COWASJP.COM – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tak pernah kehabisan trik untuk melakukan promosi pariwisata. Salah satunya, dalam kegiatan Jelajah Nusantara yang dilaksanakan dalam rangka memperingati 60 tahun kerjasama diplomatik Indonesia-Malaysia yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Oktober 2017 di Yogyakarta.
"Program ini diyakini akan memberikan dampak baik serta meningkatkan angka kunjungan wisatawan mancanegara masuk ke dalam negeri khususnya dari Malaysia ke Yogyakarta," ujar Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani di Jakarta, Minggu, (22/10).
Wanita yang kerap disapa Kiki itu menjelaskan, kegiatan seperti ini merupakan cara yang paling efektif memperkenalkan langsung destinasi wisata kepada para endorser ataupun para stakeholder pariwisata dalam negeri maupun mancanegara.
"Ini bukan hanya sekedar bidang pariwisata dan ekonomi saja. Sebaliknya kegiatan ini akan mengeratkan silaturahim antara dua negara ini yang terjalin sejak turun temurun karena berasal dari rumpun yang sama," ujar Kiki.
Kemenpar sendiri memberikan dukungan dalam Jelajah Nusantara berupa Jersey Wonderful Indonesia, suvenir eksklusif dan mengundang 5 orang jurnalis asal Malaysia untuk meliput kegiatan tersebut.
Jelajah Nusantara ke Yogyakarta itu diikuti 120 peserta. Pada hari pertama (21/10) seluruh peserta dijamu dengan gala dinner. Pada hari kedua (22/10), pagi harinya para peserta langsung bergegas dan siap menggowes sepedanya ke destinasi-destinasi yang ada di Yogyakarta.
"Seluruh peserta terlebih dahulu menikmati sunrise di Candi Borobudur. Kemudian start di area Candi Borobudur dan berakhir di pendopo Royal Ambarukmo Hotel, dengan jarak tempuh kurang lebih 60 km. Sepanjang perjalanan, peserta sengaja dilewatkan lokasi terpilih dengan rute-rute menarik, aman, dan menyenangkan," ujar Kiki.
Setelah aktivitas bersepeda selesai, di hari berikutnya pada tanggal 23-25 Oktober 2017. Peserta akan mengunjungi beberapa obyek wisata baru dan terkenal dalam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 di Yogyakarta seperti Punthuk Setumbu dan Rumah Doa Bukit Rema dan lainnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengkategorikan famtrip itu sebagai selling, dalam framework BAS Branding, Advertising, Selling yang menjadi rumus strategi promosi Kemenpar.
"Famtrip, mendatangkan endorser pariwisata, pelaku bisnis pariwisata, media, itu penting untuk serangan udara, efektif memengaruhi opini publik traveler. Karena itu, harus menggunakan media Malaysia yang dibaca oleh masyarakat di sana," ungkap Menpar Arief Yahya.
Karena itu, famtrip itu sendiri menjadi sangat penting dikelola dengan baik, agar hasil laporan mereka post famtrip-nya menarik. Kesan itu harus dibangun dengan baik, direncanakan dengan baik, dan memiliki destinasi yang juga baik untuk diceritakan ke publik mereka. (*/Erwan Widyarto)