COWASJP.COM – BEBERAPA koruptor yang tertangkap OTT KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), beberapa di antaranya melibatkan wanita dan berparas cantik pula. Ada peran apa sehingga melibatkan wanita dalam kasus korupsi? Yang terbaru membawa nama Anggita Eka Putri (25), yang sebelumnya diduga ada hubungannya dengan kasus korupsi Patrialis Akbar, eks Hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Belakangan ternyata sebagai sales penjual apartemen.
Nama Inspektur Jenderal (Pol) Djoko Susilo, menjadi tersangka kasus korupsi pengadaan SIM. Kasus yang membawa nama wanita cantik Dipta Anindita, kemudian diketahui sebagai istri ketiga Djoko Susilo. Mantan Puteri Solo itu menerima uang miliaran rupiah, yang salah satunya digunakan untuk membeli rumah senilai Rp 14,45 miliar di kawasan Cipete Utara, Jakarta Selatan.
Belum lagi Ahmad Fathanah, yang dikenal sebagai orang dekat mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq. Fathanah menjadi sorotan publik terkait gadis-gadis di sekitarnya. Fathanah diduga membelikan hadiah berupa barang-barang mahal untuk beberapa gadis yang dikenalnya. Salah satunya, model cantik Vitalia Shesya yang dibelikan Honda Jazz dan jam tangan mewah merek Chopard, menyeret artis Ayu Azhari dan beberapa wanita cantik lainnya. Semuanya berujung pada dugaan hasil korupsi juga dinikmati wanita-wanitanya.
Jika ada kasus korupsi yang dilakukan dengan tersangka pria mencuat di permukaan, publik langsung mencermati siapa wanita di belakang koruptor itu? Kadangkala memang saat OTT sedang bersama wanita, entah wanita sekedar relasi, wanita yang diidamkan atau sekedar teman curhat. Lalu publik merembet mencermati kehidupan istrinya dan aktivitas kesehariannya.
Munculnya sosok wanita dalam kasus korupsi tidak hanya terjadi sekali. Beberapa korupsi besar yang dilakukan para politisi juga menyeret sosok perempuan di belakang mereka.
Lalu jika yang korupsi wanita, mengapa jarang disorot suami atau pria di balik wanita itu? Pasti yang diekspos kehidupan koruptor wanita itu sendiri. Diblejeti mulai sandang dan make up dan aktivitas keseharianya
***
Korupsi itu ibarat minum air di saat sebenarnya tidak haus. Ibaratnya air itu milik negara (bermuara pada uang rakyat). Saat pertama tergiur dengan kesegarannya. Nyruput kok enak dan tidak ketahuan, lanjut. Lalu tambah setengah cangkir, tambah enak dan tidak ketahuan lagi. Lalu satu gelas. Dan selanjutnya satu kolam dihabiskan. Sampai blokean hingga akhirnya ketahuan. Korupsi besar berawal dari korupsi kecil. Semula membuat gundukan pasir setinggi lutut, lama- lama gundukan kian membukit.
***
Masak iya karena rayuan maut dari wanita, lalu menimbulkan niat korupsi. (Wanita di sini sebagai seorang istri, atau sebagai yang akan dijanjikan sebagai istri atau wanita sebagai teman khusus).
**
Saking pentingnya peran wanita, sampai KPK mengajak kaum perempuan untuk mencegah korupsi melalui gerakan Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK). Melalui program ini,
KPK berupaya menjalankan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Hasil kajian yang dilakukan KPK menyatakan bahwa 80% - 85% pendidikan yang diperoleh anak berasal dari ibu. Oleh karena itu, gerakan Anti Korupsi ini penting dilakukan.
Mantan Ketua KPK Busyro Mukoddas di cara pelatihan paralegal, di selenggarakan Pimpinan wilayah Muhammadiyah, bekerja sama dengan Pimpinan wilayah Aisyiyah dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Nah dari sinilah peran wanita untuk mencegah korupsi bukan malah sebagai pendorong korupsi.
Lalu bagaimana caranya agar perempuan lebih cerdas dan tidak terbawa dengan kasus korupsi?
Dari saringan penuturan para motivator kehidupan, yang pernah saya baca dan saya dengar, bahwa wanita itu berperan mencegah dan menghambat korupsi :
1. Sebagai istri,
saat diberi uang belanja suami di luar gaji, bertanyalah itu uang apa dan dari mana? Jika uang tidak jelas ditolak. Tatag dan tega menolak. Terapkan otoritas istri untuk menolak . Saling menasihati antara pasangan itu penting.
2. Sebagai ibu,
mari kita didik anak-anak sekecil apa pun untuk tidak curang dan bersikap jujur. Saat belajar tidak nyontek. Sebagai seorang ibu yang ingin anaknya masuk sekolah favorit, sedangkan anaknya sebenarnya tidak mampu , lalu si ibu memberi upeti kepada sekolah. Sebenarnya itu sudah mendidik anak untuk korupsi. Di hatinya kelak akan tertanam, "Oh ternyata bisa masuk sekolah idaman, tanpa harus belajar rajin, asal mampu membayar".
3. Sebagai pekerja,
di manapun bekerja hampir semua bersentuhan dengan pungli saat di luar atau mungkin juga dalam lingkungan sendiri. Pungli tentunya akan berhubungan dengan korupsi.
Pungli saat mengurus proses di Badan Pertanahan nasional (BPN), ngurus ijin-ijin dan lain-lain. Hindari dan jangan memberi fasilitas pungli. Tapi pungli ini di beberapa daerah dan instansi yang terkait pelayanan publik, sudah mengarat di segala lini. Rekayasa saat membuat anggaran di kantor. Misalnya untuk pengadaan alat tulis. Bekerja sama dengan toko melebihkan harga.
4.Saat bermasyarakat,
ketika aktif di organisasi, anggaran untuk kegiatan misalnya, acapkali di-mark up.
Menjadikan diri untuk tidak terlibat memang sulit. Godaan akan selalu ada. Marilah kita selamatkan diri, dan keluarga serta bangsa dari kezaliman jiwa korupsi. Berusaha dan terus berusaha. Jika sekarang tidak terlihat efeknya, tapi lambat laun sebenarnya kita andil merusak jiwa. Mencuri yang bukan hak kita. Bila tidak ketahuan, tidak ada yang minta pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban kita sesungguhnya adalah nanti saat kehidupan setelah kehidupan di dunia.
#sebagaipengingatku