COWASJP.COM – ockquote>
Saya, Arifin BH – Pos Kota dan kemudian Harian Surya hingga mengundurkan diri tahun 2006. Selepas berkutat sebagai jurnalis, saya menjadi penulis kolom Opini harian Kompas; menulis Buku Suara Surabaya Bukan Radio (2010); Buku PELAWAK –Penuntun Laku di Segala Waktu (2013) dan penulis kompasiana. Di luar itu menjadi Tim Kreatif Tri Rismaharini, Walikota Surabaya (2009 dan 2015, dan Emil Dardak Bupati Trenggalek (2015).
MINGGU pagi (20/8/2017) wartawan senior Hadiaman Santoso menelepon dan mengajak pergi ke Palembang, berangkat hari Rabu (23/8/2017). Belum sempat bertanya lebih jauh, Mas Hadiaman –demikian biasa dipanggil, bilang, “Pokoknya semua diatur oleh Aqua Dwipayana. Kita di Palembang gabung dia -Aqua”
Bagi saya, rasanya sulit membayangkan seperti apa sosok Aqua Dwipayana. Bagi Mas Hadiaman mungkin sudah tidak asing. Mas Hadiaman yang pertama kali mengajak Aqua menjadi wartawan di Kota Malang (Jawa Timur) pada tahun 24 Desember 1988.
Sementara itu, saya baru “seumur jagung” mengenal Aqua. Pertemanan Mas Hadiaman dan Aqua sudah puluhan tahun, sedang saya (menurut cacatan) cuma 3 kali bertemu, dimulai pada bulan Ramadhan 2017 lalu ketika tak sengaja dikenalkan pada sebuah acara buka puasa bersama. Pertemuan kedua ketika saya menghadiri sebuah acara bedah buku (Kamis, 20/7/2017), dan terakhir di Warung Bebek Sinjay Bangkalan (Minggu, 13/8/2017). Dalam tiga perjumpaan itu semuanya difasilitasi, alias diajak Mas Hadiaman.
Sesudah bertemu di Bebek Sinjay, saya menulis di Kompasiana dengan judul; “Bebek Sinjay: Dari Hati, Saling Berbagi.” Saya mulai gogling nama Aqua Dwipayana. Di laman Wikipedia, Aqua Dwipayana seorang doktor Komunikasi dari Universitas Padjadjaran Bandung, terlahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 23 Januari 1970. Mantan seorang wartawan yang dikenal sebagai pakar Komunikasi serta sekarang berprofesi sebagai konsultan komunikasi dan motivator.
Pasangan dari Retno Setiasih dengan dua orang anak bernama Alira Vania Putri Dwipayana (kini kuliah di Korea University di Seoul) dan Savero Karamiveta Dwipayana (baru masuk Fikom Unpad) ini akhir 1994 memutuskan untuk berhenti sebagai jurnalis, lalu bekerja di PT Semen Cibinong (sekarang Holcim Indonesia-pen), hingga tahun 2005.
Tiga bulan menikmati jadi pengangguran, ada seorang kenalannya menawari Aqua menjadi pembicara dengan bayaran lima juta rupiah untuk dua jam. Jalan hidupnya lantas berubah, dia kemudian terkenal menjadi pembicara profesional di depan puluhan hingga ratusan, bahkan ribuan orang baik di instansi pemerintah maupun swasta. Aqua juga terlibat menjadi narasumber di TNI dan Polri. Selain itu telah bicara di puluhan negara.
Tidak hanya menjadi “tukang omong” Aqua sudah menulis dan menerbitkan tulisan-tulisannya dalam berbagai buku. Bukunya juga terbilang best seller, antara lain; Komunikasi Jari Tangan jilid 1; Komunikasi Jari Tangan jilid 2; Berhenti Kerja Dunia Tidak Kiamat; Berhenti Kerja Semakin Kaya; dan The Power of Silaturahim-Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi.
Di buku yang berjudul The Power of Silaturahim-Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi, Aqua tidak sekedar memaknai “silaturahim” dalam bingkai tulisan. Dia pun mempraktekan dalam keseharian hidupnya. Salah satu kekuatan Aqua, dan tidak banyak orang bisa mempraktekkan silaturahim secara baik.
Aqua Dwipayana, termasuk orang langka yang konsisten bersilaturahim sejak puluhan tahun lalu. Kemajuan era teknologi komunikasi, ada WA-BBM dan media sosial lainnya, toh Aqua tetap mendatangi satu per satu koleganya sekadar bertatap muka.
Karena penasaran dengan jatidiri sosok Aqua Dwipayana, saya putuskan untuk menerima ajakan Mas Hadiaman pergi ke Palembang!
(Ikuti seri tulisan pengalaman perjalanan SURABAYA-PALEMBANG-JAMBI-JAKARTA berikutnya).
>>>Dari Bogor saya ucapkan selamat merasakan & mensyukuri dahsyatnya silaturahim. Salam hormat buat keluarga. 23.30 Minggu 27 08 2017