COWASJP.COM – KREATIVITAS promosi wisata yang dilakukan oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) ini layak diacungi jempol. Guna mempromosikan ragam potensi budaya dan pariwisata yang ada, dibuatlah buku "Sleman Dalam 101 Puisi". Buku berupa foto-foto obyek wisata serta atraksi seni dan budaya di Kabupaten Sleman yang diberi puisi. Puisi ditulis oleh penyair HM Nasruddin Anshoiry Ch atau biasa dipanggil Gus Nas.
Pada lembar pertama, foto yang diberi puisi adalah destinasi yang menjadi salah satu nominator Anugerah Pesona Indonesia 2017 yang diadakan oleh laman www.ayojalanjalan.com yaitu Tebing Breksi. Judul puisinya "Di Tebing Breksi" ditulis di atas foto suasana malam Taman Tebing Breksi. "Di Tebing Breksi/ Batu-batu sejarah itu telah ditatah sejak zaman entah//.
Kemudian berikutnya ada puisi "Merapi" dengan latar Gunung Api aktif ikon Sleman: Gunung Merapi. Puisi ini berjejer dengan "Kaliurang Saat Senja." Kaliurang adalah kawasan sejuk di Lereng Merapi. Ada puisi-puisi lain "berbau" Merapi. Di antaranya berjudul Golf Merapi, Volcano Tour, Bukit Turgo, Gardu Pandang, Menikmati Prambanan dan Merapi, Anggrek Merapi hingga puisi berjudul "Jadah Tempe."
Ikon Wisata Sleman lainnya, yakni Candi-Candi juga muncul dalam beberapa puisi. Tentu saja dengan fotonya. Seperti "Rindu Di Candi Ijo, Candi Prambanan, Ziarah Ke Candi Ijo, Candi Barong, Candi Banyunibo, Berlayar di Candi Boko, Candi Sari, Janji Candi Kalasan, Candi Sambisari, Candi Gebang hingga candi yang baru ditemukan di dekat kampus Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Candi Pustakasala.
Desa-desa Wisata yang menjadi unggulan pariwisata Sleman juga diangkat dalam puisi. Misalnya Andai Desa Ini Bernyanyi (Desa Wisata Grogol), Ketingan Suatu Pagi, Tanjung Merindu, Sidoakur, Kembang Arum, Elegi di Pentingsari, Ada Kidung di Nawung, Pulesari, Lumpur di Desa Sambi dan Senandung Desa Kelor.
Atraksi budaya yang sudah menjadi kalender tahunan pun tak ketinggalan. Ada puisi berjudul nama aktivitas itu seperti Labuhan Merapi, Tawur Agung, Gerobak (Festival Gerobak), Bekakak Gamping, Merti Bumi, Kirab Tuk Sibedug, dan Wonolelo (Saparan Apem Wonolelo).
Kekayaan museum di Sleman digambarkan dalam beberapa puisi juga. Seperti Monjali Suatu Pagi, Museum Dirgantara, Museum Affandi, Museum Ullen Sentalu, Museum Sapto Hudoyo, Museum Gunungapi Merapi, Museum Pancasila Sakti, Museum Pendidikan UNY hingga Museum GTM UPN.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan buku ini diharapkan dapat menjadi gerbang informasi bagi siapa saja yang ingin menikmati kekayaan budaya dan pariwisata di Sleman. "Buku ini juga merupakan media untuk menumbuhkan rasa bangga dan rasa handarbeni (memiliki) di kalangan masyarakat Sleman khususnya generasi muda terhadap kekayaan budaya dan pariwisata yang dimiliki, sehingga akan mendorong tumbuh kesadaran untuk melestarikan," tegas Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutannya di buku ini.
Sri Purnomo melanjutkan, melalui buku ini mengajak masyarakat, wisatawan, pelaku budaya, pelaku pariwisata untuk berkunjung ke Sleman. "Mari kita nikmati bersama dan mari kita lestarikan kekayaan budaya dan pariwisata yang ada di Sleman," tandasnya.
Buku "Sleman Dalam 101 Puisi" diterbitkan dalam rangka memperingati HUT Ke-101 Kabupaten Sleman. Selain foto-foto dan puisi, buku ini juga penuh dengan sejumlah informasi dari para pendukung penyusunan buku. Ada pula informasi mengenai Sleman Temple Run yang digelar 16 Juli 2017. Lari lintas alam melewati sejumlah candi in berhadiah total Rp 75 juta. Digelar dalam dua kategori 13K dan 25K.
Menteri Pariwisata Arief Yahya salut dengan kreasi berpuisi dalam mempromosikan destinasi wisatanya. "Bagus! Punya cultural value yang kuat, dalam menggambarkan berbagai destinasi dalam susunan kata-kata indah," ungkap Arief Yahya. (*)