COWASJP.COM – ockquote>
SALAH satu kerinduan mantan Presiden AS Barack Obama terhadap Indonesia adalah bermain lumpur di sawah. Kenangan semasa kecil itu membawanya berliburan ke Bali, Jogja dan Jakarta, sejak 23 Juni lalu. Tanggal 28 Juni ini, Obama bersama keluarga menuju Jogja. Akankah Obama "bermain" lumpur di sawah saat di Jogja? Di mana tempat "bermain lumpur" yang asyik di Jogja?
Salah satu tempat asyik bermain lumpur di sawah adalah Omah Kecebong. Omah Kecebong adalah Rumah Budaya dengan guest house, resto tradisional, serta kebun hortikultura ini berlokasi kawasan Sendari, Sleman. Di tempat ini, Anda bisa menikmati berbagai permainan tradisional serta kehidupan khas pedesaan. Omah Kecebong menempati lahan seluas 1,2 hektare. Salah satu bagian berupa persawahan.
"Sawah ini biasa dipakai para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke sini. Anak-anak sekolah paling seneng bermain lumpur saat mengenal cara bercocok tanam. Wisatawan asing juga," terang Hasan S. Prayogo, pemilik Omah Kecebong.
Para tamu yang berkunjung ke Omah Kecebong, begitu sampai lokasi akan mendapati suasana hijau persawahan. Bisa berfoto-foto di tengah sawah. Sebuah spot foto, berupa "jembatan kayu" disediakan "membelah" tanaman padi di sawah itu. Sehingga yang hanya sekadar berfoto, alas kakinya tidak akan kotor. Padahal pada hasil fotonya benar-benar terlihat di tengah-tengah sawah.
Suasana desa juga sangat terasa di dalam bangunan dan interior homestay untuk tamu menginap serta restoran. Bangunan-bangunannya terbuat dari gebyok kayu jati dan joglo atau limasan kuno (lawasan).
Tidak hanya itu, aneka alat permainan tradisional khas desa juga tersedia di Omah Kecebong. Ada egrang, bakiak atau terompah panjang, ayunan kayu dan sebagainya. Seperangkat gamelan Jawa juga tersedia. Tersedia juga layanan gerobak sapi. "Kami bisa menyediakan puluhan gerobak sapi. Kami punya komunitas gerobak sapi di sekitar wilayah sini," terang Hasan yang pernah didatangi Menpar Arief Yahya itu.
Berfoto di tengah sawah tanpa harus kotor.
Pernah satu waktu, seorang karyawati sebuah perusahaan menelepon Hasan. Ia meminta disediakan 20 gerobag sapi karena akan berkunjung dengan teman-teman satu kantor. Rupanya, mereka hanya ingin berfoto-foto di atas gerobag dengan mengenakan pakaian tradisional. "Jadi, mereka ingin bernostalgia sebagai perempuan desa masa lalu. Pagi-pagi mereka berkeliling kampung dengan gerobag dan pakaian tradisionalnya," tambah Hasan.
Sejumlah tamu instansi penting pernah berkunjung ke Omah Kecebong. Ada rombongan dari Kejaksaan Agung yang dipimpin oleh Jaksa Agung. Ada pula rombongan biksu dari berbagai tempat. Mereka begitu menikmati suasana dan sajian makanan khas Omah Kecebong. Salah satu menu khas Omah Kecebong adalah sayur lompong. Menu sayur khas lainnya adalah oseng Mbang Kates (daun pepaya), oseng tempe, bakmi Jawa dan sayur lodeh. Ada pula menu lainnya.
Hasan bercerita, pernah ada seorang ibu dari Surabaya yang datang ke Omah Kecebong marah-marah. Pasalnya, sayur lompong kesukaannya habis. Ibu tersebut datang tanpa reservasi terlebih dahulu. "Memang, setiap hari Omah Kecebong buka untuk umum. Bisa langsung datang. Resikonya, bisa kehabisan menu yang disukai. Maka, saya sarankan sebaiknya reservasi terlebih dulu. Jumlah rombongan berapa, mau datang kapan, dan apa saja yang diinginkan," tandas Hasan.
Hasan mengatakan selepas libur lebaran, 24-25 Juni, Omah Kecebong sudah mendapat booking-an dari berbagai instansi. "Alhamdulillah mulai buka lagi 26 Juni sampai September sudah ada booking-an."
Hasan mengaku sangat bersyukur, apa yang ditekuninya berkembang cukup bagus. Kamar untuk tamu yang awalnya hanya tiga, sudah bertambah. Begitu pula pendopo atau limasan untuk resto-nya. Ke depannya, Hasan ingin "meluaskan kebunnya" dengan menyewa sawah yang ada di samping Omah Kecebong.
Hasan (kanan) saat berbincang melayani tamu yang menikmati Omah Kecebong.
"Saya ingin tambah dua hektare lagi untuk saya jadikan kebun buah. Jadi, tamu bisa sekalian wisata buah ke Omah Kecebong," ujar Hasan yang lokasinya pernah digunakan untuk kegiatan GenPI Jogja itu.
Oh iya, untuk saat ini, tamu bisa berkeliling kampung dengan sepeda ontel. Para tamu bisa request sepeda angin ini untuk menuju sejumlah tempat yang menarik di sekitar Omah Kecebong. Bisa ke arah Timur ke kawasan Ketingan. Ini adalah tempat "bermukimnya" ratusan atau mungkin ribuan burung bangau atau kuntul. Atau ke arah Barat ke tempat perajin bambu di Sendari. Berbagai produk dari bambu dibuat di tempat ini. Meja, kursi, sofa, meja makan, lampu dan sebagainya.
Saat rombongan biksu berkunjung ke Omah Kecebong naik gerobag sapi. (Foto: Erwan/CoWasJP)
Lokasi Omah Kecebong tak begitu jauh dari pusat kota Yogya. Sekitar 7 km dari Monumen Tugu dan Jalan Malioboro, 20 km dari Bandara Adisucipto. Setiap kamar di Omah Kecebong dilengkapi dengan TV layar datar, dan Wi-Fi gratis.
Restoran di Omah Kecebong dapat dikunjungi tanpa harus menginap. "Kalau wisatawan asing kebanyakan menginap. Karena mereka ingin mengeksplorasi lebih banyak hal-hal yang ada di sekitar Omah Kecebong," tegas Hasan.
Akhir Ramadhan kemarin, misalnya, ada tiga wisatawan asal Spanyol yang tinggal selama 3 malam di Omah Kecebong. Mereka melakukan berbagai aktivitas termasuk berinteraksi dengan warga sekitar. (*)