COWASJP.COM – Ada pemandangan lain begitu kita memasuki halaman gedung SDN 01 Manguharjo, Kota Madiun, saat istirahat. Beberapa siswa dan siswi menyambut dengan menawarkan sambel pecel kepada para tamu sekolahnya itu. ‘’Mari pak dibeli sambel pecelnya,’’ kata mereka dengan tersenyum.
Apa yang dilakukan siswa dan siswi SD ini merupakan terobosan baru yang dilakukan Kepala SDN 01 Manguharjo, Hery Sudarto M.Pd dalam mengejawantahkan program Seni, Budaya dan Kreasi (SBK) di sekolah itu.
Ada dua hal yang ditargetkan dalam pembelajaran ini. Pertama mengangkat produk lokal dengan cara global, kedua memupuk jiwa marketing bagi para siswa.
Sambel pecel itu sudah dikemas dengan mika dan diberi label ESMASA atau SDN Manguharjo Satu. Sambel pecel itu bukan merupakan produk ESMASA sendiri, namun bekerja sama dengan salah satu produsen sambel pecel yang cukup terkenal di Madiun. Kemudian dikemas sendiri dan seizin produsennya sekolah mem-branding sendiri kemasannya.
Hery Darto menjelaskan, bahwa siswa memang dikenalkan bagaimana mengangkat produk lokal dimana Kota Madiun terkenal dengan sambel pecelnya. Kemudian mereka dikenalkan dengan pemasaran global dengan penjualan lewat sosial media. Namun sementara ini baru dilakukan di lingkungan sekolah dulu, menyiapkan guru pembimbingnya.
‘’Harus kita akui, banyak guru yang belum mempunyai pola pikir marketing, termasuk juga bagaimana ikut meningkatkan produk lokal dengan pemasaran global,’’ akunya.
Selain itu yang jelas adalah memupuk jiwa marketing para siswa. Hal ini mengingat kelak dunia kerja, khususnya swasta, banyak dibutuhkan pekerja yang punya kemampuan marketing. Bahkan dengan memiliki jiwa marketing, apalagi dipupuk sejak dini, mereka bisa berwirausaha tanpa harus menggantungkan diri terhadap pekerjaan dari pemerintah.
‘’Dengan mengaitkan SBK, program ini tidak melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi kami menggunakan dana APBD, yang sayang sekali kalau tidak terserap untuk kegiatan. Kan eman ada dana muspro tak digunakan untuk kepentingan siswa, khususnya dalam pembelajaran sesuai SBK.
Sebab kalau tak terserap untuk kegiatan, dana itu harus dikembalikan. Dan ini murni untuk pembelajaran SBK, bukan mencari untung, ’’ ungkap Hery Darto yang juga sebagai Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Manguharjo.
Sebelumnya, para siswa diajak ke salah satu perusahaan produksi sambel pecel di Kota Madiun, agar mereka juga mengetahui proses produksinya. Dengan demikian diharapkan akan menggerakkan pemahaman siswa untuk ikut meningkatkan produksi lokal, sesuai dengan program Pemerintah Kota Madiun pada khususnya dan Program Pemerintah pusat pada umumnya.
Selain sambel pecel, juga dijual madumongso dan dimungkinkan juga produk-produk lainnya yang banyak diproduksi UMKM Kota Madiun. ‘’Di Madiun, baru sekolah ini yang memiliki program semacam itu. Sekolah lain tentu bisa dengan program pilihannya sendiri sesuai SBK,’’ katanya. (*)