COWASJP.COM – BEBERAPA waktu terakhir, ada beberapa konCo laWas yang akan menulis dan menerbitkan buku history Jawa Pos. Ada yang menyatakan, dibangun orang-orang cerdas dan pandai. Ada versi yang lain. Sedikit fakta yang saya ingat, bahwa Jawa Pos sebenarnya dibangun orang-orang lucu dan setengah gila......
Lebaran kemarin, saya mampir ke Genteng Bandar. Silahturahmi dengan tetangga lawas. Ketemu dengan mas Faton lagi yang rajin bertanya tentang pak Dahlan: "Yok opo Wan, bossmu sik lucu ta ?".......
"Tambah nemen Cak...he...he..he", jawab saya seadanya. Saya tidak tahu keadaan sekarang, karena sudah puluhan tahun saya tidak bertemu pak Dahlan. Diingat warga Genteng Bandar sebagai boss lucu, berawal dari sini....
KEMBANG JEPUN 1984 an, Senin sorean, pak Dahlan nyamperin meja saya. Wajahnya dilipat dan bilang ketimpa masalah berat. Miss komunikasi dengan pak Eric Samola - boss gede. Hlooh....gak tanggung-tanggung nih....Penyebabnya diurai habis magrib sambil makan nasi Kebuli di jalan Sasak.
Saya gak habis karena eneg dan porsinya gede. Yang di piring pak Dahlan cuma diecek ecek. Maklum lagi sumpek...Selama mendengar uraian ceritanya, jujur aja saya bingung. Mau ngapain dan mulai dari mana?.....Yang bernama pak Eric itu pun, hanya pernah melihat sak klebatan. Belum pernah salaman apalagi pasang senyum di depannya.
Dari Sasak, balik kantor. Nyelesaikan beberapa laporan terus pamitan. Alasan mau cari solusi. Aslinya, saya tambah bingung....Kelintas untuk ngobrol dengan Ahadin Mintarum (alm), anggota DPRD Jatim dari PPP. Meluncurlah ke rumahnya di jalan Nginden. Kebetulan diterima. Masalahnya kuceritain. Dapatnya gambar peta masalah, posisi pak Dahlan di Jawa Pos dan kaitan dengan orang-orang yang lain...Sangat berharga. Karena tugas saya di liputan politik, pemerintahan dan bisnis, ya orang-orang di seputaran inilah yang saya ajak ngobrol.
Selasa siang, saya ketemuan bareng Blegoh Soemarto (alm) Ketua DPRD Jatim dan Trimarjono SH (alm) Wakil Gubernur Jatim. Peta masalah dari Ahadin saya beber. Dapat masukan penting lagi lalu muncul nama kunci Moch Said (alm) Ketua DPD Golkar Jatim. Kompetensinya, sama-sama berada di jajaran pimpinan Golkar. Eri Samola di pusat, Moch Said di Jatim. Kalau keberadaan pak Dahlan dan Jawa Pos dikaitkan dengan kepentingan Golkar, pasti ada solusi baiknya....Bener juga!
Dari kantor DPRD Jatim, saya meluncur ke jalan Progo - kantor DPD Golkar Jatim. Pak Said tidak di tempat. Sedang kunjungan ke daerah tapi akan balik nanti malam. Saya balik kantor, cerita ala kadarnya ke pak Dahlan lalu ngetik berita....
Habis magrib, pak Dahlan ngajak jalan. Boncengan motor ke Taman Kayun. Makan nasi bebek terus nongkrong di tepi sungai. Pak Dahlan ngambil beberapa kerikil dan dilempar ke permukaan air. Batuan itu meloncat beberapa kali lalu tenggelam...Menghibur dikitlah. Balik kantor lagi dan saya monitor keberadaan pak Said lewat telpon....
Rabu jam 1 dinihari, pak Said sampai di Progo dan butuh istirahat. Jam 2 an saya meluncur dan baru bisa ngobrol sekitar jam 3 an. Pak Said mendengarkan apa saja yang saya ceritakan....lalu janji akan nelpon pak Eric sebelum sarapan. Saya berterimakasih dan pamit...Jam 6 saya harus ke Grahadi untuk ngikuti acara Gubernur Jatim.
Jam 2 siang ke kantor dan disambut pak Dahlan dengan wajah sumringah. Setengah teriak : "Wan berhasil...! Persoalannya selesai..."
"Syukurlah pak.....". Pak Dahlan cerita kalau tadi pagi sekitar jam 7 an ke rumah saya di Genteng Bandar...Maksudnya untuk ngucap terima kasih....dan tidak ketemu. Saya kembali ke meja, ngetik berita. Suasana kantor di Rabu siang, kembali hidup. Pak Dahlan dah jalan cepat lagi sambil nyeret sepatu sandalnya. Mukul meja dengan telapak tangannya untuk mempercepat sirkulasi pekerjaan....
Karena kurang tidur, jam 8 an malam saya 'melarikan diri'- pulang. Di tengah jalan ke rumah dihadang tetangga, cak Cipto dan adiknya Faton. Mereka cerita kalau ada yang nyari saya tadi pagi....
"Iku bossku Cak...Opo'o ?"....
"Lucu yo ?....", mereka hampir bersamaan.
"Loh ....lucu yok opo see cak ? ", saya mulai heran.
"Boss mu iku mulai diujung gang...wis teriak teriak...Wan...Iwan...Wan...Iwan....Kamu di mana ?....Tak
takoni terus tak kandani arah e..", jelas salah satunya.
Rumah saya berada di gang buntu Genteng Bandar II, Simpang Dukuh. Posisinya di deretan akhir.
Notok jedug, sampailah. Setelah ditunjukkan arah, pak Dahlan lanjutin jalan...dan teriak lagi :
"Wan....Iwan...Wan...Iwan...", sampai di depan pintu rumah yang selalu terbuka. (*)