COWASJP.COM – TARGET 100 ribu homestay oleh Menpar Arief Yahya tahun 2020 disambut hangat Pemkot Semarang Jawa Tengah. Kota lunpia ini akan ambil bagian dengan mentargetkan 1.000 homestay. Ini bukan patokan kosong mengingat jumlah wisatawan lebih besar dibanding homestay yang ada.
"Kita optimis dengan target kemenpar 100 ribu home stay tahun 2020. Semarang siap1.000 homestay," kata Kepala Disparbud Kota Semarang, Masdiana Safitri.
Menurutnya, saat ini kondisinya sangat menggembirakan karena wisatawan mulai melirik hunian jenis homestay yang dikelola warga. homestay dipilih, selain lebih dekat dengan objek wisata juga wisatawan secara langsung dapat menikmati aktivitas warga di daerah tersebut.
Apalagi di Semarang sudah ada tiga desa wisata yang eksis yang menjadi andalan pemerintah. Di antaranya Kelurahan Kandri, Kelurahan Nongkosawit, Kelurahan Wonolopo dan desa wisata rintisan lainnya.
"Di Semarang, homestay mulai tumbuh pesat. Saat ini terdapat belasan homestay yang terdaftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Semarang. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah," jelasnya.
Pemkot Semarang, lanjut Masdiana memang membuka kesempatan kepada siapa saja untuk membangun hotel atau homestay untuk mendongkrak wisata. Tidak heran apabila pertumbuhan hotel dan homestay cukup pesat.
"Banyak rumah-warga di objek wisata yang kini menjadi homestay," imbuhnya.
Ditambah dengan regulasi tata ruang yang dikeluarkan Pemkot Semarang untuk menunjang perkembangan homestay. Dari usaha home stay ada dampak positif yang dirasakan warga dalam meningkatkan kesejahteraan.
"Pemkot akan bekerja sama dengan perbankan melalui kredit lunak untuk homestay, dengan uang muka ringan dan bunga di bawah tujuh persen. Targetnya bisa ada seribu homestay di Kota Semarang," tambah Masdiana.
Selain itu, Pemkot juga mendorong homestay merujuk pada pasar digital atau online. Beberapa homestay di Semarang tercatat masuk situs transaksi digital seperti Traveloka, booking.com dan lainnya.
"Agar mempermudah wisatawan dan memperluas jaringan pasar, kita juga mendorong homestay ini dapat diakses melalui online," ujarnya.
Saat ini pihaknya akan kembali melakukan pendataan jumlah homestay yang ada supaya lebih akurat. Diperkirakan ada puluhan homestay yang dikembangkan oleh masyarakat.
Jumlah ini terhitung sedikit, tidak sebanding dengan jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 518.547 pengunjung dalam setahun (Badan Pusat Statistik 2016). "Pengembangan homestay perlu dilakukan segera," katanya.
Sementara itu pemilik homestay di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati, Gatot Mujiyanto mengatakan, di desa wisata Kandri ada sekitar 11 unit homestay. Jumlah tersebut akan terus ditambah seiring berkembangnya objek wisata waduk Jatibarang dan desa wisata Kandri.
Sebagai pengelola, ia memilih untuk menambahkan beragam fasilitas, agar wisatawan betah di Kandri dan menginap di sana. Misalnya dengan membuat oleh-oleh yang unik. Seperti membuat ketek gethuk, tape singkong, tape dodol, belajar tari lokal, main di sawah atau di kali hingga offroad.
“Pengembangan homestay dan paket wisata berbasis potensi lokal dan budaya. Harga paket wisata juga harus terjangkau,” ungkapnya.
Selain dekat obyek wisata Goa Kreo, Kandri juga dekat dengan obyek wisata baru Waduk Jatibarang. Sehingga para pengunjung bisa stay di homestay yang disiapkan warga. Selain ada oleh-oleh menarik warga juga menyuguhkan potensi budaya lokal seperti atraksi tari dan kuda lumping. (*/wan)