COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Erwan Widyarto
--------------------------------
ANGKA101 ini tidak terkait dengan gedung pencakar langit Taipei 101 Tower di Distrik Xinyi, Taiwan. Angka 101 itu adalah penanda waktu, hari lahirnya Kabupaten Sleman, Jogjakarta yang jatuh pada 18 Mei.
Untuk memgangkat potensi pariwisata dan mendatangkan banyak wisatawan, Slemat merasa perlu strategi branding. Ini sejalan dengan ajakan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya agar semua daerah dan pelaku usaha bidang turisme untuk serius menggarap branding, melalui serangkaian kegiatan PR-ing.
PR-ing itu sendiri adalah "Promise" atau janji Produk, yang apabila ditepati, akan menghasilkan "Reputation". Jadi PR itu merupakan Promise to Reputation! "Kalau kita menjanjikan Wonderful, maka di lapangan pun harus mempesona!" kata Arief Yahya mengomentari branding Kabupaten Sleman.
Bagi Menpar Arief Yahya, yang dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi ketua National Branding Republik Indonesia, brand itu punya value. Dan Indonesia menganut paham Family Branding. Karena itu jika daerah menggunakan tag line Wonderful untuk pasar mancanegara dan Pesona untuk Nusantara itu akan lebih murah, lebih simple dan lebih cepat.
"Brand daerahnya bisa ikut terangkat oleh brand nasionalnya. Sebab, membangun Wonderful Indonesia menjadi top of mind seperti sekarang, investasinya ratusan miliar, dipromosikan di hampir semua TV dunia, semua online media internasional, dan berbagai platform media, termasuk outdoor media," jelas Arief.
Bahkan, national branding "Indonesia" pun menggunakan logo dan font "Wonderful Indonesia." Peringkat Wonderful Indonesia itu sudah nomor 47 dunia, masuk cluster 1 dunia. Mengalahkan Malaysia Truly Asia nomor 96, dan Amazing Thailand no 83 di TTCI -Travel and Tourism Competitiveness Index yang dikeluarkan World Economi Forum (WEF). "Sebelumnya, brand WI tidak masuk sama aekali! Not Available," ungkapnya.
Tetapi, Arief Yahya tidak mengharuskan daerah mengikuti logo dan brand WI atau PI. "Logo apa saja ok, yang terpenting adalah dipromosikan besar-besaran kalau ingin menang," tandasnya.
Relevan dengan ajakan Mantan Dirut PT Telkom itu, Kabupaten Sleman pun meluncurkan branding bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-101 Kabupaten yang berada di wilayah utara Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Dengan pembahasan dan diskusi yang cukup lama, akhirnya dipilihlah logo brand dan tagline "Sleman The Living Culture. Part of Jogja."
Logo dalam bentuk tulisan Sleman dengan gambar "puncak" Merapi yang di dalamnya ada gambar Candi Prambanan. Warna logo dan tulisan tagline semuanya berwarna merah dengan dasar putih. Pilihan font sama dengan yang dipakai brand Jogja Istimewa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Dra. Hj Sudarningsih, MSi menguraikan perjalanan munculnya logo dan tagline Branding Sleman itu. Mulai dari rapat kordinasi, penjaringan aspirasi dan Focus Group Discussion (FGD).
"Awalnya dibicarakan brand Sleman selaras dengan brand pariwisata nasional Wonderful Indonesia atau dengan brand Jogja Istimewa. Hasil survei 40 persen selaras dengan brand pariwisata nasional, 60% memilih selaras dengan brand Jogja Istimewa," urai Sudarningsih, Kamis (18/5).
Begitu pula dengan tagline. Ada tiga pilihan, The Living Culture (60 ersen), Unique Living Culture (16 persen) dan Inspiring Culture and Nature (24 ersen). Setelah terpilih tagline maka dibuatlah logo. Ada 3 pilihan juga. Pertama, logo brand dengan gambar Candi Prambanan, kedua dengan gambar Merapi dan ketiga dengan gambar Candi Prambanan dan Merapi. "Ternyata 100 ersen memilih pilihan logo brand Sleman berupa gambar Candi Prambanan dan Merapi," tambah perempuan yang biasa disapa Ning ini.
Jajaran pelaku pariwisata Sleman menyadari bahwa branding merupakan perjumpaan antara destinasi dengan (calon) wisatawan. Brand adalah kontrak kualitas antara penyedia produk/jasa dengan calon konsumen.
"Dengan adanya brand maka disepakati sebuah kontrak kualitas yang membutuhkan komitmen penuh dan dukungan riil dari seluruh stakeholders untuk menyampaikan produk dan jasa seperti yang dijanjikan," tegas alumni Publisistik UGM ini. (*)