COWASJP.COM – SAYA termasuk salah seorang anggota Cowas Jawa Pos (ex Harian Pagi Jawa Pos & Grup) yang kaget ketika mendengar kabar Walikota Batu (Jawa Timur) Eddy Rumpoko ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sabtu siang ini (16/9) di Batu.
Sungguh saya tak pernah menyangka ER, panggilan akrab Eddy Rumpoko, bakal mengakhiri jabatan keduanya sebagai walikota 26 Desember nanti, dengan ending yang tidak manis.
Saya hanya sekali bertemu dengan ER dalam sebuah pergelaran wayang kulit di halaman Gedung Walikota Batu, pada Oktober 2016. Kami ngobrol selama 1,5 jam, di sela-sela acara tersebut. Kami ngobrol berlima: saya, ER, dan 3 orang rekan saya: Herman, Amrullah, dan Solihin 'Kancil'. Herman dan Amrullah kebetulan teman sekolah ER, sedangkan si Kancil adalah salah seorang tokoh pemuda di Batu.
Walau hanya sekali bertemu, namun saya menangkap kesan, betapa bangga ER terhadap warga Batu yang sangat merespon harapannya. Yakni agar seluruh masyarakat Batu maju sesuai kapasitasnya masing-masing.
Kepada saya, ER mengaku tak ingin ada remaja di Batu yang tidak menamatkan SLTA-nya, hanya karena tak punya biaya. Pria 57 tahun itu juga sangat getol memberi beasiswa anak-anak muda di Batu untuk kuliah di perguruan tinggi bergengsi.
Intinya, di mata saya, Batu sangat beruntung memiliki walikota bernama ER. Dia dan istrinya, Hj Dewanti, juga dikenal supel dan dekat dengan warganya. Hampir semua penonton pergelaran wayang kulit tadi, disalami satu per satu oleh ER. Menariknya, ER lah yang mendatangi mereka di setiap barisan kursinya masing-masing.
ER dan istri sangat mudah diajak selfie oleh warganya. Saat ngobrol bersama saya, tiba-tiba saja ER berdiri. Lantas dia merapat ke badan 2 orang warganya yang sejak beberapa menit yang lalu tampak malu-malu ingin foto bersama walikotanya. "Ayo foto sama-sama...," kata ER, sambil merangkulkan lengannya di pundak 2 orang tadi.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 02.15 WIB, saya pamit pulang ke Surabaya. Dalam perjalanan pulang berduaan saja bersama Herman, saya mengaku respek atas sikap ER kepada warganya. "Saya terbiasa hidup dalam pola didik yang keras oleh almarhum ayah saya," begitulah terngiang ucapan ER kepada saya tadi.
Maksudnya, ER memang bekerja ekstra keras untuk menyulap Batu sebagai salah satu destinasi wisata terbaik tingkat nasional. Pamor Batu semerbak wanginya berkat sentuhan ER. Tingkat kesejahteraan masyarakat Batu juga meningkat tajam.
KANDIDAT GUBERNUR
Karena menilai kapasitasnya memang mumpuni, saya menilai ER layak naik kelas sebagai Gubernur Jawa Timur pengganti H. Soekarwo, Gubernur Jawa Timur sekarang. Bagi saya, saingan terberatnya hanyalah Gus Ipul (Wagub Jawa Timur sekarang) dan Walikota Surabaya.
"Saya sangat siap!" jawab ER, ketika saya tanya apakah sanggup maju dalam Pilgub Jawa Timur jika diberi kesempatan oleh partainya, PDI Perjuangan. Jawaban yang sama disampaikan ER beberapa kali dalam perbincangan dengan saya lewat telepon.
Bakat ER bakal jadi orang besar memang tidak lepas dari pengaruh garis keturunannya. Ayah ER, Soegiyono, pernah menjabat sebagai Walikota Malang (Jawa Timur) yang sangat disegani. Ebes, panggilan akrab Soegiyono, juga pernah menjadi Wakil Gubernur Irian Jaya.
ER juga matang dalam berorganisasi. Dia pula yang merintis berdirinya salah satu klub sepakbola legendaris, Arema.
Sayangnya, angan-angan ER untuk tetap bersama-sama masyarakat Batu telah terganjal kasus dugaan penyuapan/korupsi yang kini ditangani KPK.
Namun menurut hemat saya, pembangunan Batu tidak boleh berhenti tanpa kehadiran ER. Toh, ada Punjul Santoso yang telah 2 kali mendampingi ER sebagai Wakil Walikota Batu.
Saya juga tetap optimis Batu akan makin maju dalam kepemimpinan Hj Dewanti. Sebagaimana diketahui, Mbak Wanti, panggilan akrab Hj Dewanti, telah memenangkan Pilbup Batu. Dia bakal menggantikan posisi suaminya sendiri: ER.
Dengan segala keprihatinan sekarang ini, tentu Mbak Wanti bakal banyak belajar dari kasus yang telah menimpa suaminya. Dengan demikian Mbak Wanti tidak akan pernah khilaf atas godaan apa pun dalam menjalankan amanah rakyat dalam memimpin Batu.
Bagi saya pribadi, kasus ER adalah sebuah cermin besar buat kita semua. Bahwa setan tidak hanya berada di gua terpencil, atau kuburan yang paling angker. Namun, setan telah sekian lama berubah wujud sebagai manusia dengan beragam profesi. Iming-iming manisnya sungguh menjebak. Buah yang dipanen juga tak layak menyentuh lidah kita: pahit sekali. Nah, ER telah dijerumuskan oleh manusia yang berperangai sangat jahat dan buruk layaknya setan. (*)