COWASJP.COM – ockquote>
O l e h: Erwan Widyarto
------------------------------------
IJEN Trail Running (ITR) 2017 yang diselenggarakan Pemkab Bondowoso hari Minggu (21/5) berlangsung sukses. Sebanyak 467 peserta dari berbagai kategori star dari desa Sempol, Kecamatan Ijen, Bondowoso dan finish di Gunung Ijen.
Tak hanya Kawah Ijen yang menjadi magnet para pelari dari berbagai daerah dan negara untuk ikut Ijen Trail Running, 20-21 Mei. Tapi juga beberapa destinasi lainnya yang membuat mereka kagum. Sunrise di Megasari dan padang savana Kawah Wurung.
Informasi yang dihimpun CoWasjp.com menyebutkan ajang lari gunung ini diawali nomor 100 kilometer yang start dari Lapangan Arabika pukul 04.00 pagi. Tercatat ada 27 pelari dari Prancis, Vietnam, Amerika, Filipina, Jepang, dan Malaysia yang ambil bagian.
Sekitar 45 menit berlari, mereka mulai takjub indahnya Kecamatan Ijen, Bondowoso. Di Megasari itulah panorama sunrise tersaji. Bahkan, tak sedikit dari mereka memilih berhenti berlari sejenak mengabadikan momen indah itu.
Dari Megasari pelari juga terpesona keindahan padang savana Kawah Wurung. Seperti yang disampaikan Vincent, pelari 100 K asal Prancis ini mengaku, baru lari sejenak ada pemandangan matahari terbit. “Bagus, dingin ke panas dan dingin lagi,” ujarnya.
Leo Kharismatik pelari asal Jakarta mengira, awal start di pekerbunan kopi akan biasa-biasa saja, namun setelah naik ke ketinggian di daerah Megasari mulai ada view menarik. “Ya foto-foto dulu, sayang kalau dilewatkan,” terangnya.
Nyatanya, tidak hanya Leo yang foto selfie di balik sunrise itu. Tapi, hampir rata-rata runner mengabadikan indahnya sunrise tersebut. Sementara Ruth Theresia, 27 dari Bandung mengaku, menyesal tidak membawa handphone. “Bagus banget tuh saat matahari terbit. Yang lain foto-foto kami lari saja. Karena, tidak bawa handphone,” ujarnya.
Dia yang sebelumnya mengikuti trail running di Malaysia dengan jarak tempuh 160 K, jauh beda dengan di Bondowoso. “Lebih bagus di Bondowoso. Banyak pemandangan. Kalau di sana flat-flat saja, “ jelasnya. Dia berharap, untuk ITR tahun depan marka atau penanda rute diperbanyak lagi. Karena di awal lomba masih banyak yang tersesat.
Sejumlah peserta 100 K memang sebagian tersesat, lantaran mereka start pukul 04.00. Suasana gelap dan kurangnya tanda rute menjadi catatan tersendiri panitia. Meski demikian para peserta akhirnya sampai juga di finish.
Kepala Disporpora Harry Patriantono mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi kekurangan pada even ketiga ini. Termasuk tanda jalur yang minim. Untuk itu tahun depan, pemda akan mengerahkan banyak pihak, seperti desa dan masyarakat setempat. ‘’Kami terus mengevaluasi,’’ katanya.
Untuk ITR tahun ini mulai dibuka kelas 100 K. Harry menambahkan bahwa ITR ini merupakan satu rangkaian Ijen Festival. ITR yang menjadi agenda tahunan ini tujuannya tidak semata-mata untuk olahraga, namun juga mengenalkan potensi wisata di Bondowoso. Harry merasa optimis, tahun depan akan diikuti lebih banyak peserta asing.
ITR merupakan salah satu seri lari lintas alam Asia. ITR 2017 melombakan empat kategori, yakni Ultra 100 K (kilometer), Ultra 70 K, Full Marathon 32 K dan Half Marathon 21 K. ‘’Kami juga akan mengundang banyak penonton. Agar mereka banyak mengenal pariwisata di kawasan Ijen,’’ pungkas Harry.(*)