COWASJP.COM – JAWA TENGAH benar-benar kaya akan tradisi yang bisa menarik wisatawan. Bahkan acara memanen tembakau pun bisa dikemas untuk menjaring travelista.
Di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali ada tradisi tungguk tembakau. Bahkan, ritual sebelum petani memanen tembakau itu akan masuk ke dalam calendar of events wisata Jawa Tengah.
Ada rangkaian ritual dalam tradisi tungguk tembakau. Dari memetik 16 helai tembakau oleh tokoh masyarakat, arak-arakan gunungan hasil bumi, hingga pertunjukan tari dengan iringan musik etnik maupun fun walk.
Semua warga setempat nyaris ikut serta untuk merayakannnya. Yang tak kalah menarik, hampir setiap rumah menyuguhkan makanan dan minuman gratis seperti nasi bungkus, aneka gorengan, teh hangat, hingga jahe hangat.
Rangkaian tradisi itu dikemas menjadi festival. Bahkan telah mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meyakini tradisi yang digelar saban menjelang panen tembakau itu layak dikemas untuk menarik wisatawan. Sebab, di tungguk tembakau sarat dengan pertunjukan seni budaya.
"Sudah ada dukungan dari Dirjen Kebudayaan. Kalau bisa dikemas lebih bagus, bisa jadi masuk dalam kalender event pariwisata," ucap Ganjar saat menghadiri tradisi tungguk tembakau di Kecamatan Selo, pekan lalu.
Lokasi Kecamatan Selo yang memiliki tradisi tungguk tembakau tak jauh dari dengan destinasi Ketep Pass. Di Ketep Pass, wisatawan bisa melihat keindahan Merapi dan Merbabu sekaligus.
Sedangkan Ketep Pass tak jauh dari Candi Borobudur. Saat ini, candi Buddha terbesar itu menjadi ikon utama destinasi Jogja, Solo Semarang atau Joglosemar.
Gubernur yang mendapat julukan Senopati Tembakau itu dipercaya petani setempat untuk melakukan ritual memetik 16 daun tembakau. Hal itu sebagai simbol awal panen tembakau.
Sebelum panen raya dilakukan, Ganjar berpesan kepada para petani untuk segera berkomunikasi dengan pabrik rokok terkait penjualan tembakau. Hal itu untuk menjaga agar harga tembakau dari petani tidak anjlok.(*/Erwan Widyarto)