COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Erwan Widyarto
------------------------------------
WISATA Bukit Jaddih, terletah di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Bangkalan Madura, makin memesona. Lokasi wisata yang merupakan bekas tambang kapur ini berubah 180 derajat, kini menjadi tempat yang benar-benar diminati para wisatawan. Baik dalam negeri maupun luar negeri.
Bukit kapur itu awalnya adalah lokasi penambangan batu kapur. Bahkan sampai saat ini masih banyak warga yang aktif menambang. Namun, keindahan alamnya dialihfungsikan sebagai lokasi wisata untuk umum. Warga yang ingin menikmati keindahan alam bisa datang kapan saja.
Jika berada di atas bukit, pengunjung seolah-olah berada di padang savana. Sebab, di sana jarang ditemui pohon maupun pemukiman warga. Objek wisata tersebut sudah dikelola dengan baik. Di sana sudah tersedia fasilitas berupa kolam pemandian. Akses menuju lokasi juga sangat mudah. Dari pusat Kota Bangkalan hanya memerlukan waktu 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Sementara dari Surabaya hanya 1,5 jam lewat Suramadu.
Imam Sujono, 37, pengelola wisata Kolam Jaddih mengatakan, pengunjung lebih banyak dari luar Madura. Wisatawan luar negeri juga sering datang ke Bukit Jaddih. ”Wisata alam seperti ini jarang di Indonesia,” katanya.
Menurut Imam, wisatawan asing biasanya berkunjung saat akhir pekan atau libur panjang. Sementara pada hari biasa, pengunjung lebih banyak penduduk lokal Madura. ”Warga Bangkalan sendiri jarang datang ke sini,” ucapnya.
Selain itu, wisata Kolam Bukit Jaddih juga sering dijadikan tempat melaksanakan berbagai kegiatan. Hal itu sebagai upaya agar Bukit Jaddih semakin populer. ”Tempat wisata ini seperti yang dimiliki Bali, yaitu tempat wisata bekas galian atau penambangan,” terangnya.
Pengunjung tak hanya bisa menikmati kolam yang airnya diambil dari sumber di lokasi tersebut. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan salah satu bukit tertinggi di Kota Bangkalan. ”Banyak orang yang penasaran pada tempat ini,” ungkapnya. Untuk bisa masuk ke wisata kolam, pengunjung harus membayar Rp 7.500 per orang pada hari biasa dan Rp 10 ribu pada hari libur.
Sementara pengendara motor yang berboncengan Rp 20 ribu pada akhir pekan dan Rp 15 ribu pada hari biasa. Karcis untuk mobil Rp 30.000 pada akhir pekan dan Rp 25.000 pada hari biasa. ”Mobil itu penumpangnya dihitung per orang,” ujar Imam Sujono.
Pontensi wisata Bangkalan bila diseriusi bisa menjadi pemasukan pendapatan tersendiri bagi Bangkalan. Data dinas kebudayaan dan pariwisata (disbudpar) menunjukkan, 2015 tercatat 1.777.251 wisatawan ke Kota Salak.
Sementara pada 2016 hanya 1.694.092 pengunjung atau terpaut 83.159. Data wisatawan ini berdasarkan jumlah kunjungan di 14 objek wisata alam, budaya, dan religi. Kepala Disbudpar Bangkalan Lily Setiawaty Mukti mengaku telah bekerja sama dengan agen travel luar negeri. Kerja sama itu untuk kembali menarik minat wisatawan asing. ”Kami adakan pertemuan dengan sejumlah agen travel luar negeri. Sekitar 20 negara. Kami paparkan semua potensi. Kami promosikan,” ujarnya.
Dia juga berencana meningkatkan promosi wisata alam. Sebab wisata religi sudah sangat dikenal. ”Dari agen perjalanan luar negeri ini bisa memperkenalkan kepada para wisatawannya. Jadi bisa diarahkan untuk bisa berkunjung ke Bangkalan,” terang Lily.
Rencana pengembangan ini bertahap. Dimungkinkan promosi pada tahun ini akan mendongkrak pengunjung 2018. ”Intinya kami garap juga untuk wisata religinya. Kemudian akan digarap juga potensi- potensi wisata lainnya,” paparnya.(*)