COWASJP.COM – SETELAH membaca tulisan yang berjudul: "Kebesaran TUHAN, Dosen yang pernah 'Menggugat' Penulisan Gelar Minta Tolong Urusan di Polisi. Anak judul: “Ditipu Pengusaha Biro Perjalanan Senilai Puluhan Juta Rupiah," kemudian mantan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Fikom Unpad), Prof Deddy Mulyana, turut berkomentar. Inilah komentarnya:
"Aqua, saya masih ingat semua yang Anda sampaikan pada 2014 lalu, saat saya menginfokan tentang ada dosen yang komplain atas pemakaian gelar Dr (c) di depan nama Anda yang ditulis di detikcom. Waktu itu Anda mengatakan tanpa mendahului TUHAN, suatu saat nanti dosen tersebut akan menghubungi Anda untuk minta tolong menyelesaikan masalahnya. Ternyata Kamis kemarin, yang dulu Anda sampaikan jadi kenyataan. TUHAN menunjukkan kebesarannya," ujar Deddy tadi pagi ke saya.
Waktu dulu, Deddy menyampaikan ke saya bahwa ada dosen yang komplain atas pemakaian gelar itu, saya sempat membatin. Hati kecil saya berucap bahwa suatu saat nanti - kalau TUHAN memberi umur panjang - dosen itu insya ALLAH kontak saya untuk minta tolong.
Selama hidup saya, kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali. Saya sudah beberapa kali mengalaminya sehingga tidak kaget lagi. Umumnya, yang saya ucapkan dalam hati jika ada orang yang menyakiti saya, bakal menjadi kenyataan.
Salah satu contohnya akhir September 2005 lalu, saat saya memutuskan pensiun dini dari Semen Cibinong (sekarang Holcim Indonesia-pen). Ada seorang atasan yang meremehkan saya dan beranggapan setelah tidak bekerja di perusahaan itu kualitas kehidupan saya sekeluarga bakal menurun.
Pabrik Semen Holcim Indonesia, dulu Semen Cibinong, tempat Aqua Dwipayana pernah bekerja sampai September 2005. (Foto: isitmewa)
Beberapa tahun kemudian orang tersebut sibuk mencari saya untuk minta bantuan. Ternyata yang bersangkutan sedang ribut besar dengan tetangga sebelah rumahnya, sehingga urusannya ke polisi. Sopirnya sudah lebih dulu ditahan polisi karena merusak barang milik tetangganya.
Mantan atasan saya itu khawatir mengalami nasib yang sama. Beliau tahu setelah keluar dari Semen Cibinong saya banyak kegiatan di TNI-Polri, termasuk ngajar Komunikasi di seluruh Sesko dan Sespimti Polril - yang para siswanya berpangkat Mayor, Letkol, Kolonel dari belasan negara - sehingga kontak saya untuk minta bantuan.
Deddy Mengapresiasi karena tidak Dendam
Deddy melanjutkan, "ALLAH Maha Besar Aqua. Anda yang dulu dikomplain karena pemakaian gelar itu, sekarang dihubungi untuk dimintai bantuan. Syukurnya Anda tidak dendam dan berkenan membantu."
Deddy mengapresiasi saya karena sedikit pun tidak ada rasa dendam. Beliau yang sudah seperti orang tua saya sendiri paham sekali bahwa saya selama ini dengan mudah memaafkan orang-orang yang menyakiti saya.
Prof Deddy Mulyana (Foto: isitmewa)
Salah satu yang berusaha secara maksimal saya lakukan selama ini adalah secara konsisten menjaga hati tetap bersih dan berpikiran positif. Saya tidak mau menyimpan 'sampah-sampah' dalam diri saya.
Biasanya kalau ada orang yang bersikap negatif ke saya, yang saya lakukan pertama kali adalah memaafkan orang itu. Selanjutnya mendoakan orang tersebut agar kembali ke jalan yang benar.
Kemudian menyerahkan sepenuhnya ke TUHAN sebagai Sang Pencipta semua makhluk di muka bumi ini, termasuk manusia untuk menuntaskannya. Bagi TUHAN yang akan dilakukan alternatifnya cuma dua, yakin orang tersebut dibina agar kembali ke jalan yang lurus atau dibinasakan sehingga selesai urusannya di dunia ini.
Saya katakan ke Deddy jika dosen tersebut dari dulu bersikap baik ke saya, saat ada masalah seperti sekarang ini bantuan yang saya berikan tidak sekadar minta bantuan teman-teman polisi. Saya akan melakukan lebih dari itu, yakni mengganti uangnya yang dilarikan tersebut sehingga beliau jadi tenang, karena uangnya yang hilang ada gantinya.
Selama ini, jangankan ke orang yang dikenal, ke orang-orang yang tidak dikenal pun saya tidak pernah ragu untuk membantu. Termasuk dalam bentuk materi yang jumlahnya lumayan besar. Itu saya lakukan karena sadar sekali bahwa semua yang saya miliki adalah titipan dari TUHAN yang setiap saat bisa diambil pemilik-NYA dan saya dimintai pertanggungjawaban.
Semoga pengalaman saya ini menyadarkan kita semua bahwa kita sebagai manusia tidak ada apa-apanya, apalagi di mata TUHAN sehingga jangan pernah bersikap sombong, arogan, sok kuasa, dan mentang-mentang. Semuanya bakal berakhir. Hanya masalah waktu saja.(*)
==Dari Bogor saya ucapkan selamat introspeksi diri untuk menyadari bahwa semua yang dimiliki adalah kepunyaan TUHAN. Salam hormat buat keluarga. Jumat 16 Juni 2017.==