COWASJP.COM – Struktur demografi Indonesia hari ini menunjukkan bahwa generasi yang sangat dominan adalah milenial dan gen Z. Sebesar 53 persen dari populasi Indonesia diisi oleh generasi muda tersebut.
"Inilah tantangan Nahdlatul Ulama (NU). Bagaimana mengelola generasi muda itu dengan baik," kata founder Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.
Mengapa?
Menurut Cak Hasan -- sapaan akrab Hasanuddin Ali, berdasarkan survei yang dilakukannya pada tahun 2018 bahwa 50,3 persen anak muda Indonesia tidak mengidentifikasi dirinya sebagai anggota organisasi masyarakat (ormas) manapun. "Seperti itulah hasil survei yang kita lakukan tahun 2018," ujarnya saat mengisi webinar Road to Mukatamar NU ke-34 yang bertajuk: "NU Milenial, Milenial Ber-NU", Kamis malam 18/11/2021.
Fenomena tersebut adalah tantangan besar bagi keberlangsungan ormas. Termasuk bagi NU sendiri. “Tren itu dari waktu ke waktu semakin membesar,” terang praktisi Riset Pemasaran dan Politik tersebut.
Cak Hasan juga menyebut bahwa saat ini di Indonesia telah muncul generasi Islam baru yang memiliki tiga ciri khas, yakni tinggal di perkotaan, anak muda, dan kelas sosial menengah ke atas.
“Jumlah generasi muda dengan ketiga ciri ini kalau dilihat dari angka statistiknya sekitar 30-33 juta orang,” bebernya.
Dari sisi keberagaman, mereka cenderung independen atau merasa tidak terikat dengan ormas manapun. Ketiga ciri tersebut kemudian melahirkan empat karakter, yaitu bergantung pada teknologi, semangat religiusitas yang tinggi, gaya hidup dan pola pikir modern, dan berdaya beli yang tinggi.
“Karena itu, mereka banyak sekali memberikan donasi kepada lembaga donasi dan zakat. Bisa kita lihat bukti konkretnya bahwa semangat mereka untuk berdonasi sangat meningkat,” ujar Cak Hasan.
NU sangat diharapkan untuk terus mampu memfasilitasi kader mudanya yang kini tersebar ke beragam sektor pendidikan. Agar mereka mendapatkan ruang untuk berkembang. Pasalnya, teman-teman muda ini tak hanya berlatar belakang pesantren. Kader-kader muda NU kini diketahui memiliki beragam keahlian di luar lini keagamaan. “Ada yang dari sisi teknologi digital, data scientist, robotika. Nah, kader yang sangat beragam ini juga menjadi tantangan bagi NU,” katanya.
Militansi NU melalui kader mudanya untuk bertarung di ranah media sosial juga perlu diperkuat. Demi mewarnai ruang diskusi di media sosial. Cak Hasan mengatakan, NU diharapkan bisa lebih menunjukkan wajah keislamannya. Supaya bisa menembus market yang lebih bervariasi,
Cak Hasan juga menyarankan untuk tidak hanya fokus pada isi yang akan disampaikan, tetapi juga pada kemasan tayangan yang disuguhkan.
"Tantangan ini perlu dijawab agar ke depannya NU semakin kompatibel dengan karakter generasi Islam baru. Tiga tantangan ini perlu kita tuntaskan agar NU bisa kompatibel dengan perubahan yang terjadi hari ini dan masa depan. Kalau kita tidak lakukan hari ini, kita harus khawatir dengan struktur penduduk yang terus berubah,” ungkapnya.(*)