COWASJP.COM – Kita bersyukur kepada Allah, hari ini memasuki hari ke-18. Semakin mendekati akhir ‘sepuluh hari kedua’. Dimana Allah menurunkan banyak maghfirah kepada orang-orang yang berpuasa. Sebagaimana diketahui ‘sepuluh hari pertama’ Allah menurunkan banyak rahmat, ‘sepuluh hari kedua’ menurunkan banyak ampunan, dan ‘sepuluh hari terakhir’ menurunkan banyak nikmat serta menghindarkan kita dari api neraka.
Dalam sejumlah ayat, Allah menjelaskan tentang turunnya wahyu Al Qur’an di bulan suci yang penuh berkah dan hikmah ini. Bukan teksnya yang diturunkan di bulan Ramadan – karena teksnya sudah selesai di zaman Rasulullah – melainkan hikmah yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah berikut ini.
“Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan (petunjuk kehidupan). Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (lailatul Qadr). Dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh HIKMAH.” [Qs. Ad Dukhan (44): 2-4]
Jadi, yang turun ke dunia ini sesungguhnya adalah Al Qur’an dalam dua bentuk: Al Kitab dan Al Hikmah. Al Kitab adalah teksnya, sedangkan Al Hikmah adalah makna yang terkandung di dalamnya. Karena, dalam sejumlah ayat lainnya, Allah sering menyebut secara beriringan antara Al Kitab dan Al Hikmah itu. “… dan apa yang telah DITURUNKAN Allah kepadamu yaitu AL KITAB dan AL HIKMAH. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu …” [Qs. Al Baqarah (2): 231].
Maka, sesungguhnya Al Qur’an yang asli itu masih berada di Lauh Mahfuzh. Yang turun ke dunia cuma copy-nya saja. Hardcopy dalam bentuk teks, dan softcopy dalam bentuk makna. Teksnya sudah selesai turun di zaman Rasulullah masih hidup. Termasuk kandungan isinya. Dan setelah beliau wafat, teks Al Qur’an sudah tidak turun lagi kepada manusia. Kecuali, kandungan isinya yang penuh hikmah, itu masih terus turun kepada manusia yang memelajari dan mengkaji Al Qur’an. Khususnya di bulan Ramadan. Dan lebih khusus lagi di malam yang penuh hikmah: Lailatul Qadr.
Maka, kita lantas bisa membayangkan ketika Rasulullah SAW diminta Jibril untuk membaca – Iqra’ – saat wahyu pertama turun. Apakah yang ditunjukkan Jibril kepada Nabi Muhammad waktu itu? Kok diminta membaca? Membaca apa?
Itulah Al Qur’an asli yang masih berada di Lauh Mahfuzh. Nabi menjawab: ma ana biqari’ – aku nggak bisa membaca. Diminta lagi untuk membaca tulisan itu, beliau menjawab dengan kalimat yang sama: aku nggak bisa membaca. Sampai tiga kali. Dan kemudian malaikat Jibril mendiktekan agar ditirukan oleh Rasulullah.
Allah berfirman Al Qur’an memang masih di Lauh Mahfuzh. Dan hanya orang-orang yang mensucikan diri saja yang bisa “menyentuhnya”. Bukan sekedar bersuci dalam arti lahiriah, melainkan lebih kepada makna batiniah. “Sesungguhnya AL QUR’AN ini adalah bacaan yang sangat mulia. Berada di LAUH MAHFUZH. Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” [Qs. Al Waaqi’ah (56): 77-79]
Maka PERTANYAAN yang mesti Anda jawab kali ini adalah:
1. Tunjukkan dua ayat lagi dimana Allah berfirman bahwa Al Qur’an asli itu masih tersimpan di Lauh Mahfuzh.
2. Selain Al Qur’an asli, apa lagikah yang tersimpan di Lauh Mahfuzh itu? Dimanakah Lauh Mahfuzh itu berada?
Selanjutnya, PEMENANG edisi ke-17, berdasar pada jawaban yang masuk di facebook dan Agus Mustofa eLibrary adalah: Abuya Abuya.
1. Dimanakah ayat yang mengatakan bahwa di malam Al Qadr itu Allah menurunkan banyak hikmah yang terkandung di dalam Al Qur’an.
Jawaban: terdapat di dalam QS ADDUKHAAN 3-4 ~ Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
2. Apakah kaitannya antara umat Islam yang diperintahkan untuk berpuasa dengan turunnya hikmah di malam Al Qadr itu? Apakah kalau tidak berpuasa bisa memperoleh Lailatul Qadr?
Jawaban: orang-orang yg akan mendapatkan Lailatul Qadar adalah orang-orang yg melakukan puasa dengan baik, yg bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja, yg memberikan efek positif pada dirinya, karena telah mensucikan jiwa dan raganya, dari segala bentuk aktivitas negatif secara lahir dan batinnya. Dengan kesucian jiwalah mereka akan mendapatkan Lailatul Qadar,malam yg kualitasnya lebih baik dari seribu bulan. Orang yg 'Melek' malam di sepuluh akhir bulan Ramadhan tidak akan mendapatkan Lailatul Qadar, jika tidak melakukan puasa dengan baik, apalagi orang-orang yg tidak berpuasa, tentu tidak akan mendapatkannya.
Selamat, Anda memeroleh hadiah buku Serial Diskusi Tasawuf Modern berjudul: "MENJAWAB TUDINGAN KESALAHAN SAINTIFIK AL QUR'AN". Silakan hubungi 0878 5433 5454 untuk alamat pengiriman hadiahnya. Salam.
ADA CUPLIKAN VIDEO & HADIAH BUKU SETIAP HARI
Klik Link di bawah ini.