadas untuk menuju ke Bromo. Karena kalau menuju Bromo harus memutar lewat Pasuruan dan Probolinggo terlalu jauh. ‘’Kami berusaha, agar akses untuk ke Ngadas bisa lebih mudah lagi bagi wisatawan,’’ kata Made.
Menpar Arief Yahya terus mendorong homestay desa wisata agar menjadi kekuatan amenitas dan atraksi budaya Indonesia. Kekuatan itulah yang akan membuat Indonesia semakin dikenal, apalagi tahun 2019 ditargetkan ada 100 ribu homestay yang sudah dipasarkan melalui digital. "Kita akan menjadi negara dengan homestay terbanyak di dunia," kata Arief Yahya.(*)