COWASJP.COM – SEORANG wartawan senior mengintip aktivitas saya selama bulan puasa dan menuliskan analisisnya di bawah ini. Ia mengumpulkan semua tulisan yang saya kirim ke Komunitas Jari Tangan dan meringkasnya dalam satu renungan. Berikut ini penuturan wartawan senior Ali Salim , mantan wartawan Surabaya Post, dari Surabaya:
“Bulan suci Ramadhan bukan penghalang bagi seorang Aqua Dwipayana untuk terus menggalang silaturahim sambil merajut Nusantara. Dalam 15 hari puasa saja, motivator nasional ini seperti tak kenal lelah berkelana di 14 kota yang bertebaran di seluruh Nusantara.
Mulai Jogyakarta terus ke Makassar - Jayapura - Bogor - Jakarta - Yogyakarta - Bali - Manado - Makassar - Banjarmasin - Jakarta - Surabaya - Mataram - Bali. Di kota-kota tersebut terjadi kegiatan di beberapa titik yang berbentuk pertemuan pribadi, rapat terbatas, mengikuti diskusi kecil sambil buka puasa, atau acara besar yang dihadiri ratusan orang.
Safari nasional yang dilakukan ini begitu kaya warna, tidak monoton dan satu arah. Bukan cuma berkunjung kepada elit bangsa seperti Kapolda Papua Irjen Pol. Boy Rafli Amar atau Pangdam Cendrawasih Mayjren TNI Eldanus Supit, tapi juga menyapa seorang wartawan di pemukiman padat di Surabaya yang sedang menunggui istrinya yang sedang sakit. Di sela-sela jadwal yang seakan terus berkesinambungan selalu ada ruang untuk berhenti dan merenung kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan ragam manusia yang nasibnya tidak sama.
Ali Salim, nomor 3 dari kanan, wartawan senior Surabaya usai dijamu makan boss Jawa Pos Group, Dahlan Iskan (nomor 3 dari kiri) di restoran seafood di Surabaya. (Foto slamet op/CoWas)
Dalam silaturahim ini tidak cuma menebar kebaikan kepada orang lain, tapi juga menemukan betapa kebaikan telah menjadi sebuah kata kunci orang-orang sukses. Kebaikan bukan cuma sebuah lip service, pemanis mulut untuk menyanjung seseorang, tapi diwujudkan dengan rekam jejak perbuatan nyata yang tulus.
Belum lama menemui Pangdam Cendrawasih di Jayapura yang rendah hati dan baik budinya, seminggu kemudian sudah berada nun jauh di sebuah desa Utara Nusantara, Tomohon, hanya untuk menemui ayah sang Pangdam, seorang kolonel purnawirawan yang sedang siap-siap merayakan Ultah ke 78.
Betapa gembiranya Kolonel Purn. Cornelis Supit ditemui karib anaknya. Silaturahim tanpa kenal usia, suku, agama, telah dipraktikkan seorang muslim yang rendah hati di tengah keagungan Ramadhan.
Sebelum puasa, Aqua meladeni tiga anggota keluarga yang ingin menikmati keindahan Yogya dan tinggal di Perum Sawit Sari Condong Catur Sleman. Puasa hari pertama sudah mendapat anugerah hadir dalam sebuah acara dinner gathering Yogya Citi Mall bersama ratusan karyawan yang diladeni oleh bosnya sendiri, Soekeno.
Hari ke-2 buka puasa dengan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Syafruddin Alwi. Dari Jayapura harus menemui sejumlah pejabat bank di Jakarta. Terus berputar dengan aneka ragam kehidupan untuk menemukan begitu banyak kebaikan dan menyebarkannya ke orang lain.
Aqua Dwipayana, nomor 3 dari kiri, saat silaturahim ke rumah tokoh pengusaha yang berjasa bagi Jawa Pos saat mengakuisisi Manuntung (sekarang Kaltim Pos). (Foto; CoWas)
Ada kejadian menarik dari dahsyatnya silaturahim bila telah mendarah daging dalam perilaku keseharian kita. Menghormati orang dan anggota keluarganya menjadi sebuah keutamaan. Saat mendengar ibu dari bos Duta Anggada Realty, Ventje Suardana, yaitu ibu Susianawati, yang sedang terbaring di rumah sakit di Surabaya, sang motivator langsung menunda jadwal keberangkatannya ke Mataram.
Kunjungan itu menandai perhatian dan kesungguhan berbagi, sekaligus memberi sinyal kepada siapa pun bahwa persahabatan harus ditunjukkan seperti sebuah keluarga. Jangan hanya melihat dan meladeni orangnya saja, tapi silaturahim menemukan bentuknya yang paripurna bila memperlakukan sama dengan semua anggota keluarga. Pelajaran yang terus diulang kepada kita bahwa silaturahim tak boleh hit and run atau basa basi, tapi harus tuntas dan berulang.
Silaturahim yang kaya warna dan tidak monoton mungkin menjadi bagian menarik yang perlu dibahas. Duduk di mobil mewah, ruang ber-AC dengan orang-orang berpangkat, tidak menyebabkan kita alergi untuk duduk bersama orang tak punya. Justru dengan hadir di semua situasi, kita akan merasakan aroma kebahagiaan yang dipancarkan oleh entitas yang berbeda nasib.
Semuanya membuat kita yakin tentang rahasia di balik semua perbedaan itu, yaitu susunan mosaik penuh warna yang makin membuat kita terus bersyukur kepada Allah SWT.
Mari terus menebar kebaikan, meneladani kebaikan orang lain, dan makin yakin bahwa kita semua bersaudara. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Salam...” (*)