COWASJP.COM – Hasil survei identifikasi obyek-obyek wisata di Borobudur dan Greater Joglosemar yang akan ditawarkan kepada delegasi IMF-World Bank (WB), Oktober 2017 menunjukkan kesiapan wilayah ini dalam menerima tamu. Hanya perlu beberapa pembenahan infrastruktur di titik-titik tertentu pada jalur menuju destinasi wisata.
Larasati Sedyaningsih, Person in Charge (PIC) Borobudur pada Pokja 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata mengatakan secara umum infrastruktur menuju obyek-obyek wisata di Borobudur dan sekitarnya sudah baik. "Hanya beberapa yang perlu dibantu yaitu Jembatan Srowol menuju Candi Borobudur dan pipanisasi air dari Mungkid ke Desa Wanurejo dan Candirejo," kata Larasati.
Sedangkan untuk Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, ada banyak kebutuhan Infrastruktur. Saat ini sedang didata oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW).
Survei pada tanggal 23 dan 24 Mei 2017 ini dilakukan tim dari berbagai unsur. Mulai dari Kemenko Maritim, Kemenpar, Perhubungan Udara, Angkasa Pura, BPIW, Balai Besar VII Semarang, Dinas PU Kabupaten Magelang, Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Magelang dan Dispar DIY. Survei hari pertama (23/5) mengunjungi sejumlah obyek di Magelang dan sekitarnya. Mulai dari MesaStila l, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Borobudur, Desa Wisata Candirejo dan Wonorejo.
Hari kedua (24/5) surveI ke lokasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mulai dari sentra kerajinan batik, kerajinan perak di Kotagede, Kompleks Keraton Candi Ratu Boko dan Candi Prambanan. Sedangkan Tim BPIW mengunjungi Desa Nglanggeran di Gunungkidul.
"Hasilnya, untuk obyek-obyek wisata relatif siap dikunjungi wisman, baik bangunan maupun SDM-nya. Hanya untuk candi-candi perlu ada pembenahan toilet dan papan signage," tegas Larasati.
Selain kesiapan obyek wisata, "pintu gerbang" wisatawan yaitu bandara juga mendapat perhatian. Di antaranya kapasitas lounge Bandara Adisucipto. Saat ini lounge bandara internasional ini hanya berkapasitas 175 orang. Tahun ini, pihak Angkasa Pura akan merenovasi lounge ini hingga kapasitas daya tampungnya naik menjadi 200.
Dalam konteks penerimaan tamu wisatawan, harus dikaji secara serius apakah bandara Adisucipto siap menerima tamu dalam jumlah besar dalam waktu yg berdekatan. Ataukah harus dibagi dengan Bandara Adisumarmo Solo dan Achmad Yani Semarang.
Menpar Arief Yahya terus mendorong agar tim percepatan Borobudur ini melompat lebih cepat dan running lebih kencang. Apalagi Presiden Joko Widodo sudah setahun lebih menginjakkan kaki ke Candi Buddha terbesar di dunia itu. Persisnya 12 Januari 2016, atau 16 bulan yang lalu.
Kala itu Presiden Jokowi bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DIY Hamengku Buwono X, Menpar Arief Yahya dan beberapa menteri lain menyebut Borobudur adalah Mahakarya Budaya Dunia yang harus menghasilkan lebih banyak wisatawan mancanegara. Karena itu presiden meminta kepada seluruh kementerian yang terkait percepatan pengembangan destinasi prioritas Borobudur juga bekerja lebih cepat.(*)